TIGABELAS

55 12 5
                                    

Sudah tiga malam tidur Lala tidak nyenyak sebab boneka kesayangannya tidak ada, Kia yang tempo hari diminta untuk ke apartemen Bima untuk mengambil boneka itu tidak ke sana karena Ibu, Gia dan Kafa melarangnya. Ya, jelas mereka melarang Kia ke sana sendiri, sebab jika memang Bima menganggap Lala anaknya dan sayang pada Lala, lalu untuk apa dia harus menyuruh Kia ke sana? Kenapa dia malah menyuruh Kia yang ke sana bahkan hanya boleh sendiri, tidak ditemani siapapun meski hanya mengantar. Bukankah sikapnya itu sangat mencurigakan? Tidak ada yang tahu apa niat pria itu, entah baik atau buruk. Yang jelas, ketiga orang tadi, yaitu Ibu, Gia dan Kafa hanya meminimalisir kemungkinan terburuk dengan tidak mengizinkan Kia pergi ke sana.

Meski akhirnya Lala tak pernah bisa tidur dengan nyenyak, dan tentu Kia juga jadi ikut tidak nyenyak. Jangankan nyenyak, baru memejamkan mata beberapa menit saja Lala sudah menangis mencari bonekanya, jika sudah begitu, Kia harus membuka matanya lalu menenangkan Lala. Seperti sekarang, jam sudah menunjukan ke angka sebelas malam. Kia yang baru saja memejamkan mata kembali harus membuka matanya, lalu dia memeluk Lala yang tidur di sampingnya, mencoba menenangkan anaknya itu yang terus merengek.

Kia mengusap-usap punggung Lala yang menangis dalam pelukannya, sambil sesekali menepuk-nepuk pelan punggung mungil itu, mencoba membuat Lala kembali tidur. Tapi, kemudian pintu tiba-tiba terbuka, Kia menoleh ke arah pintu, juga dengan Lala yang ikut menoleh meski masih terus menangis. Gia muncul di balik pintu kemudian berjalan ke arah tempat tidur Kia dan Lala.

"Lala kenapa sayang?" tanya Gia sambil duduk di pinggir kasur.

"Kambing, kak...", lirih Lala sambil menangis dan menguap secara bersamaan, anak itu memang sebenarnya mengantuk tapi tidurnya jadi tidak nyaman karena tidak ada bonekanya itu.

"Iya besok Kak Gia sama Kak Kia cariin ya, sekarang Lala tidur dulu. Mau susu ga?" tanya Gia mengalihkan fokus Lala.

Lala hanya mengangguk, kemudian Gia berjalan ke arah meja yang berada tak jauh dari tempat tidur Kia, lalu dia mulai membuat susu untuk Lala.

"Apa gue temuin aja ya Bima?" tanya Kia pelan, sambil tangannya tetap mengusap-usap punggung Lala, anak itu sudah setengah tertidur kembali.

"Kapan?" tanya Gia tanpa menoleh sambil menuangkan air panas ke botol susu Lala.

"Sekarang. Lo punya nomor Bima, kan? Bilang aja sama dia, gue mau ambil bonekanya sekarang." sahut Kia.

"Jangan gila deh, ga semalem ini juga. Masih ada besok, besok lo ke sana sama Kafa aja." jawab Gia sambil memberikan botol susu pada Kia kemudian Kia memberinya pada Lala yang langsung meminumnya sambil tidur.

"Gi, lo kan tau udah tiga malem Lala ga pernah bisa tidur nyenyak. Ini sekarang dia tidur, berapa menit lagi juga dia bakal kebangun lagi. Kasian Gi, jam tidurnya jadi berantakan. Badannya aja udah mulai anget nih." jelas Kia.

Gia kembali duduk di pinggir kasur sambil tangannya mengulur menyentuh lengan mungil Lala, benar. Badannya memang terasa lebih hangat.

"Ya tapi ga semalem ini, Ki."

"Ini belum terlalu malem, Gia. Lo ga kasian sama Lala? Pasti lo denger kali Lala tiap malem nangisnya kayak apa dan lo juga jadi selalu kebangun kan. Apa lagi gue Gi, tiap malem bahkan gue ga bisa tidur, kadang tengah malem Lala juga maunya tidur sambil di gendong. Lo juga ga kasian sama gue?" nada Kia jadi sedikit lebih tinggi, Gia mengerti Kia lelah. Tapi, menemui Bima semalam ini bukanlah solusi yang tepat, apa lagi kalau Ibu tahu.

Heavy RainfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang