DELAPANBELAS

37 11 0
                                    


Hai!! Maaf banget aku lama ga update, sebenernya bukan ga ada ide untuk lanjutin cerita ini tapi ga ada waktunya 😩 tapi, alhamdulillah hari ini aku bisa update lagi setelah mungkin lebih dari duabulan? ga tau deh aku juga lupa 😂

Kalau di part sebelumnya kalian ketemu Kafa-Kia, di part ini kalian bakal ketemu Bima-Kia yang tiap ketemu pasti adanya emosi mulu 😂

Enjoy!!! ♥



















Ranti menarik bangku yang berada di depan Bima yang sedang menyantap sarapannya, kemudian dia menyeruput teh hangat miliknya. Lalu, menatap anak semata wayangnya yang kini sudah tumbuh menjadi pria dewasa dan terlihat begitu gagah dan tampan.

Bima yang merasa seperti sedang diperhatian kemudian mengangkat wajahnya dan melihat Ibunya yang sedang menatapnya dengan tatapan kosong.

"Ma? Kenapa?" tanya Bima.

Mendengar suara Bima, wanita paruh baya itu tersadar dari lamunannya kemudian menatap Bima tepat di kedua matanya, dia mengambil napas sesaat sebelum mulai bicara.

"Kapan kamu mau tepatin janjimu, Nak?" tanya Ranti to the point.

Bima langsung paham, kemudian dia menghentikan makannya.

"Sabar ya Ma, aku bukannya ga mau cepet-cepet ajak Lala dan Kia ke sini. Tapi, kayaknya akan susah bujuk Kia untuk ketemu Mama dan Papa. Dia udah ngerasa kecewa banget sama kita."

"Sama kamu." Ranti mengoreksi dengan cepat ucapan Bima.

Bima hanya diam mendengar itu.

"Dari awal, Mama dan Papa udah mau ajak kamu untuk segera tanggung jawab tapi kamu ga berani. Sekarang, kalau akhirnya Kia sekecewa itu sama kamu, itu adalah hal yang wajar Bima, sangat wajar. Kalau Mama jadi Kia, Mama juga akan bersikap sama seperti Kia." ujar Mamanya sedikit emosi, karena ketidakberanian anak lelakinya ini untuk tanggung jawab, dia jadi sulit sekali untuk bertemu dengan cucunya sendiri dan Kia jadi berpikir bahwa dirinya seolah sama sekali tidak membelanya padahal segala cara sudah dia coba untuk 'menyeret' Bima ke hadapan Kia tapi anaknya itu tetap tidak mau.

Sementara Cakra yang sedang membaca koran sambil meminum kopi di balkon hanya menoleh sekilas saat mendengar suara istrinya bicara dengan nada cukup tinggi, anak dan istrinya itu kembali berdebat soal Kia. Bukan Cakra tidak mau tahu persoalan itu, tapi baginya memberi pelajaran pada Bima tiga tahun lalu sudah cukup membuat Bima mengerti bahwa sebagai seorang ayah, jelas Cakra begitu kecewa pada anak satu-satunya itu.

Tiga tahun lalu sesaat setelah mendengar pengakuan bahwa anak satu-satunya itu telah menghamili pacarnya dan Bima tidak berani untuk bertanggung jawab. Waktu itu, Cakra langsung menyerang Bima yang tak membalas satu pukulanpun, cukup banyak luka yang Bima dapatkan dari pukulan Cakra tapi itu yang memang harus Bima terima, meski kala itu istrinya sudah menangis sambil memohon agar Cakra berhenti memukuli Bima, Cakra tak peduli.

Kemudian beberapa hari setelah itu, Bima mengajaknya bicara tentang alasan kenapa dia tidak berani tanggung jawab saat itu juga, Cakra mendengarkan anak itu kemudian akhirnya dia memahami bahwa anak lelakinya itu berpikir lebih jauh ke depan, dia tidak ingin bertanggung jawab saat itu juga karena dia belum cukup dewasa, belum menyelesaikan sekolahnya dan belum mempunyai penghasilan sendiri. Padahal untuk alasan yang terakhir itu, Cakra berkata bahwa dia akan menanggung semuanya asal Bima mau menghadap keluarga Kia tapi anak itu tetap tidak mau. Lalu akhirnya Cakra memberi syarat, ketika setelah dia lulus sekolah dan bekerja, anak itu harus bertanggung jawab dan Bima menyetujui itu. Maka, di sinilah mereka sejak tiga hari yang lalu, di apartemen Bima, menunggu anak itu menepati janjinya.

Heavy RainfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang