DUAPULUH TIGA

26 0 0
                                    

Kia sempat tertidur beberapa menit, dia melihat ke sekeliling kamar Bima, tak terlihat Bima di sudut manapun di kamar ini. Kemudian, dia beranjak dari tempat tidur, mengambil bajunya yang tercecer di lantai lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Kia mencuci muka, lalu menatap dirinya di depan cermin. Kia sadar apa yang dilakukan puluhan menit yang lalu bersama Bima adalah satu kesalahan yang kembali dia ulangi, padahal Kia sudah bersumpah pada Ibu dan juga pada dirinya sendiri untuk tidak akan mengulangi kesalahannya yang satu itu.

Dia menghela napas, ada sedikit kekhawatiran dalam dirinya. Bagaimana jika dia kembali hamil dan Bima kembali menghilang seperti dulu?


Kia keluar dari kamar Bima, dia menuju dapur karena pekerjaan yang tadi dia lakukan belum selesai, dan dia melihat Bima duduk di meja makan sambil merokok.

"Udah bangun, Ki?" tanya Bima, sambil mengembuskan asap rokok dari mulutnya.

Kia tak menghiraukan pertanyaan Bima, dia tetap berjalan menuju wastafel dan memulai pekerjaan yang tadi tertunda.

"Ga usah dilanjutin, Ki. Biarin aja," ucap Bima sambil mematikan rokok kemudian berdiri dan hendak mendekati Kia.

Kia melirik dari ekor matanya kalau Bima akan menuju ke arahnya, "jangan deketin aku, Bim." ucap Kia dingin.

Bima mengurungkan niatnya, kemudian dia kembali duduk. "Kenapa?"

"Ga seharusnya kamu ngerokok di dalem rumah, apalagi ada anak kecil." Kia tak menjawab alasan kenapa Bima tak boleh mendekat.

"Anak kecil? Lala maksud kamu? Kan, Lalanya lagi ga ada."

"Ga ada bukan berarti ga bahaya, ga ada sirkulasi udara untuk asap rokok kamu itu keluar dari ruangan ini." jawab Kia masih sambil mencuci piring tanpa menoleh sedikitpun pada Bima.

Bima mengangguk, meski anggukan itu tak dilihat oleh Kia. "Maaf deh, aku ga akan ngerokok di dalem lagi selama Lala ada di sini."

"Lala ga akan lama-lama juga ada di sini, dan kemungkinan besar dia juga ga akan ke sini lagi." ujar Kia, kini dia sudah selesai, dan menoleh pada Bima yang masih duduk di tempatnya.

"Lho? Kenapa? Mama sama Papa masih seminggu lagi di sini, apa ga boleh Lala nginep sehari aja?"

Kia menggeleng.

"Kia, please. Biar Mama sama Papa bisa ngerasain sekali aja tidur sama cucunya." Bima memohon.

Kia menghela napas, sedikit kesal dengan permohonan Bima. Padahal, dia sudah memenuhi keinginan pria itu agar orang tuanya bisa bertemu dengan Lala walaupun harus diam-diam tanpa sepengetahuan Ibu, tapi sekarang lihatlah, Bima kembali meminta hal yang tidak mungkin Kia kabulkan.

"Ini liat, anaknya seneng kok diajak keluar sama oma opanya, nih." Bima memberikan ponselnya pada Kia agar wanita itu melihat foto Lala yang dikirim oleh Mamanya.

" Bima memberikan ponselnya pada Kia agar wanita itu melihat foto Lala yang dikirim oleh Mamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heavy RainfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang