06

419 118 54
                                    

Dahyun menatap penasaran pada seseorang yang kini tengah mengepalkan tangan di hadapan Momo, perawakannya tinggi besar dan memiliki paras yang tampan. Kendati demikian, pandangan tak bersahabatnya sudah cukup menjelaskan bahwa sekarang dia tengah kesal, atau mungkin terganggu akan sesuatu yang belum Dahyun ketahui.

Berjalan pelan menghampiri Momo, akhirnya pria itu memakai kacamata hitamnya dengan angkuh, lalu pergi tanpa mengucapkan apa-apa. Lantas Dahyun menoleh dan bertanya, "Kau kenal dengannya?"


"Apa urusannya denganmu?" tanya Momo sarat akan emosi. Dia langsung berbalik dan masuk ke kafe, tanpa mengindahkan gerutuan Dahyun yang berusaha untuk peduli padanya.


"Eonnie," panggil Dahyun masuk, menghampiri Sana yang sedang sibuk meracik minuman. Perempuan itu menoleh dan berdeham, mengisyaratkan tanda tanya lewat tatapan, "tadi aku melihat seseorang di luar, kau mengenalnya?"


"Orang di luar ada banyak."


"Ish, pria yang badannya berotot itu! Berdiri di dekat pintu, masa tidak lihat?"


"Johnny?" tanya Sana berbisik. "Yang tadi mengobrol dengan Momo?"

Dahyun mengangguk dan mendekat, gelagat Sana benar-benar jadi terlihat waspada seolah mereka akan membicarakan hal penting. Dahyun sampai keheranan dibuatnya.

Perempuan keturunan Jepang itu mengedarkan pandangan sebentar kemudian berkata bahwa dia tak boleh bilang pada siapa-siapa. Sebenarnya terlepas dari benar atau tidaknya apa yang akan dia ucapkan, Sana tidak ingin menyimpannya sendirian.


"Kemarin aku melihat Johnny datang ke sini," katanya pelan, "dia menyebutkan namanya setelah mamaksa Momo untuk berkenalan."


"Memaksa?" tanya Dahyun cukup terkejut.


Sana mengangguk, menarik Dahyun lebih dekat dan melanjutkan kalimatnya, "Aku tidak begitu jelas bisa melihatnya semalam, tapi sebelum ganti shift, aku mendapati Momo tersentak dan menepis tangan Johnny dengan kasar."


"Kenapa?"


"Dia ... meremas pantat Momo." Dahyun menjauhkan diri dan hampir memekik, kalau saja Sana tak membekap mulutnya dan melotot bahwa dia tak boleh menciptakan keributan. Keduanya terlebih Sana langsung panik, dia berharap tak seorangpun melihat tingkah mereka. "Dahyun-a, ini hanya kita berdua yang tahu!"


"Kau tidak melapor pada Jongyeon Oppa?" tanya Dahyun tak habis pikir. "Eonnie, kita sudah sepakat untuk tidak menutupi apapun kalau berkaitan dengan pekerjaan, bukan?"


"Aku tahu! Aku tahu!" Sana mengangguk dan mendudukkan Dahyun supaya tak marah, dia memegang tangannya agar gadis itu bisa sedikit tenang. "Tapi kemarin aku mendengarnya dari Yuta, kalau orang bernama Johnny itu bahaya."


Dahyun mengernyit. "Bahaya?"


"Aku tidak tahu pastinya bagaimana, tapi Yuta sempat menyinggung Johnny karena kemarin dia datang dan langsung menarik perhatian semuanya. Iya, 'kan? Dandanan dan aura yang dia miliki memang berbeda dari pembeli yang lain. Kemungkinan besar dia punya pengaruh di daerah sini."

Passing ByTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang