21

368 97 41
                                    

Suara gaduh mengisi keheningan vila, menggantikan deburan ombak yang biasanya membuat keributan di pulau Kama. Momo tersentak dan menatap terkejut ke arah pintu, kemudian menoleh kepada Gong Yoo yang mengembuskan asap rokok dengan angkuh.

Begitu tenang, namun juga terusik di waktu yang bersamaan.

Dia mematikan rokoknya, kemudian mendekat ke Momo yang terduduk di ujung kasur dengan tatapan yang begitu tajam. Sungguh tegar dan menarik bahkan sejak pertama kali ia perhatikan.


"Aku tebak," katanya memberi gestur dengan kepala ke arah luar, "sepertinya pahlawanmu sudah sampai."


"Itulah kenapa kau tidak repot-repot menyentuhku, 'kan?" tanya Momo.


"Johnny—meskipun dia anakku, sepertinya pola pikir dia tidak menurun dariku," kata Gong Yoo duduk di sebelah Momo, "dia lebih tua darimu tapi jauh lebih kekanakan. Dan ya ... aku hanya ingin memberinya pelajaran."

Pintu kamar diketuk dengan sedikit terburu-buru, Gong Yoo lantas membukanya setelah memperingatkan Momo untuk tidak mencoba kabur kalau tak mau terluka, kemudian mendapati salah satu bawahannya menunjuk ke bagian luar.


"Warga lokal," lapornya singkat.


"Ada kekerasan?" tanya Gong Yoo tenang.


"Sejauh ini belum, tapi ada satu perempuan yang terus mengamuk dan memaksa masuk ke dalam," jelasnya—Hendery sambil meliriki Momo di dalam sana yang terkejut karena bisa menduga siapa perempuan yang dimaksud, "bagaimana, Tuan?"


"Ada ancaman?"


"Memanggil polisi." Gong Yoo mendesah pelan, dengan tak acuh kembali masuk setelah mengatakan bahwa sebisa mungkin jangan ada keterlibatan dengan polisi. Hendery mengangguk mengerti, kemudian kembali ke luar dengan gelengan penolakan.


Jaehyun, Doyoung dan orang-orang yang baru sampai di pulau Kama lantas geram. Tadinya tak ingin menciptakan keributan guna mengurangi risiko, tapi mungkin hanya itu satu-satunya cara agar mereka bisa menyelamatkan Dahyun—dan Momo jika mereka tahu.

Memperhatikan keadaan sekitar, Jaehyun meliriki Haechul sebagai kode. Doyoung yang melihat itu lantas mundur beberapa langkah dan memperingati Jongyeon untuk bersiap, sekalian mengingatkan bahwa tugas utamanya adalah menjaga member Twice.


"Tolong jangan egois, di sini bukan hanya kau yang ingin menyelematkan Dahyun," bisik Doyoung, "utamakan keselamatan teman-temanmu."


"Berisik!" sahut Jongyeon jengah sendiri. "Aku bukan orang sembrono, aku tahu posisiku."


"Jaga-jaga kalau kau lupa."


Haechul sebagai yang paling tua berdiri di depan, sejak tadi sudah melakukan obrolan dengan para bawahan Johnny serta Gong Yoo untuk menanyakan Dahyun. Dia sempat memilah kata, kemudian dengan yakin berkata, "Kalau memang kami tak bisa menjemput dia, setidaknya aku ingin bertemu dengan Johnny. Ada sesuatu yang ingin kami bicarakan."


"Dia sedang sibuk sekarang. Sudahlah, kita persingkat saja. Kalian juga hanya buang-buang waktu. Aku peringatkan, ya! Tuan Gong Yoo ada di dalam, jangan sampai dia ke luar dan turun tangan untuk hal sekecil ini, karena dampaknya akan merepotkan kalian," jawab salah satu dari mereka—Yangyang sambil menyugar rambut berwarna putihnya dengan santai, jangan lupakan juga tatapan meremehkannya yang sukses membuat Haechul serta yang lain merasa tak sabar untuk menghajarnya, "lagipula kalian tak punya bukti kalau Johnny membawa seorang perempuan ke sini."

Passing ByTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang