Benefit 18

1.3K 140 13
                                    

James sama sekali enggak pernah kepikiran kalau Sonya beneran mengundurkan diri dari cafe. Cowok itu menatap lama ke arah surat pengunduran diri milik Sonya yang tergeletak tidak berdaya di atas meja. Winata juga rasanya sudah bosan memperhatikan James yang sejak tadi diam tak bergeming hanya karena selembar kertas.

"Ya udah sih biarin aja. Mungkin emang udah cape juga kerja di cafe," ucap Winata sambil meletakkan cangkir kopi yang sejak tadi dia genggam.

"Aneh, Win."

"Anehnya?"

James menatap sejenak ke arah Winata kemudian pada beberapa karyawannya yang nampak berkeliaran di sekitaran cafe.

"Sonya bukan tipe orang yang gampang nyerah sama keadaan. Kalo pun cewek itu ngerasa capek dia bakalan minta cuti satu minggu ke gue."

Winata mengangguk pelan, paham dengan maksud perkataan temannya itu.

"Gue beneran harus nanya sama Mark."

"Mark yang bule itu?" tanya Winata, James mengangguk pelan. Kemudian kening Winata mengernyit pelan, bertanya pada diri sendiri kenapa Mark yang harus James temui?

'Oh mungkin karena Mark adalah manajer cafe dan sudah sepatutnya dia tau' begitulah kira-kira jawaban atas pertanyaannya. Tapi kening Winata makin berkerut ketika James berhasil menjawab diluar prediksinya.

"Soalnya dia paling tau gosip."

James nampak meninggalkan Winata yang selanjutnya cowok itu memilih untuk membuka ponselnya. Sekedar untuk membalas pesan atau mengecek pekerjaannya. Tak berselang lama, Winata mendapati seorang gadis yang tengah menyajikan pesanannya.

"Makasih," ucap Winata pada gadis itu. Gadis itu hanya tersenyum pelan kemudian beranjak dari tempat itu.

Winata tidak pernah melihat wajah itu selama ia menginjakkan kaki di tempat ini. Kelihatan asing, tapi kelihatannya juga enggak asing dalam satu waktu bersamaan.

"Kok gak dimakan?" tanya James setelah kembali dari 'perburuannya'.

"Nunggu lo lah?"

James terkekeh pelan, kemudian keduanya saling menyantap makanan mereka.

"Jadi gimana? Udah ditanyain?"

James mengangguk, "tapi si Mark gak mau jawab. Katanya cukup privasi. Nanti juga gue tau sendiri dari orang yang bersangkutan."

Winata mengangguk, cukup dengan jawaban yang diberikan oleh James. Winata juga tidak mau mengetahui lebih jauh karena dia sendiri tahu pada batas mana dia harus ikut campur dan pada batas mana dia harus diam.

"Ngomong-ngomong, sepupu lo kemana?"

James sempat melirik sekilas ke arah Winata sebelum akhirnya cowok itu menarik segelas air putih dan meneguknya pelan.

"Kenapa nanyain soal sepupu gue?"

Winata mengedikkan bahunya, "just kepo? Gak keliatan aja. Biasanya jaga kasir."

"Oh, lagi di rumah sakit dia."

Winata terdiam, "sepupu lo sakit?"

"Cek kandungan."

***

Kejadian semalam sebenernya enggak patut diingat-ingat lagi. Jujur, Jayden malu. Tapi kejadian lain pada malam itu benar-benar harus diingat sepanjang sejarah oleh Jayden atau Elena sendiri.

"Garis dua."

Perasaan haru benar-benar menyelimuti Jayden saat Elena memberinya sebuah testpack bergaris dua. Rasanya aneh, dia mau nangis tapi malu, tapi dia juga seneng. Jadi gimana dong?

[✓] Marriage With Benefit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang