Benefit 06

2.1K 205 0
                                    

Pagi-pagi sekali Jayden dihadang oleh Johnny dan Theo begitu ia menginjakkan kaki di loby kantor. Nampak salah satunya berdiri di depan Jayden sambil berkacak pinggang dan yang satunya lagi berjongkok dengan nafas tersendat-sendat.

"CEO baru itu minta rapatnya dimajuin jam sembilan nanti," ucap Johnny dengan susah payah.

Jayden melotot dan segera memeriksa jam. Jam menunjukkan pukul delapan lebih empat puluh lima. Artinya mereka hanya bisa bersiap dengan waktu lima belas menit.

"Bukannya lusa nanti baru diadain rapatnya?!" Tanya Jayden mulai panik.

"Itu dia, tadi pihak sana telepon katanya lagi jalan kesini. Udah deh, mending kita siapin dulu tempat sama segala macemnya," ujar Theo. Jayden mengangguk setuju, pria itu langsung berlari ke arah lift bersama Johnny dan Theo yang bersusah payah untuk mencapai lift. Tadi saja capeknya masih terasa, sekarang harus lari lagi untuk segera sampai di ruang rapat.

Saat Jayden dan kedua karyawannya itu sampai di lantai lima, mereka bergegas pergi menuju ruang rapat. Nampak Dean dan Yuta beserta karyawan lain tengah mempersiapkan segala keperluan seperti proyektor, laptop, beberapa dokumen bahkan cemilan dan air mineral.

"Dean, tolong ambil flashdisk di ruangan gue dong. Ada di laci paling atas, langsung masuk aja gapapa kok," titah Jayden.

"Beneran nih?" Tanya Dean.

Jayden mengangguk, pertanda Dean harus segera menuruti perintah atasannya itu. Johnny kemudian kembali menerima panggilan dari pihak perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan Jayden yang katanya mereka sudah sampai loby.

"Duh, si Dean belom balik juga." Jayden mulai gelisah, ia berjalan kesana kemari seperti sebuah setrika. Panik karena hal ini berada di luar ekspektasinya.

Begitu ia melihat Dean datang dengan flashdisk di tangannya, Jayden beserta karyawan lain bisa bernafas lega.

"Anjing capek banget."

"Dean, language!" Peringat Yuta. Setelah mendapat peringatan itu Dean langsung memukul pelan bibirnya. Tidak masalah sebenarnya kalau mereka berkata kasar sepeti itu, tapi posisinya sekarang tengah berada di kantor. Bisa jadi masalah kalau pihak perusahaan lain mendengar hal itu dan membuat asumsi bahwa karyawan di perusahaan milik Jayden tidak memiliki attitude yang baik.

"Selamat datang," sapa Jayden setelah seorang wanita beserta bawahannya masuk ke dalam ruangan. Jayden mengatupkan bibirnya saat melihat James dan Winata ikut hadir dalam rapat pagi ini.

"Hai, Jay!" Sapa James dengan santainya.

Jayden kemudian menoleh ke arah Johnny yang sama-sama terdiam begitu pihak perusahaan itu masuk ke dalam ruangan. Demi apapun, Johnny berubah jadi patung begitu saja.

"Silahkan duduk," ucap Theo mengambil alih setelah melihat Jayden dan Johnny tidak beres.

Semua orang mulai mengambil tempat duduk masing-masing. Meskipun sedikit kaget, tapi Jayden dan yang lain masih harus bersikap profesional.

"Sebelumnya, perkenalkan nama saya Jayden."

Wanita di kursi sebrangnya mengangguk pelan kemudian berdiri sambil menatap semua orang di dalam ruangan satu-persatu. "Saya Herina. Semoga kerja sama kita berjalan dengan lancar."

Acara rapat berlangsung cukup singkat, Herina tidak terlalu mempermasalahkan rencana Jayden dengan CEO terdahulu dari perusahaannya. Ia cukup puas dengan hasil kerja perusahaan Jayden yang begitu cakap.

"James, kok bisa disini?" Tanya Jayden setelah keluar dari ruang rapat. Sementara itu Herina diantar keluar gedung oleh Johnny.

"Bu Herina itu CEO baru di perusahaan gue. Terus gue ditunjuk langsung buat jadi tangan kanannya dia bareng si Winata. Kaget juga sih pas sampe sini ternyata kerja samanya sama perusahaan lo."

[✓] Marriage With Benefit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang