Ternyata menikah dengan Jayden tidak seburuk itu. Sebulan setelah Jayden mengajak Elena menikah, pria itu langsung mengunjungi orang tua Elena. Seminggu kemudian, mereka menggelar acara pernikahan. Cukup menggemparkan publik saat itu, karena Jayden sendiri merupakan salah satu tokoh publik yang cukup berpengaruh. Hampir setengah dari kerabatnya menjabat sebagai pemerintah negara itu. Sisanya, ada yang menjadi pengusaha seperti Jayden, dokter, guru, dan lainnya.
Latar belakang Jayden yang seperti itu yang membuat Elena dulu menolak tawaran Jayden. Elena hanyalah seorang wanita biasa. Lulus dari kuliah, ia langsung merintis cafe bersama dengan sepupunya James. James sendiri sebetulnya bekerja sebagai manajer di sebuah kantor, bukan di tempat Jayden. Selepas bekerja, James akan mampir ke cafe kalau ada waktu. Kalau tidak ya langsung pulang ke rumah.
Hidup di sebuah apartemen yang cukup mewah ternyata tidak buruk. Elena hidup dengan tenang, ia diberikan fasilitas mewah, dan semua kebutuhannya tercukupi. Sayangnya, mereka hidup seolah tidak mengetahui keberadaan satu sama lain. Jayden dan Elena tidur secara terpisah. Meskipun begitu Elena masih waras dan melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.
"Hari ini gak usah masak, saya lembur," ucap Jayden sambil mengesap kopi sambil menggulir sosial media miliknya.
Elena tidak menjawab, sebenarnya cukup bersyukur karena ia tidak perlu bersusah payah untuk memasak makan malam. Kalau Jayden akan lembur begini, Elena juga akan berada di cafe lebih lama.
"Aku bakalan pulang telat kalo gitu."
Jayden hanya mengangguk saja, ia tidak pernah membatasi ruang gerak Elena. Selagi itu baik dan tidak sampai merusak reputasinya Jayden akan membiarkan Elena melakukan hal yang dia suka. Toh, ada awal juga mereka sepakat untuk tidak mengatur hidup satu sama lain. Ingat, Jayden hanya membutuhkan seorang pendamping.
Jayden pergi setelah menghabiskan sarapannya. Jayden juga tetap menghargai Elena yang sudah berusaha membuat sarapan, sebisa mungkin meskipun Jayden dan Elena tidak pernah memiliki perasaan apapun.
Lalu sampai kapan mereka akan seperti ini? Kapan mereka akan berhenti? Entah, mungkin sampai keduanya merasa lelah baru mereka akan bercerai dan hidup masing-masing seperti sebelumnya.
Seperti sebelum Elena menikah, dia pergi ke cafe setelah membereskan apartemen. Sekitar pukul sebelas atau dua belas, baru Elena akan pergi ke cafe.
Cafenya begitu-begitu saja, tidak ada yang berubah. Pelanggannya juga mengalami peningkatan setiap harinya. Bersyukur, karena nama keluarga Jayden cafenya pun ikut dikenal oleh khalayak ramai.
"Pagi, kak." Sapa Kathrine saat Elena masuk ke dalam cafe.
"Beler emang dia, kak. Padahal matahari udah seubun-ubun," ucap Haidar yang tengah menyapu lantai.
Elena hanya menggeleng pelan kemudian masuk ke dalam dapur. Seperti biasa, Elena akan meletakkan tas miliknya dan mengenakan celemek. Di bagian dapur ada Sonya dan Ryunnita, Kathrine menjaga Kasir dan Haidar tengah membabu, sementara di bagian bar alias minuman ada Nathan. Sisanya, mereka mungkin sedang ada kelas dan akan datang saat pergantian shift nanti. Sebagian dari mereka memang seorang mahasiswa, tidak sebagian Elena pikir hampir semua. Terkecuali Mark yang memang sudah lulus dan bekerja menjadi manajer di cafe. Ngomong-ngomong, Elena belum melihat batang hidung Mark sejak tadi.
"Tadi lagi cek gudang, kak." Jawab Ryunnita.
"Oh gitu."
Elena pergi untuk membantu di area depan, pelanggan cukup banyak berhubung sekarang jam makan siang. Beberapa pegawai dari kantor Jayden pun datang ke cafe. Bukan karena pemiliknya adalah istri dari atasan mereka. Tapi memang cafe milik Elena memiliki makanan yang enak dengan harga yang cukup miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Marriage With Benefit
Fanfiction[SELESAI] "Keep this as simple as possible. I will not only give you a marriage, but I will give you benefits."-Jayden