"Perut kamu kok jadi tuiw tuiw gini?" tanya Jayden sambil mencolek-colek perut Elena.
"Kan aku hamil?"
Jayden buru-buru menegakkan tubuhnya, "HAMIL? SIAPA YANG NGEHAMILIN?!"
Elena menghela nafas pelan, kemudian tersenyum sambil mengelus pelan perutnya. "Kamu."
Jayden terkekeh pelan, kemudian kembali merebahkan tubuhnya di samping Elena, "hehe. Iya."
"Ngomong-ngomong soal Sonya, besok dia flight."
Jayden mengerut keningnya pelan, "udah mau flight lagi? Cepet banget."
Elena menggedikkan kedua bahunya, "gak tau, bukan ibunya."
"Si Haidar gimana?"
Ngomong-ngomong soal Haidar, sehari sebelum keberangkatan Sonya ke Kanada cowok itu mengajaknya jalan. Katanya sih biar punya last moment. Kalo Sonya di Kanada nanti dia gimana enggak bisa ajak jalan lagi.
"Dingin gak?" tanya cowok itu. Sonya cuman geleng-geleng kepala sambil nadah air hujan yang turun dari genting. Kesel sih, soalnya gak bisa kemana-mana selain diem di tempatnya Sonya.
"Sorry yah, kencan kita jadi gagal," ucap Haidar.
"Kencan mata lo, jadian aja kagak."
Haidar terkekeh pelan melihat keluhan Sonya dari arah samping. "Gimana gak jadian orang lo belum nerima gue."
Iya juga, kalau dipikir-pikir Sonya masih belum memberi kepastian soal hubungannya dengan Haidar. Mau, tapi enggak mau juga.
"Gue gak bisa LDR."
Helaan pelan nampak terdengar dari Haidar, "dicoba dulu."
Sonya menarik lengannya kemudian mengambil ujung kaos yang dia gunakan untuk mengeringkan lengannya dari sisa air hujan.
"Takut."
"Harusnya gue yang bilang gitu. Gue yang takut kalo lo disana malah kecantol sama bule."
Sonya berdecak pelan, "lo juga banyak yang suka kok disini. Kayaknya."
"Kok kayaknya?" protes Haidar.
"Lo ganteng, tapi gak ganteng."
Haidar mengernyit, "gimana sih, kagak danta lo."
Lagi Sonya terkekeh pelan, "lo kalo lagi kerja di cafe vibes babu nya kentel banget. Tapi kalo udah diluar jam kerja lo ganteng parah."
Haidar sedikit mendekatkan tubuhnya pada Sonya, "ini lo lagi muji gue atau ngehina gue sih, Nya?"
Sonya mendorong kening Haidar agar sedikit menjauh dari tempatnya, namun hal itu berakhir sia-sia. Haidar kini malah semakin mendekatkan tubuhnya pada Sonya. Bahkan ujung dagunya kini bertengger pada bahu Sonya.
"Lo tau istilah sambil menyelam minum air? Kayak begitu lah."
"Ck," Haidar menjauhkan tubuhnya dari Sonya, "jahat banget cewek gue."
Cewek gue.
"Siapa cewek lo?"
Haidar yang semula memperhatian rintik hujan yang turun semakin deras langsung beralih pada Sonya, tatapan mata keduanya bertemu menciptakan sebuah euforia dalam dada keduanya.
"Lo, cewek gue."
Tak tahan dengan tatapan itu lantas Sonya buru-buru menepis pandangannya. Namun apa yang dia dapat malah sebuah kecupan pelan di pipi kirinya.
"Cewek gue," tegas Haidar sekali lagi.
Sonya masih mengalihkan pandangannya. Malu, pipinya pasti merah banget. Lagi pula untuk perempuan dengan love language phsycal touch seperti Sonya enggak bakalan tahan dekat-dekat dengan Haidar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Marriage With Benefit
Fanfic[SELESAI] "Keep this as simple as possible. I will not only give you a marriage, but I will give you benefits."-Jayden