Hai?
***
Namanya hubungan mau itu pacaran, temenan, teman tapi mesra, bahkan nikah sekalipun bakalan ada aja masalahnya. Udah tiga hari ini Lia sama Jevano enggak saling sapa. Sebenernya masalah yang lagi mereka alami cukup sepele. Lia yang cemburuan sama Jevano yang terlalu cuek.
Sekitar tiga hari yang lalu Jevano ada reuni sama temen-temen SMA dia. Layaknya acara reuni Jevano pasti ngumpul terus nyapa temennya satu persatu termasuk mantannya yang waktu itu juga kebetulan dateng. Mantannya Jevano gak pernah yang gak kaleng-kaleng alias semuanya memiliki kualitas masing-masing. Bukan hanya secara fisik tapi dari segi lain seperti kecerdasan dan materi.
Setelah menyapa mantan yang katanya dulu Jevano paling bucin sama dia itu Jevano ngerasa biasa aja. Memang dia mikirnya apa yang udah kejadian di masa lalu ya udah, enggak patut buat dituntut di masa depan. Jevano cuman nyapa mantannya itu terus gabung lagi sama temen-temen cowok satu circle dia.
Entah kabar dari mana dan siapa yang menyebarkan tentang 'Jevano habis ketemu mantannya jadi senyum-senyum gak jelas, kayaknya mau balikan' itu bikin Lia marah besar. Lia tau siapa-siapa saja dan bagaimana rupa mereka yang menjadi mantan Jevano. Hal itu juga yang membuat Lia agak sedikit merasa insecure dan jadi cemburu buta.
Padahal pada kenyataannya Jevano senyum-senyum karena habis mendapat sepeda gunung keluaran terbaru secara cuma-cuma oleh salah satu temannya yang cukup berada.
Selepas acara reuni itu Lia dateng ke tempat Jevano, awalnya cewek itu cuman mau ngelurusin dan ngobrol secara baik-baik. Tapi enggak tau kenapa tiba-tiba aja baik Lia atau Jevano enggak sanggup nahan emosi masing-masing.
Dan berujung saling ngasih silent treatment sampai detik ini.
"Ini yang nyetel lagu merasa indah satu jam siapa?" tanya Kathrine setelah mengecek komputer cafe.
Yena yang saat itu ada tak jauh dari tempat Kathrine berdiri langsung menunjuk Lia dengan dagunya. Miris saat melihat Lia lesu sambil menatap ke arah luar cafe.
"Oh, bisa galau juga. Kirain manusia aja yang bisa galau."
Lia yang mendengar itu cuman bisa diem. Rasa galau yang udah menyelimutinya sejak tiga hari lalu membuat Lia enggan peduli pada omongan orang dalam bentuk apapun pada dirinya.
Dalam diam Hendery memperhatikan Lia yang masih merenung itu. Kebetulan cafe lagi sepi jadi Hendery iseng ngide buat masuk ke dapur. Rencananya sih dia cuman mau bikinin coklat anget, kebetulan juga cuaca di luar agak mendung dan berangin.
"Wih, tumben. Gue mau juga dong," ucap Nathan yang saat itu tengah berada di dapur untuk memisahkan beberapa bahan makanan.
"Bikin sendiri."
"Bikinin--" ujar Nathan dengan nada sedikit manja.
"Geli anjing!"
Bikin coklat anget enggak memakan waktu yang banyak. Setelah rampung Hendery kembali ke depan untuk memberikan coklat itu pada Lia. Tapi sebelumnya Hendery mau ganti playlist dulu. Meskipun playlist galau cocok buat cuaca kayak gini tapi enggak bakalan baik buat suasana hati orang yang lagi galau berat.
Hendery meletakkan secangkir coklat hangat itu ke hadapan Lia. Cewek itu tersadar, kemudian mendongak.
"Apa?"
"Buat lo, gue gak suka coklat."
Kening Lia otomatis mengerut pelan, "terus kenapa bikin?"
"Dikasih Nathan tadi," jawab Hendery asal kemudian beranjak dari tempat itu.
Yena yang sempat menyaksikan kejadian itu hanya bisa senyum-senyum sendiri. Dia tau bagaimana perasaan Hendery pada gadis itu, tapi Yena juga tidak membenarkan perlakuan Hendery sepenuhnya. Terkesan memanfaatkan situasi hanya untuk kepentingan pribadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Marriage With Benefit
Fanfic[SELESAI] "Keep this as simple as possible. I will not only give you a marriage, but I will give you benefits."-Jayden