Benefit 19

1.4K 135 3
                                    

Kalo kata orang tua sebelum kandungan menginjak empat bulan jangan dulu digembar-gembor, pamali. Tapi gimana yah, Jayden tetep Jayden. Dia malah ngumumin kehamilan istrinya itu lewat akun media sosial yang dia punya. Otomatis, Yuta dkk ngotot banget minta 'PH'.

"Phk kali maksud lo?"

"Ck, bukan PH."

Jayden mengernyit pelan, "PH apaan sih? Gue taunya HP."

"Itu bukan sih, kadar asam basa di senyawa larutan?" tebak Dean.

Yuta mengusap pelan wajahnya, "PAJAK HAMIL!"

"Emang ada? Dulu waktu gue tau Giskha hamil Ivy gak ada tuh begitu-begitu?" tanya Johnny.

"Ada. Gue pencetusnya."

Akhirnya secara dadakan Jayden mengundang rekan kerja sekaligus teman seperjuangannya buat dateng ke rumah. Rencananya sih mau bikin dinner kecil-kecilan. Beli kok, enggak masak. Soalnya Jayden larang banget Elena biar enggak capek-capek.

"Nanti baby nya keluar dari mana? Mulut?"

Elena seketika diam, anak sekecil Ivanna memang wajar bertanya hal demikian. Tapi untuk mengetahui jawabannya, tidak sekarang.

"Bukan. Tapi aunty gak bisa jawab sekarang."

Anak itu sedikit memiringkan kepalanya, "why?"

"You still a child, princess." Elena menoleh ke arah Herina yang baru saja bergabung dengan mereka berdua.

Iya, Johnny mengajak Herina untuk ikut bergabung di acara dinner mereka. Sekalian modus sih.

"Oh gitu yah. Kalo udah gede boleh tau?"

Herina tersenyum pelan kemudian mengelus kepala Ivanna, "boleh."

Elena tau kalau Herina bukan ibu kandung dari Ivanna. Tapi sejak wanita itu menginjakkan kaki di apartemen miliknya, aura keibuan dari wanita itu benar-benar terasa ketika ia berinteraksi dengan Ivanna. Anak itu juga kelihatannya nyaman dengan Herina. Pun Elena menjadi paham kenapa Johnny sampai mengajak Herina dan nampak akrab dengan wanita itu terlepas dari status mereka sebagai 'teman satu sekolah'.

"Erin, mau pulang sekarang?" tanya Johnny. Cowok itu datang menghampiri ketiganya dengan tampilan yang begitu memanjakan mata.

Kemeja yang digulung sampai siku-siku, serta dua kancing teratas yang dibiarkan terbuka. Membuat dadanya sedikit terekspos. Elena bahkan harus memalingkan wajah agar tidak tergoda dengan laki-laki lain. Tapi, suaminya juga tidak kalah hot tuh.

"Boleh, Ivy juga kayaknya udah ngantuk?"

Johnny beralih menatap putrinya tersebut yang memang kelihatan sering menguap. Lantas pria itu mengambil jas serta dasinya kemudian pamit undur diri pada Elena dan Jayden.

"Dad, gendong!"

"Sini sama tante aja." Belum sempat Johnny mengambil alih Ivanna, anak itu sudah lebih dulu mendekap erat tubuh Herina.

"Eh turunin, biar gue yang gendong Ivy. Nanti lo keberatan."

"Gapapa."

Diam-diam Johnny tersenyum pelan menatap bagaimana Herina memperlakukan putrinya dengan penuh kasih sayang. Walau sempat terbesit keraguan dalam diri Johnny akan sosok Herina. Tapi ternyata lama-kelamaan rasa ragu itu hilang setelah melihat bagaimana interaksi antara wanita itu dengan anaknya.

Johnny sempat parno karena banyak sekali cerita di sinetron, film, atau buku yang dia baca soal ibu tiri. Kebanyakan menceritakan bagaimana kejamnya ibu tiri kepada anak mereka. Johnny tidak mau Ivanna mengalami hal itu. Dengan ibu kandungnya saja Ivanna sudah diperlakukan tidak baik, Johnny enggak mau kecolongan buat yang kedua kali.

[✓] Marriage With Benefit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang