Hendery bergerak sedikit cepat pagi ini. Mark, dan Lukas bertugas merapihkan cafe lantai atas, dirinya dan Yena di lantai bawah, juga Jevano dan Kathrine di bagian dapur. Biasanya ada sepuluh orang yang bertugas saat pagi hari, tapi karena minggu ini sudah masuk waktu ujian akhir para pekerja paruh waktu harus masuk pagi dan tidak bisa mengurus cafe.
Jevano dan Kathrine sendiri memang jadwalnya agak siang, sekitar jam sepuluh berhubung mereka berada di satu jurusan yang sama. Kathrine pun tau cafe ini dari Jevano, sekaligus merekomendasikan gadis itu untuk bekerja paruh waktu.
Bunyi lonceng yang terdapat pada ujung pintu cafe terdengar cukup nyaring. Hendery dan Yena langsung menatap ke arah orang yang baru saja masuk ke dalam. Masalahnya, mereka belum membalik papan 'open' di jendela cafe.
"Maaf tapi cafenya belum buka," ucap Yena dengan nada pelan.
Sedangkan Lia, gadis itu juga sama bingungnya ketika mendapati dua orang asing yang tengah menatap ke arahnya. Dia sempat berpikir kalau dirinya salah masuk cafe, lantas gadis itu segera pergi ke luar guna memeriksa apakah ia salah masuk cafe atau tidak.
Cafenya sama, tapi kenapa ada dua orang asing. Begitu Lia kembali memasuki cafe, muncul Jevano dari arah dapur. Akhirnya, Lia bisa bernafas lega.
"Mereka siapa?" tanya Lia setelah menyimpan barangnya di ruang staf dan menyapa Kathrine.
"Itu pekerja tetap yang baru. Namanya Kak Hendery sama Kak Yena. Seumuran sama Kak Mark," jelas Jevano.
Lia hanya mengangguk paham sambil sesekali melirik ke arah depan. Pantas saja Lia tidak tahu soal Hendery dan Yena, kemarin Lia libur. Lebih tepatnya tukar hari libur dengan Sonya berhubung ada acara penting yang mendadak.
"Lo gak ujian?"
Lia beralih menatap Kathrine yang nampak tengah membuat adonan kue, di bantu oleh Jevano yang sebenarnya pria itu hanya melihat mesin mixer berputar mengaduk adonan menjadi satu.
"Gue sore. Dosennya minta diundur, dari pada bosen juga di kosan mending kesini. Gue pikir cuman kalian doang sama Kak Mark, Kak Lukas, ternyata udah ada karyawan baru juga."
Jevano mengambil sepotong buah mangga dari dalam mangkuk, "gue denger Kak Mark, Kak Hendery sama Kak Yena itu temen deket."
"Oh ya? Gue jadi penasaran deh sama mereka. Gue ajak ngobrol ah," ucap Lia sambil pergi ke bagian depan cafe.
Nampak keduanya tengah mengobrol di dekat mesin kasir. Pekerjaan mereka sudah selesai rupanya.
"Hai, gue Lia."
Hendery dan Yena langsung menoleh ke arah Lia. Tidak lupa Yena memperkenalkan dirinya, "gue Yena. Sorry yah tadi gue pikir lo pengunjung."
Lia terkekeh pelan kemudian menatap Hendery yang ternyata menatapnya sejak tadi tanpa bergeming.
"E-eh, gue ke toilet dulu."
Hendery nampak pergi meninggalkan kedua gadis itu setelah merasa terciduk oleh Lia karena memperhatikan gadis itu dengan begitu dalamnya. Lia bingung, dia berpikir kalau memang kepribadian Hendery seperti itu.
"Dia Hendery, biasa dipanggil Dery sama gue."
Lia hanya membulatkan mulutnya sebagai tanggapan. "Kalo gitu gue mau ke atas dulu, belum laporan sama Kak Mark. Semangat Kak Yena!"
Begitu Lia pergi meninggalkan Yena, Hendery kembali dengan wajah datar. Yena menatap Hendery dari atas sampai bawah dengan alis yang sedikit naik.
"Kenapa lo? Masuk angin? Diare?"
Hendery menggeleng pelan, kemudian pria itu menarik lengan Yena dan menempelkannya di dada Hendery sebelah kiri.
"Kerasa gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Marriage With Benefit
Fanfic[SELESAI] "Keep this as simple as possible. I will not only give you a marriage, but I will give you benefits."-Jayden