Rumah yang diidamkan oleh Jayden dan keluarga kecilnya akhirnya rampung. Hari ini Jayden sengaja mengajak orang-orang terdekatnya untuk bertamu dengan tujuan syukuran kecil-kecilan atas rumah barunya.
Seluruh pegawai cafe Elena pun turut hadir termasuk Hendery yang tiba-tiba saja duduk di samping Jayden yang tengah mengotak-atik ponselnya alias mengecek email yang masuk dari beberapa client dan koleganya.
"Kak," sapa Hendery.
"Gue bukan kakak lo," jawab Jayden tanpa memalingkan pandangan dari layar ponselnya.
"Om--" panggil Hendery dengan nada hati-hati.
"Gue gak nikah sama bibi lo."
"Bapak--"
Jayden langsung berpaling dari layar ponselnya dan menatap Hendery dengan wajah sewot, "gue bukan bapak lo!"
"Terus gue panggilnya apa dong?"
Jayden berdeham pelan, "boss bagus tuh."
"Oke. Boss Jay rumahnya bagus yah," ucap Hendery. Jayden otomatis tersenyum bangga.
"Tapi kok temboknya putih?"
Jayden terdiam, merasa tidak asing dengan ucapan Hendery.
"GUE BUKAN TENTARA!" protes Jayden setelah menyadari bahwa ucapan Hendery merupakan salah satu video viral yang sedang ramai di perbincangkan di sosial media.
Hendery cuman bisa nyengir kemudian pamit undur diri setelah meminta izin untuk berkeliling menyusuri setiap sudut rumah Jayden. Tadinya Hendery sempat kepikiran kalau dia membuka channel youtube dan home tour menjadi konten pertama yang akan di buat. Tapi ternyata takdir tidak mengizinkan Hendery menjadi seorang konten kreator karena kemarin ponsel Hendery sempat jatuh dan membuat lensa kameranya retak.
Dari pintu utama nampak terlihat gerbang rumah utama yang menjulang tinggi. Kira-kira tingginya sekitar tiga meter. Pagarnya di cat warna putih serta ditumbuhi tumbuhan yang di sekitar pagarnya. Jarak dari gerbang utama ke rumah kira-kira sekitar lima sampai tujuh meter.
Di bagian depan sebelah kiri terdapat kolam ikan dan gazebo, dan di bagian depan sebelah kanannya terdapat taman mini yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman hias serta lampu-lampu taman yang jika dinyalakan pada malam hari akan menambah kesan aesthetic serta tempat parkir mobil.
Di bagian belakangnya juga terdapat kolam renang dewasa berukuran dua kali empat meter serta kolam anak berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar dua setengah meter. Di samping kolam juga terdapat bangku taman serta spot jika hendak melakukan bbq atau sekedar duduk manis sambil minum teh dan kopi.
Jika masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang akan langsung di suguhi kamar art, toilet untuk tamu, dan dapur kotor. Masuk lebih jauh lagi terdapat meja makan dan dapur bersih. Di lantai satunya terdapat ruang tamu dan dua kamar tamu. Sedangkan di lantai atas terdapat kamar utama, satu kamar bayi yang sudah Elena hias dengan sangat apik, ruang kerja dan ruang keluarga.
Sebenarnya luas rumah Jayden tidak sebesar rumah orang kaya kebanyakan yang ruang tamunya bisa mencapai luas sebesar lima kali lima meter bahkan lebih. Jayden lebih mengutamakan luasnya halaman luar rumah. Karena menurut Jayden sendiri anaknya harus lebih sering bermain di tempat terbuka dari pada di dalam rumah.
"Gue cari kemana-mana taunya disini," ujar Mark dari arah tangga.
"Kenapa? Kangen ngehomo sama gue?" jawab Hendery.
"Ewh, dude. Turun, disuruh makan."
Hendery bergerak mengekori Mark dari arah belakang. Nampaknya Jayden dan teman satu kantornya itu berniat untuk melakukan bbq di halaman belakang. Satu karpet khusus piknik besar terhampar di atas rerumputan yang Hendery yakini bahwa itu adalah rumput mahal.
Pada awalnya Hendery hendak mengambil tempat duduk yang tak jauh dari jangkauannya, tapi begitu dia menyadari bahwa ada Lia yang duduk tak jauh dari tempat yang hendak Hendery duduki cowok itu langsung memutar arah dan berakhir duduk diantara Elena dan Kathrine yang nampak sedang memotong sosis menjadi dua bagian.
"Mau dibantu gak kak?" tawar Hendery begitu pantatnya mendarat di atas karpet.
"Eh ini lanjutin dong tolong yah, gue mau cuci tomat dulu disuruh kak Jay tadi," ujar Kathrine sambil memberikan talenan dan pisau pada Hendery.
"Gue aja yang potongin kak," ujar Raiden yang tiba-tiba menghampiri Hendery dan Elena sekaligus mengambil alih pisau yang sedang digunakan Elena.
"Kenapa tadi gak jadi duduk disana?" tanya Raiden sambil menunjuk bagian kosong di sebelah Lia dengan ujung dagunya. Hendery tidak menjawab, masih fokus memotong sosis-sosis tersebut.
Raiden kemudian menepuk pundak Hendery sedikit bertenaga, "woy!"
"Hah apa?"
"Hah heh hoh mulu. Tau der ah gue ngambek."
Hendery mengernyitkan keningnya, "idih kayak Haidar aja ngambekan."
"MAKSUD LO APA?!" tanya Haidar yang tengah menjaga arang supaya tetap menyala itu tak terima saat mendengar namanya di sebut.
"Udah itu di lanjut dulu." Ujungnya Elena juga yang harus melerai ketiganya supaya tidak berkelanjutan. Bisa gawat kalau rumah barunya tiba-tiba menjadi tempat pertumpahan darah.
"Der, suka wajar kok. Tapi kalo bikin makan hati coba lepasin dikit-dikit," ucap Raiden tiba-tiba dengan nada melembut.
Hendery otomatis jadi menghentikan pergerakannya untuk selanjutnya menatap ke arah Raiden. Bagaimana cowok itu bisa tahu kegelisahan hatinya saat ini.
"Enggak semua yang kita mau harus kita punya. Coba belajar dikit aja buat nurunin ego. Masih banyak kok, gak bakalan kehabisan. Iya gak, Kak?" tanya Raiden.
Elena tersenyum, "iya."
Hidup berdampingan dengan orang-orang yang ada dihadapannya ini membuat Elena jadi semakin memahami gelagat masing-masing. Banyak hal yang terjadi selama beberapa tahun belakangan ini. Ada yang jatuh cinta, ada yang putus cinta, ada yang bertepuk sebelah tangan, ada yang belum selesai dengan masa lalunya dan ada juga yang kembali menemukan cintanya.
"Enggak harus dia, Der."
"Gue gak nemuin dia di orang lain," jawab Hendery pada akhirnya.
"Jangan mencari masa lalu pada sosok orang lain, Dery. Enggak semua manusia bisa disamakan, enggak semua manusia harus memenuhi ekspektasi dan kemauan lo. Pendekatan emang yang paling bikin capek, tapi kalo gak nyoba juga gak bakalan tau," ujar Elena.
"Dicoba Der, dikit-dikit. Gue yakin Jevano juga lama-lama bakalan ngeuh. Lo mau emang kerja jadi gak nyaman cuman karena satu cewek doang?"
Omongan Raiden itu memang benar. Kalau Hendery terus-terusan bersikap seperti ini pasti akan membuat Jevano lama-lama tahu dan situasinya akan semakin buruk. Lia juga nampak semakin hari semakin mencoba menjauhi dirinya, sadar atau tidak sadar.
"Mau ya, Der?" tanya Raiden.
"Apa?"
"Coba dikit-dikit," jawab Elena.
Meskipun rasanya berat karena sudah kepalang cinta, tapi kalau cuman sepihak tidak ada gunanya. Yang satu berjuang, yang satu malah memperjuangkan yang lain.
"Der?"
"Iya."
"Iya apa?"
"Mau coba dikit-dikit."
Dapat diyakini, bahwa kisah Hendery dan Lia selesai sampai detik ini.
***
To be continue.
Hm, kapal mana yg belum selesai ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Marriage With Benefit
Fanfic[SELESAI] "Keep this as simple as possible. I will not only give you a marriage, but I will give you benefits."-Jayden