Kalau biasanya orang lain pulang liburan badan dan pikiran jadi fresh, lain halnya dengan Jayden yang malah terserang demam dan flu. Semalam mereka sampai di apartemen pada pukul delapan malam, Jayden langsung mandi untuk membersihkan tubuhnya. Padahal Elena sudah memperingati pria itu cukup dengan cuci muka dan sikat gigi.
Namanya juga Jayden, memang orangnya keras kepala. Habis mandi, Jayden malah langsung naik ke atas kasur dengan keadaan half-naked. Jangan salahkan Elena kalau wanita itu tidak menegur. Sudah, Jayden malah menjawab kalau dia merasa gerah. Sampai akhirnya pria itu ketiduran dan paginya demam.
"Aku ke apotek dulu yah? Habis itu buatin kamu bubur."
Jayden meraih pergelangan tangan Elena, "jangan lama-lama."
Elena mengangguk pelan. Jujur, setelah Jayden sakit sikapnya jadi lebih manja. Selama mereka menikah, Jayden belum pernah terserang sakit apapun. Jadinya Elena kena culture shock sendiri.
Apoteknya tidak jauh, malah satu gedung dengan apartemen yang mereka tempati. Di apartemen itu memang dilengkapi fasilitas yang cukup lengkap. Mini market, gym, apotek, cafe, bahkan laundry. Setelah membeli obat, Elena juga mampir sebentar ke mini market untuk membeli susu dan beberapa bahan makanan yang mulai habis.
Elena kembali ke apartemen, ia mengecek Jayden terlebih dahulu ke dalam kamar. Pria itu nampak tengah memejamkan matanya, entah tertidur atau hanya menutup matanya. Lantas Elena pergi ke dapur untuk membereskan belanjaannya dan tidak lupa membuat bubur.
Sambil mengaduk bubur yang masih setengah jadi itu, Elena mencari kontak Mark dan segera melakukan panggilan.
"Halo, kak Elena. Kenapa?"
"Mark, maaf banget gue gak bisa ke cafe hari ini. Jayden demam, nitip cafe dulu yah."
"Oh gitu, ya udah bilangin sama kak Jayden cepet sembuh."
"Iya, makasih ya Mark."
Elena mengambil mangkuk dan sendok dari dalam rak piring. Ia menuangkan bubur ke dalamnya. Tidak banyak, takutnya tidak akan habis. Tidak lupa Elena memberikan potongan ayam dan sedikit kecap agar rasanya tidak terlalu hambar.
Saat masuk ke dalam kamar, Elena pikir Jayden tertidur tapi pria itu nampak bersandar pada sisi ranjang sambil menonton kartun di televisi.
"Jay, makan dulu."
"Suapin," pintanya dengan nada manja.
Elena begitu telaten mengurus Jayden yang nampak seperti bocah berusia lima tahun. Makan disuapi sambil menonton kartun, sesekali pria itu tertawa ketika si tokoh utama dalam kartun melakukan hal yang bodoh.
"Jay, mau nambah?" tanya Elena ketika melihat mangkuknya sudah kosong.
"Enggak. Makasih yah."
Elena membereskan bekas makan Jayden kemudian kembali dengan segelas air putih dan obat yang sudah dia beli sebelumnya.
Jayden meneguk tiga obat sekaligus, seperti tidak ada rasa pahit sama sekali. Lengan Elena kemudian terulur menyentuh dahi Jayden yang masih panas.
"Istirahat yah, kamu masih panas."
Jayden meraih lengan Elena sambil mengucapkan terima kasih, "emang gak salah aku pilih istri."
"Ya udah kamu istirahat aja, nanti aku telepon Johnny kalo kamu izin gak masuk dulu."
Jayden nampak mengangguk sambil tersenyum, "duh, pengen peluk. Tapi jangan deh, nanti kamu ketularan juga."
Elena kemudian naik ke atas ranjang yang kosong juga masuk ke dalam selimut. Jayden jadi makin bingung saat Elena memeluknya dengan sukarela.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Marriage With Benefit
Fanfic[SELESAI] "Keep this as simple as possible. I will not only give you a marriage, but I will give you benefits."-Jayden