Benefit 14

1.5K 141 2
                                    

Elena menghentikan langkahnya saat mendapati Jayden yang tengah duduk di depan televisi sambil memakan ubi manis. Bukan, bukan berhenti karena Jayden yang sedang memakan ubi manis. Tapi benda yang menempel di kening pria itu menjadi sorotan tersendiri.

"Oh, udah pulang?"

Niat awal izin tidak pergi ke cafe pun ternyata gagal. Elena tetap pergi ke cafe untuk membawa barangnya yang tertinggal.

"Masih panas emangnya?" tanya Elena sambil berjalan mendekati Jayden.

Jayden menepuk pelan bagian sofa yang kosong, masih sibuk dengan aktivitas mengunyah ubi manis. "Enggak."

"Terus kenapa itu ditempelin bye-bye fever?"

Jayden mengusap-usap keningnya, "gapapa sih. Lucu aja."

Elena menggeleng pelan, hampir gila dengan sifat asli Jayden yang baru keluar akhir-akhir ini. Orang dewasa mana yang masih memakai penurun panas? Iya, Jayden salah satunya.

"Udah makan?" tanya Jayden.

"Nanti aja. Belum masuk jam makan malam juga. Kamu tuh yang harus banyak makan."

Jayden hanya mengangguk pelan, "aku udah makan ubi banyak gini."

"Ya makanya jangan kebanyakan, Jay. Nanti diabetes."

Jayden meremas bungkus ubi manis yang sudah kosong kemudian meletakkannya ke atas meja. "Oh iya, soal rumah aku udah beli. Kira-kira minggu depan bisa ditempatin. Enggak jauh dari cafe sama kantor sih, malah lebih deket kesana."

Elena ikut menyandarkan tubuhnya ke bahu Jayden. "Hm, aku ikut gimana kamu aja."

"Tapi aku serahin dekor rumahnya ke kamu aja yah? Aku gak ngerti soal gituan," ucap Jayden.

"Iya."

***

Demi apapun, Johnny rasanya mau gila saja. Sebelumnya tidak pernah ada komplen apapun dari pihak perusahaan Herina. Tapi tiba-tiba wanita itu menelepon Johnny dan memintanya untuk mengganti desain gedung apartemen.

"Sorry banget nih, tapi kita juga gak tau kalo bu boss tiba-tiba minta ganti desain," jelas Winata.

Iya, Winata dan James yang datang pada Johnny sebagai perwakilan Herina. Kedua pria itu juga sebenarnya tidak tega mengatakan kemauan atasan mereka. Tapi mau bagaimana lagi, namanya perintah tetap jadi perintah dan sudah jadi tugas bawahan untuk mengiyakan kemauan atasan.

"Nanti deh, gue kabarin lagi secepatnya. Jadi ini pembangunan di berhentiin dulu gitu?" tanya Johnny.

"Iya. Gue udah bilang sama Jayden sebenernya, dia tau. Tapi katanya serahin dulu ke Johnny buat ditangani, katanya masih sakit," jawab James.

Johnny menggaruk pelipis kanannya, "oke deh. Gue paham, makasih."

Winata dan James segera beranjak dari tempat duduk mereka, keduanya juga langsung pamit pulang karena masih ada banyak pekerjaan.

"Yang jadi boss si Jayden yang pusingnya lo. Sabar ya brader," ucap Yuta sambil menepuk pelan bahu Johnny.

"Diem ya lo anjing. Mending urusin deh itu divisi lo, kerjaan kita juga masih banyak. Bukan soal proyek sama perusahaan Herina aja."

Yuta tidak membuka suara lagi, merasa nada bicara Johnny dilapisi sedikit bumbu amarah. Jujur, Yuta sendiri takut kalau Johnny dalam mode 'bete' seperti sekarang ini.

"Belum sehat juga itu anak?" tanya Johnny.

"Gak tau. Kemarin biasa aja sih, anget dikit lah. Ada yang ngurus sembuhnya cepet. Beda sama dulu pas masih jaman bujang, sakit demam doang sampe dirawat seminggu."

[✓] Marriage With Benefit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang