Tau enggak apa yang bikin Jayden batalin rapat penting terus buru-buru pulang ke apartemen?
Jadi hari ini Jayden ada rapat lagi sama perusahaannya Herina. Proyek yang mereka sedang garap sudah delapan puluh persen rampung. Rencananya mereka hari ini mau membahas soal tahap akhir dari proyeknya. Tapi tiba-tiba ada panggilan masuk dari Elena tepat saat Jayden baru saja memasuki ruang rapat.
"Kenapa sayang?"
Bukannya menjawab, Jayden malah mendapati Elena tengah terisak. Sontak pria itu langsung mengakhiri panggilan dan langsung keluar dari ruangan rapat tanpa mengeluarkan satu kata pun. Teriakan Theo atau Johnny yang terus meneriaki nama Jayden pun tidak pria itu gubris.
Pikirannya kacau. Ada banyak asumsi negatif yang muncul satu demi satu di kepala Jayden. Pria itu bahkan mengendarai kendaraannya dengan kecepatan diatas dari kecepatan biasanya.
Jayden berpikir bahwa Elena kepleset, atau mengalami hal buruk yang membahayakan calon anak mereka. Keringat dingin sudah membanjiri kedua pelipis Jayden, jantungnya juga berdetak lebih cepat.
Sampai di apartemen, pria itu tidak menemukan keberadaan Elena di ruang tamu, kamar ataupun kamar mandi. Namun begitu dia membuka ruang kerja Jayden, sekujur tubuh Jayden melemas.
Pria itu bergegas menghampiri Elena yang tengah terduduk sambil menangis di sofa yang ada di ruangan itu. Jayden menarik tubuh Elena pelan kemudian mendekap dan mengusap pelan bahu serta punggungnya.
"Kenapa, hm? Sampe nangis gini?"
Elena masih menyandarkan tubuhnya pada dada Jayden kemudian memeluknya erat-erat.
"Takut."
Jayden kemudian menarik ponsel Elena yang masih menyala. Dilihat dari histori aplikasi yang baru saja Elena gunakan membuat Jayden sedikit geram.
Di dalam aplikasi itu ada sebuah video yang memperlihatkan perjuangan seorang ibu yang melahirkan anaknya ke dunia tapi ibunya tidak memiliki kesempatan untuk mendekap anaknya.
"Aku takut, kalo itu bakalan kejadian sama aku."
Jayden menghela nafasnya pelan, kemudian semakin mendekap Elena sambil sesekali mengecup kening dan puncak kepalanya.
"Enggak gak bakalan. Gak ada yang bakalan kehilangan satu sama lain. Aku bakalan ada di samping kamu waktu persalinan nanti. Jangan mikir yang aneh-aneh lagi yah?"
Maunya begitu. Tapi akhir-akhir ini Elena jadi sering berpikir yang jelek-jelek.
"Udah jangan nangis, sini liat aku," titah Jayden sambil menghapus jejak air mata di pipi Elena.
"Jangan mikir kayak gini lagi."
"Kalo ternyata aku yang gak selamet gimana?" tanya Elena.
Jayden berdecak pelan, "enggak. Pikirin hal-hal baik aja oke? Kasian anak kita kalo kamunya gini dia juga bakalan ikut sedih."
Elena kemudian menatap ke arah perutnya, mengusapnya pelan dan merapalkan permintaan maaf karena sudah tidak sengaja menyakiti perasaan anaknya.
"Udah yah, jangan kayak gini lagi? Jangan nonton video yang jelek-jelek mending kamu liatin foto aku aja biar oknum J makin mirip sama aku."
Elena mendorong pelan tubuh Jayden agar sedikit menjauh, "males ah. Maunya mirip aku. Sana jauh-jauh deh, kesel aku sama kamu."
Jayden tertawa pelan, "loh, kamu kesel sama aku justru nanti anaknya makin mirip aku loh?"
"So tau!" protes Elena kemudian beranjak dari atas sofa di ruang kerja Jayden menuju dapur.
"Ih beneran!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Marriage With Benefit
Fanfic[SELESAI] "Keep this as simple as possible. I will not only give you a marriage, but I will give you benefits."-Jayden