AD VI

13.1K 1.7K 63
                                    

"Tutup dulu laptopnya.."ujar Nabila yang sedang meletakkan piring beserta yang lainnya di meja makan, namun sang empu tak menggubrisnya sama sekali.

Nabila menggeleng, Sunghoon itu sangat susah diatur dan menurut nabila tingkah lelaki itu sangat kekanakan.

Lelaki berlesung pipi itu sering sekali melakukan aktivitas-nya di meja makan, seperti bermain ponsel atau mengerjakan tugas, padahal kalau Nabila sedang tidak ada di rumah, lelaki itu akan sangat tahan berdiam diri di kamar.

"Hun.."

"Apasih?!"kesalnya menatap Nabila garang.

"Kalau mau ngerjain tugas di kamar sana, di sini tempatnya makan"ucap Nabila dengan nada yang sedikit tegas. Sunghoon menatap sinis gadis itu, lalu beranjak membawa laptopnya ke kamar.

Kan? Sudah Nabila bilang, Sunghoon itu kekanakan. Sangat.

Nabila lagi-lagi menghela nafas, kepalanya serasa mau pecah. Sebelum menikah tidak seperti ini sulitnya, paling pekerjaan dia hanya bersih-bersih rumah, memasak, dan mengerjakan tugas. Sekarang? Semua hal tadi termasuk mengurus suaminya yang memiliki tempramen tidak jelas.

Mengusak kasar wajahnya, Nabila beranjak ingin membujuk suaminya.
Dibukanya pintu kamar perlahan, dia menemukan Sunghoon yang sedang fokus pada laptopnya di sofa kamar.

"Ayo makan dulu"intrupsi Nabila mendekati Sunghoon, namun lelaki itu hanya diam.

"Hun.. Tadi gue gak niat ngebentak gitu, gue minta maaf oke?"final Nabila meminta maaf, membuat Sunghoon meliriknya lalu bangkit keluar kamar.

Nabila menatap kepergian Sunghoon, lalu beralih menatap laptop lelaki itu yang masih menyala.

'Laporan Keuangan Hotel Grand Manor Park'

Nabila paham sekarang, ternyata ini penyebab suaminya itu sensi.

.

.

.

Nabila menatap langit-langit kamarnya, disampingnya ada Sunghoon yang sedang bermain ponsel dengan posisi bersandar.

"Hun.."panggil Nabila yang dibalas dehaman oleh sang empu.

"Kamar di sebelah aquarium itu bisa dibuka gak?"tanyanya menatap lelaki itu.

"Bisa"jawab Sunghoon tanpa mengalihkan atensinya.

"Kuncinya mana?"tanya Nabila dan kini lelaki itu menatapnya balik.

"Mau gue bersihin terus pindah sana"ucap Nabila sebelum lelaki di sampingnya itu bertanya.

"Gak ada, sama mama"ucapnya sambil meletakkan ponselnya di nakas lalu beringsung menyamakan posisinya dengan Nabila.

Sebulan, tetapi Nabila masih saja gugup tidur dengan lelaki yang menyandang status sebagai suaminya itu, padahal lelaki itu selalu tidur memunggunginya.

Sepuluh menit Nabila beperang dengan pikirannya, sudah kebiasaan bagi perempuan itu sebelum tidur untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam hidupnya.

Dirasanya mulai mengantuk, Nabila mulai memejamkan matanya, tetapi sebuah suara mengintrupsi.

"Bil.."Nabila sontak membuka matanya. Sekaget itu? Jawabannya YA! Perdana, Sunghoon memanggil namanya untuk pertama kali.

Nabila menoleh kearah Sunghoon yang ternyata juga sedang menatapnya.

"Ya?"tanya gadis itu menatap manik sang suami.

Keduanya sama-sama diam dengan posisi saling menatap, sampai dehaman Sunghoon memecah keheningan.

"Lo tau kewajiban lo sebagai istri apa?"pertanyaan Sunghoon membuat Nabila mengernyit.

"Beres-beres rumah"jawab Nabila dengan santai.

"Selain itu"

"Masak"

"Ck, selain masak"

"Bujukin lo yang sering ngambek"celetuk Nabila dibalas tatapan kesal oleh Sunghoon.

"Kenapa emang?"tanya Nabila membuat Sunghoon kembali memunggungi gadis itu.

"Gak"

"Beneran?"

"Diem!"

Nabila menatap punggung lelaki itu dengan senyum nanar. Dia tidak sebodoh itu untuk mengerti apa maksud suaminya. Tapi biarkanlah Nabila berpura-pura bodoh untuk sekarang, karena bagaimanapun pernikahannya ini tidak akan lama, dan yang pasti nabila sudah berjanji kepada mertuanya untuk tidak melakukan apapun yang membuat hal sakral tersebut menjadi hubungan yang serius, apalagi sampai ada kata cinta di dalamnya.

Maaf cicit Nabila dalam hati.















Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang