AD XLI

9.6K 1.4K 336
                                    

Sunghoon yang baru saja pulang kerja dibuat panik setengah mati melihat Nabila yang menangis histeris di kamar, hampir saja lelaki itu menelpon polisi kalau saja Nabila tidak melarangnya.

Agak aneh memang, istri menangis yang ditelpon polisi.

"Udah yaa.. Lo kenapa?"tanya Sunghoon, tapi bukaannya berhenti menangis dan menjelaskan, Nabila bertambah histeris memeluk Sunghoon lebih erat. Kalau sudah seperti ini lebih baik Sunghoon diam, dari pada dirinya yang kena sasaran nanti.

Hampir 2 jam Nabila menangis dipelukan suaminya, sudah merasa puas gadis itu pun melepaskan pelukannya dengan masih sesegukan.

Jangan tanyakan seperti apa basahnya kemeja Sunghoon yang terkena air mata Nabila, karena sekarang kemeja putihnya itu sudah transparan dibagian dada.

"Lo kenapa?"Sunghoon kembali bertanya, lelaki itu menyelipkan rambut Nabila yang menghalangi wajah gadis itu.

"Jangan nanya-nanya, nanti gue nangis lagi"dengan suara parau Nabila berucap, mimik wajahnya sudah ancang-ancang ingin menangis kembali.

"Iya gajadi nanya"balas Sunghoon pasrah, lelaki itu berjalan ke pojok ruangan, mengambil tempat sampah lalu memunguti tisu yang digunakan Nabila dalam kelancaran proses menangisnya tadi.

Nabila hanya memperhatikan Sunghoon tanpa berniat membantu karena suasana hatinya sedang tak bersahabat.

Sesekali Sunghoon melirik Nabila, gadis itu tampak lucu dengan wajah bengkak, mata sembab, dan hidung yang merah.

"Gusah ketawa"Nabila menutup wajahnya dengan bantal ketika memergoki Sunghoon menyunggingkan bibir saat melihatnya.

"Makanya jangan gemesin"lelaki itu terkekeh, dia beralih berjongkok di hadapan Nabila yang masih duduk di kasur dengan kaki menggantung, tangan lelaki itu memeluk pinggang istrinya.

"Kalau ada masalah cerita, gue suami lo"kalimat yang terkesan sederhana, namun Nabila tau Sunghoon menyelipkan pesan di sana.

Gadis itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Sunghoon tersenyum gemas melihat tingkah Nabila, tubuhnya sedikit maju agar bisa mengecup bibir sang istri.

"Cuci muka sana, kita makan bareng"ucap lelaki itu bangkit, kini giliran Nabila mendongak menatapnya.

"Gue belum-"

"Biar gue yang masak, lo cuci muka dulu"ucap Sunghoon ingin pergi namun tangannya ditahan oleh Nabila.

Lelaki itu mengetnyit "Kenapa?"

"Baju lo ganti dulu, gusah pamer sama setan dapur"

.

.

.

Keesokannya, suasana duka itu kembali, menyelimuti 2 insan yang sedang berdiri di sisi gundukan tanah yang masih terlihat baru.

Di nisan marmer hitam itu, bersandar sebuah foto seorang remaja lelaki dengan senyuman cerianya, wajah polosnya dihiasi lesung pipi pemberian Tuhan untuk makhluk istimewa pilihan-Nya.

Nabila dan Sunghoon, merekalah yang mengurus pemakaman Janendra. Percakapan Nabila dengan Wonyoung dan Haruto kemarin berlanjut hingga 2 remaja itu mengaku bahwa jasad temannya masih berada di rumah sakit, karena tidak ada keluarga yang membawanya pulang.

Sungguh menyedihkan. Itu mengapa dada Nabila terasa sesak membayangkan nasib Janendra. Mengapa ada orang yang tega menghabisi nyawa tak bedosa sepertinya? Senyuman serta wajah polos lelaki itu sampai sekarang belum bisa Nabila lupakan.

"Kamu anak baik.. Tuhan gak mau liat kamu terus-terusan sedih.."Nabila mengusap foto Janendra dibalik kaca "Karena dunia yang kejam ini bukan tempat kamu.."

A DESTINY || PARK SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang