AD XXXIX

10K 1.4K 70
                                    

"Cantik banget istri gue"bukannya malu atau salah tingkah, Nabila malah memutar bola mata malas mendengar gombalan suaminya.

"Ayo ah pulang"Nabila ingin menyingkirkan kepala Sunghoon yang berbantalkan pahanya, tapi justru lelaki itu menahannya.

Kini mereka sedang berada di taman sepulang dari bandara. Jika ditanya mengapa kesana? Jawabannya adalah Heeseung.

Ya, lelaki itu berhasil menyelesaikan studi S1-nya di UNWA dan berencana melanjutkan S2 di Kanada, tempat sang adik berada.

Membayangkannya saja lelaki itu sudah terlihat sangat keren.

"Lo berapa lama lagi libur?"tanya Sunghoon mengalihkan pembicaraan agar Nabila tak merengek minta pulang.

"Seminggu? Mungkin"jawab gadis itu yakin tak yakin.

Sunghoon mengangguk-anggukkan kepalanya "Kemaren buat karsa cipta?"

"Pertanyaan lo gak harus gue jawab pasti lo udah tau jawabannya, karena gue belum pindah kampus"nada bicara Nabila terdengar sedikit sarkas membuat Sunghoon terkekeh.

"Anak emasnya siapa?"tanya lelaki itu lagi.

Anak emas, sebutan mereka untuk mahasiswa yang mendapat beasiswa ke luar negeri melalui kegiatan PKM-KC akhir semester. Mengapa anak emas? Karena mendapatkan beasiswa itu bukanlah hal yang mudah.

Nabila diam, tiba-tiba jantungnya berdegup kencang.
"G-gue denger-denger anak FMIPA, t-tapi gatau siapa"dustanya.

"Baguslah asal bukan lo"

.

.

.

Setelah makan malam, Nabila dibuat kesal kerena Sunghoon tiba-tiba menariknya hingga ke ruang keluarga.

"Ngapain sih?!"

"Peluk bentar, gue mau tidur"ucapnya melirik jam dinding.

Pukul 20.00.

"Di kamar aja"ucap Nabila ingin menuju kamar, tetapi tangannya ditahan.

"Disini aja"Sunghoon menunjuk sofa panjang di ruang keluarga.

"Sempit, ntar badan lo sakit semua"Nabila mencoba memberi pengertian yang sebenarnya ia tidak suka jika harus tidur berhimpitan di sana.

"Enggak, di rumah sakit juga gue rebahan di sofa"hoho, Sunghoon memang paling bisa membuat Nabila telak.

Tidak merespon lagi, Sunghoon menganggap jawaban Nabila adalah 'Ya', dengan sekali tarikan ia sudah membawa gadis itu dalam dekapannya.

"Jam sepuluh nanti bangunin, kalau gue gak bangun cium aja"

Buk

.

.

.

Nabila membuka matanya tatkala mendengar pintu kamar terbuka sedikit kasar, memperlihatkan Sunghoon yang baru saja pulang. Lelaki itu melemparkan jaketnya ke sofa, lalu menghempaskan tubuhnya tepat di sebelah Nabila.

"Awas ah!"kesal Nabila menjauhkan tangan Sunghoon mulai menggerayang, matanya menungkik, menatap lelaki itu garang.

"Lo kalau gue di rumah sakit bajunya gini?"slSunghoon menatap tubuh Nabila yang hanya dibalut kaos putih transparan dengan hotpants sebagai bawahan. Pulang-pulang sudah disuguhi pemandangan seperti itu, jujur kepalanya terasa pusing melihat itu.

Nabila yang sudah menangkap sinyal tak enak memilih untuk bangkit dari tidurnya, mengubah posisi menjadi duduk. Tapi justru tubuhnya dibuat meremang karena tiba-tiba tangan sang suami mengelus pahanya.

"Hun, gak usah aneh-aneh"peringat Nabila menyentak tangan lelaki itu.

"Pelit banget"gumam Sunghoon, namun nabila tak memperdulikan lelaki itu, ia lebih memilih beranjak menuju kamar mandi. Sedangkan Sunghoon hanya menatap kepergian gadis itu sambil memeluk guling.

Cukup lama Nabila di dalam kamar mandi, hingga tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dengan kepala gadis itu sedikit menyembul.

"Hun"panggilnya membuat sang empu menoleh.

"Apa?"

"Keluar sana"usir Nabila membuat Sunghoon mengernyit.

"Lupa bawa baju"ucap gadis itu dibalas anggukan paham oleh Sunghoon.

"Yaudah keluar aja"ujarnya kembali memainkan ponsel.

"Pokoknya udah gue ingetin ya"setelah mengatakan itu Nabila keluar dari kamar mandi hanya dengan balutan handuk.

Shit

Sunghoon menelan ludahnya, pikirannya mulai liar membayangkan sesuatu.

"Bil.."

"Gak usah manggil-manggil. Udah gue suruh keluar tadi kan? Jadi tahan sendiri"santai gadis itu memilah pakaian di lemari.

Kejam. Itu mungkin sebutan yang pas dari Sunghoon untuk Nabila.

"Lo gak kasian sama gue? Gue lagi pengen.."dengan wajah melas lelaki itu berujar, membuat Nabila meliriknya tanpa minat.

Sebenarnya Nabila kasihan dengan suaminya itu, selama mereka menikah, Nabila sama sekali belum memberikan hak Sunghoon sebagai suami.

Tapi bagaimanpun Nabila berpikir ke depan, dirinya ataupun Sunghoon tak tau apa yang terjadi nantinya dengan pernikahan mereka, karena disini ada seseorang yang sedang mereka tunggu keputusannya.

Nabila membalikkan tubuhnya, agar bisa menatap sang suami sepenuhnya.

"Lo pernah ke club kan?"tanya Nabila membuat Sunghoon mengangguk ragu.

"Kalau lo pengen, jajan aja, gak gue larang"Sunghoon mendelik, apakah istrinya itu waras?!

"Gak! Gue cuma mau sama lo"Sunghoon menggeleng sebagai jawaban. Karena jujur, tubuhnya akan bereaksi hanya pada Nabila, tidak perempuan lain.

"Terserah, tapi gue gak bisa"Nabila mengambil pakaiannya lalu berjalan ke kamar mandi.

"Lo ragu?"suara itu membuat Nabila menghentikan langkahnya "Lo gak ada niatan buat pisah sama gue kan?"pertanyaan itu, bagaimana Nabila bisa menjawabnya? Karena dirinya sendiri pun menanyakan hal yang sama.

"Udah jam enam, lo harus kerja"ucap Nabila sebelum benar-benar masuk kamar mandi.

Sunghoon menghela nafas berat.
"Artinya lo masih ragu sama gue"



























Aku kasi yang cheesy dulu, kerena bentar lagi bakal ada kejutann!


Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang