AD III

16K 1.8K 108
                                    

Nabila berdiri didepan rumah mewah tempatnya melangsungkan sesuatu yang sangat sakral hingga bisa memiliki suami di umur yang masih terbilang muda.

Ditekannya benda persegi kecil disamping pintu rumah, tak berselang lama keluarlah wanita paruh baya dengan aura yang sangat elegan. Bahkan tidak bisa dibilang paruh baya mengingat wajah wanita itu sama sekali tidak menua.

"Ehh si cantik udah dateng.. Sini masuk"Margareta menggandeng lengan Nabila, membawa gadis yang dilanda kecanggungan itu masuk kedalam rumahnya.

"Duduk dulu ya, ada yang mau tante ambil--Bi..! Tolong bikinin minum untuk menantu kesayangan saya yaa!"wanita itu berteriak, berharap orang-orang di dapur sana mendengarnya.

Nabila duduk memegang lututnya canggung di ruang tamu rumah itu, ketika art memberikannya minum, tak lupa gadis itu sedikit membukuk dan tersenyum sambil mengucapkan kata 'makasih'.

Ditengah kesunyian itu, Margareta datang membawa map coklat ditangannya, lalu meletakkannya di meja persis dihadapan Nabila, membuat gadis itu menatap bingung mertuanya.

"Coba kamu baca"suruh Margareta dengan senyumannya. Dengan ragu Nabila menuruti perintah mertuanya, dibukanya map coklat itu, lalu dibacanya setiap kata dengan teliti.

"Maksudnya apa ya tan?"Nabila kembali menatap Margareta, diletakkannya kembali berkas 5 lembar yang tadi dibacanya.

Isi dokumen itu adalah surat warisan atas nama Park Sunghoon, yang akan menjadi penerus direktur Hotel Grand Manor Park.

"Kamu tau alasan mama kamu ngasi kamu ke tante?"tanya Margareta.

Tentu nabila tau, ibunya itu mengaku memiliki hutang pada mertuanya, dan kebetulan waktu itu Margareta sedang mencari perempuan untuk ia jadikan menantu, alhasil Adella menyerahkan Nabila pada wanita itu.

"T-tau tan"

"Sebenernya tante jadikan kamu menantu bukan tanpa alasan"Margareta menjeda kalimatnya "Kamu tau perempuan yang selalu ada di dekat ayah Sunghoon di hari pernikahan kalian?"tanya wanita itu membuat Nabila mengangguk.

Ah wanita itu, tentu Nabila mengetahuinya. Wanita itu terus menempel pada ayah mertuanya di hari pernikahannya, sebenarnya Nabila sangat ingin tau siapa wanita itu, dan mungkin rasa penasaran itu akan terjawab sekarang.

"Dia madu tante"Nabila melotot kaget, sungguh!, sangat kaget.

"Kami sama-sama punya anak laki-laki, dan aturan dari suami tante, anak laki-laki pertama yang menikah di keluarga kami akan menempati jabatan pertama di perusahaan"Margareta menjeda.
"Madu tante punya dua anak laki-laki, tapi yang satu anak dari dia, sedangkan anak dari suami tante masih sekolah"
"Tante tau kalau madu tante bakal ngelakuin segala cara supaya anaknya bisa nempati posisi jadi direktur utama, tapi karena anaknya masih sekolah, dia gak bisa apa-apa"

"Nabila.. Tante tau tante salah, maksa kalian berdua buat nikah di umur kalian yang seharusnya kalian sibuk sama dunia kuliah"Margareta tersenyum nanar "Tapi tante gak mau terlambat, tante takut posisi itu direbut. Bukan tante gila materi, tapi wanita ular itu bakal nguasai semuanya"

Nabila tidak percaya dengan apa yang didengarnya, ia kira pernikahannya hanya hal konyol yang tidak beralasan, ternyata semua diluar dugaannya.

Park Sunghoon, ternyata lelaki itu merelakan masa mudanya demi menyelamatkan keluarganya, hal itu membuat Nabila sedikit iba.

"Tapi, kalau nanti Sunghoon udah lulus kuliah dan mimpin bisnis ayahnya, kamu bisa bebas Nabila.. Untuk sekarang tolong bantu tante yaa?"penuh harap Margareta menggenggam tangan Nabila.

Bebas katanya? Cerai?

Nabila tersenyum kecut, keinginannya untuk menikah sekali seumur hidup sepertinya tidak berlaku lagi, karena bagamaimanapun sepertinya akan ada pernikahan kedua dalam hidupnya.

"I-iya tante.. Nabila bantu sebisa Nabila"gadis itu tersenyum canggung.

"Kamu sekarang udah besar yaa.."Margareta mengelus surai Nabila sembari tersenyum hangat, berbeda dengan Nabila yang mengernyit heran.

"Maksud tante kamu ternyata dewasa, pemikiran kamu jauh beda sama usia kamu"Margareta meralat kata-katanya. Mendengar itu Nabila hanya bisa tersenyum kikuk.

"Oiya, satu lagi permintaan tante"kedua manik itu saling bertatapan.

"Apapun yang terjadi kedepannya, tolong jangan saling mencintai yaa.. Kamu pasti tau kalau pernikahan ini sebagai bayaran dari mama kamu"perkataan Margareta selanjutnya membuat Nabila membeku. Segitu hinanya kah dirinya saat ini? Hanya dianggap sebagai alat pembayaran atas hutang-hutang ibunya.











Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang