AD XXII

11.5K 1.6K 20
                                    

Empat orang lelaki itu belum juga bubar, kini mereka malah asik dengan kegiatan masing-masing

Brak

"Gara-gara si jenggot gak masuk gue jadi gabut gini bangsat lah"jake melempar benda pipih berlogo apel keroak itu ke atas meja

"Gausah sok gabut, kerjain mini riset sama rekayasa ide lo bego"jay mengeluarkan laptop jake dari ransel lelaki itu, meletakkan tepat dihadapan sang empu

Jake itu harus dipaksa untuk mengerjakan tugas, karena jika tugasnya tidak siap, jay akan menjadi joki tugas dadakan lelaki itu

"Besok deh gue kerjain"jake menutup laptopnya, memasukkannya kembali ke dalam ransel

"Serah, gosah ngemis-ngemis minta bantuin"tukas jay fokus dengan laptopnya

"Atau kita cabut sekarang?"tawar heesung

"Gas gas gas"dengan semangat jake menyampirkan tas-nya di bahu, tapi suara sunghoon mengintrupsi

"Gue bakal berenti"ucapan lelaki membuat antensi ketiga temannya beralih menatapnya

"Gue bakal lepas nama dari UNWA"kalimat itu membuat jake, jay, dan heesung mendelik

"Lo mau putus kuliah? Kenapa?"tanya heesung

"Gue bakal gantiin papa"jawab sunghoon memejamkan matanya. Sebenarnya dia tidak rela putus kuliah ditengah jalan

"Gak bisa nyambil? Lo masih semester 3—gak sayang?"
"Seenggaknya selesain dulu S1"ucap heesung mencoba memberi pengertian pada sunghoon

Bukan masalah gelar atau apa. Banyak orang tidak kuliah tetapi sukses. Tetapi disini kasusnya berbeda, sunghoon sudah menjalani kuliahnya selama 18 bulan, sayang jika dirinya harus putus ditengah jalan

"Gue pengennya gitu, tapi gue gak yakin bakal bisa"

Sunghoon kembali teringat ketika pertama kali dirinya diserahi tugas mengurus keuangan Hotel Grand Manor Park oleh anton, dan karena itu tugas-tugasnya terbengkalai. Apalagi ini? Menggantikan anton berarti dia meng-handle semuanya kan? Jadi sepertinya sunghoon lebih memilih mengundurkan diri dari UNWA dari pada dia di DO nantinya

"Kalau memang itu keputusan lo, kita bisa apa"heesung menepuk pundak sunghoon. Sahabat yang sudah ia anggap seperti adik sendiri itu terlalu banyak memikul beban di pundaknya. Harapan heesung hanya 1, dia berharap semua masalah yang dihadapi sunghoon berakhir bahagia, semuanya

"Lo keren hun, lo kuat"jay menimpali membuat sunghoon tetsenyum tipis

"Thanks"

.

.

.

"Ntar malem balik ke rumah sakit?"tanya nabila yang sedang menyuci piring makan malam mereka

Selama 2 minggu ini, rumah sakit memang menjadi rumah kedua sunghoon, lelaki itu akan pergi jam 22.00 malam dan akan pulang jam 05.00 subuh. Nabila? Dia akan berkunjung ketika siang sehabis pulang dari kampus, dan menjaga margareta hingga matahari terbenam

Mereka bergantian. Siang sampai sore sunghoon akan menjaga rumah, malam hingga subuh giliran nabila menjaga rumah

Bisa dibilang belakangan ini sunghoon dan nabila hanya bertemu paling lama 7 jam dalam sehari

"Pusing?"tanya nabila, gadis itu mengambil tempat dihadapan sunghoon—di meja makan

"Dikit"jawab sunghoon memijat pelipis di depan laptopnya

Nabila sebenarnya cemas karena mengetahui sunghoon hanya akan tidur 2 jam dalam 2 atau 3 hari sekali. Seberapa banyak obat tidur yang ditelan lelaki itu tidak akan berpengaruh, malah insomnia suaminya itu semakin parah

Nabila melirik jam dinding yang terpasang di dapur. Pukul 19.30
"Mau tidur sebentar?"tanyanya dibalas gelengan oleh sunghoon

"Masih ada waktu sampe jam sepuluh"

"Gak bisa tidur"lirih lelaki itu

Nabila menggigit bibirnya, sebenarnya dia tidak yakin dengan pikirannya, tetapi apa salahnya mencoba?

"Sini deh"nabila menarik tangan sunghoon, mengajak lelaki itu ke ruang keluarga. Nabila mendudukkan suaminya di sofa, mendorong bahu lelaki itu agar merubah posisi menjadi tidur

"Coba tutup mata"sunghoon mengernyit, namun tetap mengikuti perintah nabila

"Bisa tidur?"pertanyaan itu membuat sunghoon kembali membuka matanya, lalu menggeleng

"Mau peluk?"tawaran blak-blakan nabila membuat sunghoon mendelik, namun lelaki itu tetap mengangguk

Nabila mengambil tempat disamping sunghoon, ruang yang sempit itu membuat tubuh mereka saling berhimpit tanpa jarak

"Pindah ke tempat tidur aja gak?"tanya nabila, dia sedikit risih dengan posisi dari ide gilanya

"Gini aja"sunghoon memejamkan matanya, menelusupkan wajahnya pada perpotongan leher nabila, menghirup aroma vanilla yang sangat ia sukai jika berdekatan dengan gadis itu

Setelah itu keduanya sama-sama diam. Nabila memandangi wajah sunghoon dari jarak yang sangat dekat. Nabila baru menyadari bahwa wajah suaminya itu memiliki beberapa tahi lalat yang tidak terlalu terlihat

"Gue suka meluk lo"darah nabila berdesir, sunghoon berucap tepat dilehernya, membuat bibir dingin lelaki itu terasa menyapu kulit telanjangnya

Jantung nabila berdebar tak karuan, dia tidak merasa marah atas perlakuan sunghoon seperti waktu itu

Sebenernya gue kenapa?










Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang