"Kamu belakangan ini kenapa sering pulang cepet? Ada masalah?"tanya Jeno membuat Nabila menghentikan kegiatan makannya.
"Emm lagi ada urusan keluarga aja"jawabnya diangguki oleh Jeno.
Sudah 2 minggu Nabila pulang lebih awal hanya demi bergantian dengan Sunghoon untuk menjaga Margareta. Ya, ibu mertuanya itu sudah terhitung 2 minggu tidak sadarkan diri terbaring lemah di ranjang ruma sakit.
"Kamu malem ini free?"Jeno kembali bertanya, menatap Nabila membuat mata gadis itu bergerak tak nyaman.
Aneh batin Jeno.
"Aku udah ada janji sama orang kak, jadi maaf aku gak bisa"ucap Nabila dengan nada menyesal membuat Jeno tersenyum.
"Gapapa, santai aja, mungkin lain waktu"ujar lelaki itu mengacak rambut perempuan di hadapannya.
.
.
.
"Gimana nyokap lo?"tanya Jay membuat kedua temannya menatap seseorang yang ditanyai, seolah menodong pertanyaan yang sama.
"Masih sama"Sunghoon mengehela nafas, mengingat Margareta membuat hatinya berat.
"Yang sabar bro"ucap Jake menepuk-nepuk pundak Sunghoon.
"Kalau bokap lo gimana?"tanya Heeseung .
"Udah di dalem tanah"
Byurr
"Anjing"Jake mengupat ketika wajahnya disembur oleh Jay.
"Sembarang lo ngomong!"Heeeung menoyor kepala Sunghoon. Siapa percaya? Sunghoon hanya memberi kabar bahwa orang tuanya kecelakaan, bukan kabar kematian.
"Perlu gue tunjukin?"
"SUNGHOON BEGO"suara Jake menggelegar membuat seisi kantin menatap ke arah mereka. Jangan tanya pada Jay, Heeseung, dan Sunghoon seberapa malunya mereka.
"Lo bisa diem gak sih anjing! Malu banget gue pernah serahim sama lo"Jay memukul kepala kembarannya itu membuat sang empu meringis.
"Lo kok gak bilang sama kita-kita?!"suara Heeseung meninggi, namun tetap di batas normal.
"Lo pada gak nanya"
"Seenggaknya lo bilang. Lo anggep kita apa? Lo anggep gue apa?"suara Heeseung berubah, Sunghoon benar-benar membuatnya terlihat seperti seorang pecundang.
"Udah lah bang.. Gak penting juga"
Bugh
Seperti yang kalian bayangkan, Heeseung menghantam rahang Sunghoon membuat lelaki itu tersungkur. Kini mereka menjadi pusat perhatian orang-orang di kantin.
"Bangun lo"Heeseung menarik kerah baju Sunghoon, menarik paksa lelaki itu agar bangkit.
"Bang udah bang"Jake mencoba melerai, sedangkan Jay hanya diam sebagai penonton. Hal seperti itu sudah biasa ia saksikan, Jake saja yang terlalu lebay.
Heeseung memang tak jarang memukul Sunghoon agar lelaki itu sadar atas apa yang ia ucapkan, dan itu membuat Jay terbiasa karena setelahnya mereka akan biasa-biasa saja. Yaahh.. Walaupun Jay tidak tau arah pembicaraan mereka dan apa yang membuat Heeseung gemar sekali memukul Sunghoon.
Jake menghelas nafas lega, usaha kerasnya membuahkan hasil. Walaupun tubuhnya yang lebih pendek dari Heeseung dan Sunghoon itu sempat terombang-ambing, tetapi akhirnya kedua temannya itu kembali tenang.
"Sadar lo udah ngomong apa?"tanya Heeseung yang diangguki oleh Sunghoon, lelaki berkulit putih pucat itu meringis memegang rahangnya yang terasa ngilu "Bagus, gue gak nyesel mukul lo"sambung Heeseung, kalimat itu selalu ia ucapkan setelah memukul Sunghoon.
"Lo yang dipukul gue yang jantungan njing"Jake memegang dada bagian kirinya, reaksinya memang selalu begitu ketika Heeseung dan Sunghoon berkelahi. Biasalah, dia cinta perdamaian.
"Lebay"celetuk Jay.
"Lebay lebay-mbahmu lebay"
"Mbah gue mbah lo juga"
"Dih? Lo siapa gue siapa? Gak sudi satu mbah sama lo"
"Mbah-"
"Diem njing! Ngapa jadi mbah mbah-an?!"Heeseung kesal, Jake dan Jay memang tidak pernah akur, padahal waktu di rahim juga saling peluk-pelukan.
"Pulang ngampus lo bedua ikut gue"Heeseung menatap Jake danJay bergantian.
"Kemana?"
"Ziarah ke makam om Anton"
"Bukannya lo ada bimbingan?"
"Bodo amat, gue udah pinter"
"Dih, nanti gak lulus nangess"ledek Jake.
"Gausah mikirin gue, pikirin aja 3 matkul semester 1 lo yang disuruh ngulang"
"Babi"
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
A DESTINY || PARK SUNGHOON
Random[TERBIT] "Mama jual aku?" Itu adalah kata-kata terakhir Nabila sebelum dirinya sah menjadi istri seorang Park Sunghoon ⚠Mohon bijak dalam memilih bacaan⚠ Cerita ini hanya FIKSI! Alur, Latar, dan Tokoh tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli...