Sunghoon memperhatikan setiap pergerakan Nabila. Seperti biasa, Nabila memasak dan Sunghoon hanya duduk di meja makan.
Perkataan Heeseung tadi siang terus mengganggu pikirannya, apakah dia harus mengikuti hatinya atau egonya?
Hatinya memilih Nabila, tetapi pikirannya justru dipenuhi wajah Margareta.Sunghoon bingung, antara Nabila dan Margareta, keduanya tidak bisa ia lepaskan, tapi mengapa justru salah satu dari mereka harus ia relakan?
Destiny
Tidak bisa dihindari namun bisa dirubah kan?
"Hun!"panggilan keras itu membuat Sunghoom tersentak.
"H-ha?"
"Kalau udah selesai makan letak aja piringnya di wastafel"ucap Nabila membuat Sunghoon mengangguk.
"Lo mau kemana?"tanyanya ketika Nabila melengos dari hadapannya.
"Kamar"
"Gak makan?"
"Udah di kampus"
Setelah kalimat terakhir itu Nabila benar-benar pergi dari sana, meninggalkan Sunghoon dengan perasaan gundah.
"Gue harus apa Tuhan.."ucapnya frustasi.
.
.
.
Jam menunjukkan pukul 23.30, namun Sunghoon tidak merasakan kantuk sama sekali. Lelaki itu duduk diruang keluarga dengan TV yang menyala namun tidak ia lihat, pikirannya ntah kemana.
Sebenarnya Sunghoon ingin ke kamar, mengambil pil yang biasa ia telan, namun ntah apa yang salah pada dirinya, rasanya canggung jika berdekatan dengan Nabila.
Hhhh sepertinya Sunghoon sudah sangat bergantung dengan pil itu. Tapi jika diingat-ingat, bukannya malam itu dirinya juga tidak menelan pil? Tetapi mengapa dia tidur sangat nyenyak? Bahkan jika sinar matahari tidak mengusiknya, lelaki itu tidak akan terbangun. Apakah alkohol bisa menjadi alternatif keduanya agar bisa tidur?
Ting tong
Lamunan Sunghoon buyar, lelaki itu menatap pintu utama dengan kaget.
Manusia mana yang bertamu malem-malem gini?
"Nabila!"
"Jangan panggil nama bego, takutnya salah rumah"
"Bener kok, sesuai titik"
"Gojek lo?"
"Apasih, gajetot anjing"
Sunghoon mengernyit mendengar bisik-bisik yang ditangkap indra pendengarnya. Karena rasa penasarannya lebih besar dari rasa takut, lelaki itu beranjak membuka pintu.
"Siapa ya?"tanyanya menatap 2 orang lelaki di hadapannya.
"Kan gue bilang apa, salah rumah"bisik pria yang kulitnya lebih putih.
"Bener kok ini——emm btw bener ini rumah Nabila?"
"Iya bener"
"Gue bilang juga apa, sesuai titik"bisiknya pada temannya.
"Nabila-nya ada?"tanya lelaki yang wajahnya mirip panda."Ada perlu apa ya?"
"O-oh ini-"lelaki itu menyerahkan bungkusan pada Sunghoon "Tadi dia minta dicariin ini"
"Ini apa?"
"Seblak"
"Untuk ap-"
"Eh Jihoon, Yoshi"suara Nabila yang baru datang mengalihkan pandangan ketiga lelaki itu.
Mendengar suara itu Jihoon merampas bungkusan yang sudah ia berikan pada Sunghoon, menyodorkannya pada Nabila.
"Pesenan lo"
"Maaf ya gue nyusahin malem-malem"ucap Nabila tak enak hati.
"Banget-AW"
"Gak kok Bil, santai aja, kebetulan kita lagi nongkrong di luar"ucap Yoshi tersenyum kearah Nabila.
"Btw ini siapa Bil?"Jihoon yang masih mengelus pinggangnya akibat cubitan Yoshi, menunjuk Sunghoon.
"Besok gue ceritain——ohya sekalian uangnya besok ya?"
"Dih sekarang a-"
"Kalau gitu kita balik ya Bil, jadi gak enak ganggu lo malem-malem"pamit Yoshi sambil membekap mulut Jihoon.
"Gue yang gak enak udah nyusahin lo berdua——sekali lagi makasi yaa.."Nabila melambaikan tangannya ketika Yoshi sudah menjauh, tentu lelaki Jepang itu tak lupa menyeret temannya.
Dilihatnya Yoshi dan Jihoon sudah pergi, Nabila berlari kecil menuju dapur, meninggalkan Sunghoon yang masih memasang wajah bingung.
Dengan senyum yang tak luntur, Nabila membuka bungkusan berkuah merah itu. Sebenarnya dia bohong mengatakan jika dirinya sudah makan pada Sunghoon. Nabila hanya tak mau makan dengan lelaki itu, dan ketika rasa lapar merayapinya, ntah mengapa gadis itu membayangkan jajanan-nya waktu SMA dulu, akhirnya Yoshi dan Jihoon yang memiliki rutinitas nongkrong setiap malam menjadi targetnya .
"Bil"panggilan itu tidak Nabila hiraukan, ia tetap fokus pada makanannya.
"Ngapain malem-malem nyuruh orang?"pertanyaan Sunghoon dibalas lirikan oleh Nabila.
"Mereka aja biasa, kenapa lo yang ribet sih?"
"Tapi kan gak enak"
"Yaudah sih, udah nyampe juga seblaknya"Nabila melanjutkan makannya.
"Lain kali jangan nyuruh orang, gunanya gue apa?"Sunghoon mengambil duduk di hadapan Nabila.
"Emang lo siapa?"
"Suami lo"
Jawaban Sunghoon membuat Nabila mendengus tak suka.
Cih suami
Apakah kalian sadar? Sepertinya ada yang bertukar kepribadian di sini.
Sunghoon meringis melihat Nabila kepedasan dengan wajah memerah.
"Lo ngapain coba malem-malem makan beginian?"Sunghoon menunjuk mangkuk seblak Nabila dengan ekspresi errr ngeri.
"Lo kok bawel sih?"lagi lagi Nabila menatap Sunghoon tak suka, kenapa lelaki itu mendadak banyak bicara?
"Kan gue nanya"
"Gausah tanya-tanya, gak gue jawab"ucap Nabila membuat Sunghoon mengulum bibir.
Diam beberapa saat, Nabila sibuk dengan makanannya, sedangkan Sunghoon sibuk mengamati gadis itu.
"Udah, muka lo udah merah"Sunghoon ingin menarik mangkuk Nabila, namun ditahan oleh sang empu.
"Belum"gadis itu melanjutkan makannya.
"Gak sehat makan-makanan kyk gini Bil.. Lagian ini udah malem"
"Apasih?! Gue masih pengen"Nabila menjauhkan tangan Sunghoon yang ingin menjangkau mangkuknya.
Pengen katanya?
"Bil"
"Apasih?!"
"Lo kan belum gue apa-apain"
Kalian lebih suka Sunghoon diem-diem kyk limbad atau banyak ngoceh?
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
A DESTINY || PARK SUNGHOON
Random[TERBIT] "Mama jual aku?" Itu adalah kata-kata terakhir Nabila sebelum dirinya sah menjadi istri seorang Park Sunghoon ⚠Mohon bijak dalam memilih bacaan⚠ Cerita ini hanya FIKSI! Alur, Latar, dan Tokoh tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli...