Nabila meninting tas-nya melewati dapur, namun atensinya tak sengaja melihat benda berwarna coklat di atas meja makan.
"Pasti lupa"nabila mengambil map berwarna coklat itu, di dalamnya ada berkas yang dipelajari sunghoon kemarin malam, bahkan lelaki itu membawanya saat menemani margareta.
Nabila membawa map itu, berniat untuk ia antarkan sebelum pergi ke kampus.
.
.
.
"Permisi"panggil nabila pada seorang wanita di meja resepsionis.
"Iya? Ada yang bisa saya bantu?"wanita itu berdiri, tersenyum ramah kearah nabila.
"Emm sung-maksud saya pak sunghoon nya ada?"
"Pak sunghoon? Direktur baru kami?"tanya wanita itu diangguki oleh nabila.
"Beliau sedang ada urusan diluar dengan kolega bu--kalau boleh tau ibu ada keperluan apa ya?".
Dia langsung kerja?
"Ah enggak, saya cuma mau ngasi ini, mungkin tadi p-pak sunghoon buru-buru, jadi lupa kebawa"ucap nabila canggung, aneh rasanya menyebutkan pak didepan nama suami itu.
Gadis itu menyodorkan map coklat yang dibawanya kepada wanita dengan rambut sebahu itu, membuat sang empu mengerutkan kening.
"Ibu-"
"Nabila?"sebuah suara mengintrupsi membuat kedua perempuan yang sedari tadi berintaksi menoleh ke sumber suara.
"Sunghoon.."nabila tersenyum melihat wajah lelaki itu, tapi seketika senyumnya hilang melihat seorang perempuan cantik berdiri disamping sunghoon.
"Ah kenalin, ini karina, kolega bisnis gue"sunghoon yang paham akan situasi memperkenalkan perempuan disampingnya.
"Karina park"karina mengulurkan tangannya seraya tersenyum, nabila yang masih mencerna isi pikirannya terdiam sesaat lalu menyambut uluran tangan karina.
"Nabila.."nabila tersenyum kikuk.
"Siapa hun? Pacar lo yaa?"goda karina membuat wajah sunghoon sedikit panik.
Lo? Kolega bisnis pake lo gue? Batin nabila.
"Bukan"sunghoon menggeleng keras "I-ini sepupu gue-iya sepupu"jawab sunghoon dibalas anggukan mengerti oleh karina.
Nabila menatap sunghoon dengan pandangan sulit diartikan, jujur dia kecewa dengan jawaban lelaki itu.
"Kalau gitu gue cabut ya"nabila menatap sunghoon sebelum beralih menatap karina.
"Mari karina.."ucapnya dengan senyuman, lalu melenggang dari hadapan 2 insan itu.
"Iyaa.."balas karina tak kalah lembut menatap kepergian nabila.
"Perasaan lo gak punya sepupu cewek"
.
.
.
Nabila berjalan memasuki gerbang fakultasnya, ntah mengapa mood nya rusak pagi itu.
"Nabila!"panggilan itu membuat nabila membalikkan tubuhnya, seketika bibirnya melengkung membentuk senyuman manis.
"Kak jeno"ucap nabila.
"Cepet banget jalannya"jeno menyamakan langkahnya dengan nabila, lelaki itu sedikit terengah karena sempat berlari tadi.
"Kak jeno aja lama"gurau nabila. Bukannya marah, jeno malah terkekeh lalu mengacak rambut gadis itu gemas, namun reaksi nabila tidak seperti biasanya, gadis itu mengelak.
"Kamu kenapa?"tanya jeno, dia merasa aneh dengan nabila akhir-akhir ini. Nabila tidak menjawab, dia pun tidak tau mengapa tubuhnya reflek menjauh.
Tidak ingin suasana menjadi canggung, jeno kembali angkat bicara "Pulang dari kampus-"
"Aku udah ada janji kak, maaf"nabila menunduk. Jeno awalnya diam, namun kemudian lelaki itu tersenyum hingga matanya menyipit.
"It's oke, mungkin lain waktu"balas lelaki itu membuat nabila tak enak hati.
Jeno itu kenapa bisa sangat baik dan sabar? Nabila tak habis pikir dengan lelaki itu.
.
.
.
"Aku harap kamu bisa jaga nabila dengan baik, karena aku udah terlanjur sayang sama dia"
Kegiatan nabila yang hendak membuka pintu ruang inap margareta terhenti.
"Sebentar lagi ulang tahunnya, aku harap kamu bisa bangun dan gantiin aku buat ngucapin ke nabila"
"Aku pulang ya.. Lekas sembuh margareta.."
Mendengar kalimat terakhir itu nabila menjauhkan tubuhnya dari pintu. Ketika bunyi handle menyapa indra pendengarannya, netra gadis itu bertubrukan dengan manik wanita paruh baya yang sangat ia kenali.
"Mama.."
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
A DESTINY || PARK SUNGHOON
Random[TERBIT] "Mama jual aku?" Itu adalah kata-kata terakhir Nabila sebelum dirinya sah menjadi istri seorang Park Sunghoon ⚠Mohon bijak dalam memilih bacaan⚠ Cerita ini hanya FIKSI! Alur, Latar, dan Tokoh tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli...