AD XI

13.1K 1.7K 103
                                    

Margareta membantu Nabila memasak di dapur, tetapi matanya terus-terusan menatap sinis sang anak yang tengah bermain ponsel di meja makan.

"Kenapa gak kamu kasiin kuncinya?"tanya wanita paruh baya itu untuk kesekian kalinya.

Sunghoon mengalihkan atensinya melirik Margareta "Udah aku bilang aku lupa ngeletakin dimana"jawab Sunghoon masih dengan kalimat yang sama.

"Terus kenapa kamu bilang kalau mama yang pegang kuncinya?"tanya wanita itu mengintimidasi.

Sunghoon mendengus, dia tidak bisa menjawab pertanyaan kedua Margareta, karena itu sedari tadi ibunya tidak berhenti menanyakan hal yang sama, karena Margareta yakin ada yang aneh dari respon anaknya. Terlebih lagi Sunghoon bukannya orang yang mudah lupa atau teledor.

"Mama gamau tau, kamu cari kuncinya sampe ketemu"Margareta membalikkan tubuhnya, membantu Nabila yang sedang sibuk dengan kegiatannya.

Gadis itu memang terlihat fokus dengan masakannya, tetapi telinganya justru lebih fokus mendengarkan percakapan mertua dan suaminya.

Ingat ketika nabila menanyakan kunci kamar yang ada disebelah aquarium? Ternyata kunci itu tidak benar ada pada Margareta, tetapi Sunghoon lah yang menyimpan kunci tersebut, dan sekarang lelaki itu mengaku kalau kuncinya hilang.

Yang menjadi pertanyaan Nabila, kenapa harus berbohong dengan mengatakan kalau kunci itu ada pada mertuanya?

Ting tong

Suara bel yang nyaring mengalihkan atensi tiga manusia yang ada di dapur.

Margareta yang sedari tadi sibuk dengan kue buatannya tiba-tiba merapikan penampilannya. Sunghoon, pandangan lelaki itu berubah menjadi dingin, lalu beranjak menuju pintu. Sedangkan Nabila, jatungnya berpacu lebih cepat, ntah mengapa rasa gugup mulai menjalarinya.

Jawaban dari ekspresi-ekspresi diatas adalah karena Anton, ayah Sunghoon ingin mengunjungi rumah anaknya, tentu bersama Sandara, istri keduanya.

Ya, Margareta datang bukan tanpa sebab. Dia mendapat kabar dari suaminya yang ingin mengunjungi rumah Sunghoon dan Nabila, bersama madunya. Mendengar itu tentu Margareta tidak diam, dia datang membantu Nabila memasak dan membuat kue agar menantunya tidak terlihat buruk di hadapan Anton dan Sandara.

Nabila awalnya terkejut, terlebih lagi dia tidak pernah berbicara dengan ayah dari suaminya itu. Tentu dia merasa sangat gugup dan takut sekarang.

.

Kini mereka semua berkumpul di meja makan. Anton, Sandara, Margareta, Sunghoon, Nabila, dan Janendra--bocah SMA yang merupakan anak dari Sandara.

Nabila sempat tidak percaya kalau anak seramah Janendra adalah buah hati dari Sandara yang selalu menatap tak suka kearahnya.

Malah Janendra itu menggemaskan di mata Nabila. Air wajahnya selalu ceria, bahkan ketika matanya berpapasan dengan Nabila, remaja itu selalu tersenyum hingga memamerkan lubang pada pipinya. Sama seperti yang dimikili Sunghoon.

"Jadi, kapan kamu mau kasi papa cucu?"Anton menyelesaikan makannya. Pria paruh baya itu bertanya setelah meneguk habis air putihnya.

"Anton!"sentak Margareta dengan tatapan sinis. Ya, wanita itu kelewat berani memanggil suaminya hanya dengan nama. Ntahlah, dia hilang respect setelah suaminya itu menikah lagi.

"Apa? Bukannya mereka memang harus ngasi kita cucu secepatnya?"tukas Anton. Diumurnya yang bertambah tua, pria 45 tahun itu juga ingin menimang cucu dan memamerkannya pada teman-temannya.

"Tapi mereka baru nikah sebulan yang lalu"ucap Margareta. Kalian pasti tau mengapa wanita itu terus menyanggah perkataan suaminya.

"Kamu takut ketaun mbak? Kalau anakmu kamu jadiin boneka buat rebut posisi anakku?"Sandara menyunggingkan senyumnya, dan itu sangat menyeramkan bagi Nabila yang melihatnya.

"Tutup mulutmu jalang! Anakku dapet posisi itu memang karena dia pantas!"

Brak

"Margareta!"

"Papa!"

Suara Anton dan sunghoon bersahutan. Lelaki 20 tahunan itu menatap tak suka ke arah ayahnya. Dia paling benci jika Anton sudah berani membentak ibunya.

"Kalau kalian bertiga cuma mau bikin ribut disini mending pergi!"sarkas Sunghoon, tatapannya bergantian menatap Anton, Sandara, dan Janendra.

"Berani kamu ngusir papa?"tanya Anton dengan wajah merah padam.

"Papa bisa balik kesini lain waktu--tapi jangan bawa perempuan ini sama anaknya, aku gak sudi"Sunghoon menatap nyalang Sandara dan Janendra.

Sandara yang tersulut emosi ingin membalas perkataan Sunghoon, tetapi pergerakannya justru ditahan oleh Janendra.

"Maaf ya kak kalau kedatangan kita buat kak Sunghoon sama kak Nabila gak nyaman"ucap Janendra dengan wajah menyesal. Ia menatap Nabila yang masih membantu atas kejadian barusan.

"Bagus kalau sadar"


























Jungwon as Janendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungwon as Janendra





Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang