"Na, ntar malem kamu sibuk gak?"tanya Jeno menatap Nabila yang sedang makan dihadapannya. Jeno memang sebucin itu dengan Nabila, dia jauh-jauh dari gedung FT ke FMIPA.
Nabila tampak berpikir, selanjutnya menggeleng sebagai jawaban.
"Mau liat aku manggung gak bareng anak Galaksi?"tawaran Jeno sukses membuat Nabila langsung menganggukkan kepalanya dengan mata berbinar.
Galaksi, band dari UNWA yang berisikan 5 orang lelaki bervisual serakah. Lagu-lagu mereka sangat memanjakan telinga. Nabila adalah salah satu orang yang sangat menyukai lagu-lagu Galaksi, bahkan playlist music gadis itu penuh dengan lagu-lagu dari Galaksi. Dimulai dari yang sudah publikasi maupun yang masih menjadi rahasia. Jangan tanyakan, tentu dia mendapatkan semuanya dari Jeno.
"Di taman kota kan?"tanya Nabila dengan senyuman yang merekah. Bahkan ia sampai hapal dimana tempat yang digunakan Galaksi ketika manggung.
Jeno menggangguk "Sore langsung ikut sama aku ya? Temenin gladi"
"Pasti donggg"Nabila mengacungkan dua jempol membuat Jeno terkekeh gemas mengusak rambut gadis itu.
.
.
.
"Eh ada Nabila"celetuk lelaki bersuara berat yang sedang membenarkan kunci gitarnya. Membuat ketiga orang lelaki lainnya mengalihkan atensi menatap sepasang insan yang baru datang.
Nabila tersenyum, dia sangat senang jika diajak Jeno bertemu dengan teman-teman band-nya, karena bagi Nabila mereka sangat baik dan menganggapnya seperti adik mereka sendiri.
"Si cantik udah dateng.."lelaki yang kerap disapa dengan panggilan Rahecan itu mendekat kearah Nabila.
"Kangen gue gak?"tanyanya merangkul Nabila yang dibalas anggukan oleh sang empu.
"Gemes banget sih lo, rasanya pengen gue jadiin guling aja"
Tuk
Celetukan Hecan membuahkan pukulan dari stik drum yang dipegang oleh Jeno.
"Ati-ati can.. Pawangnya galak"giliran lelaki berbibir tebal yang kini menyeletuk.
"Sakit banget suu"hecan meringis mengusap kepalanya, sedangkan Nabila hanya terkekeh melihat itu. Dia sudah terbiasa, Rahecan memang sangat suka menciptakan pertengkaran kecil dengan mulutnya.
Semua sedang sibuk untuk penampilan mereka nanti. Jeno dengan drum-nya, Felix dan Rahecan dengan gitarnya, Hyunjin dengan keyboard-nya, dan Raja dengan latihan vokal-nya.
Nabila sedari tadi duduk disamping Raja, memejamkan mata sesekali menggerakkan kepalanya mengikuti alunan suara Raja yang sangat indah memasuki indra pendengarannya.
"Wehh udah jam 8!"Hecan bangkit dari duduknya dengan wajah shock diikuti dengan yang lainnya.
Mereka mengalihkan atensi ke gerbang masuk taman, dan terlihatlah orang-orang mulai berdatangan. Ada yang sendiri, ada yang bersama temannya, dan bahkan ada yang bersama kekasihnya.
Galaksi bukanlah sebuah band besar, mereka hanyalah sekumpulan pemuda yang menyalurkan kesenangannya. Penikmat mereka juga kebanyakan dari kalangan pemuda pemudi yang menyukai alunan musik santai. Biasanya ketika ingin manggung, Galaksi akan memberikan pengumuman melalui media sosial, dan orang-orang yang datang pun jumlahnya tidak pernah mengecewakan. Pernah waktunya itu berjumlah hingga 1000 orang, membuat mereka kewalahan karena padatnya orang yang ingin melihat mereka.
Di bawah temaram lampu taman dan dinginnya udara malam, suara Raja mengalun bak desiran ombak pantai di sore hari, membuat orang hanyut di dalamnya.
Nabila yang duduk diantara penonton tersenyum hangat menatap Jeno yang memancarkan raut wajah serius, seakan jika ia salah sedikit saja maka tidak akan ada lagi Galaksi di hari esok.
Rangkaian kata ini kupersembahkan untukmu~
Untuk kau wahai gadisku~
Terimalah rasaku ini~
Karena bahagiaku hanyalah dirimu~Raja menyelesaikan lagunya tanpa mengecewakan. Begitupun dengan yang lainnya, alat yang mereka mainnya berhasil menciptakan sebuah melodi yang sangat indah.
Tepuk tangan dan sorak penonton terdengar, membuat Galaksi tersenyum puas atas penampilan mereka. Jeno, lelaki itu tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit ketika pandangannya bertubrukan dengan manik indah Nabila. Sontak gadis itu mengacungkan kedua jempolnya dan mulutnya mengucapkan gestur 'hebat'.
Pada malam itu, untuk seketika Nabila lupa. Lupa bahwa dirinya bukannya perempuan yang masih melajang.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
A DESTINY || PARK SUNGHOON
Random[TERBIT] "Mama jual aku?" Itu adalah kata-kata terakhir Nabila sebelum dirinya sah menjadi istri seorang Park Sunghoon ⚠Mohon bijak dalam memilih bacaan⚠ Cerita ini hanya FIKSI! Alur, Latar, dan Tokoh tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli...