AD XX

11.4K 1.5K 36
                                    

Dengan setelan serba hitam, Sunghoon memandangi dirinya di depan cermin. Wajah tampan lelaki itu sangat kacau, kantung matanya terlihat jelas, wajah angkuhnya berganti dengan air sendu. Cukup menggambarkan seberapa menyedihkannya dia saat ini.

Sang ayah kembali ke pelukan Tuhan, dan ibunya sedang mengalami koma, ntah sampai kapan wanita itu akan sadar, Sunghoon hanya bisa berharap 'secepatnya'.

Ya, Anton pergi lebih dulu meninggalkan mereka semua. Pria itu mengalami gagal jantung akibat kecelakaan yang menimpanya.

"Pergi sekarang?"suaraNabila mengintrupsi, gadis itu berdiri di depan pintu dengan dress hitam di bawah lutut.

Sunghoon diam, masih dengan pandangan kosongnya.

Nabila tau lelaki itu sedang dilema. Ingin menemui sang ayah untuk terakhir kalinya tetapi tidak sudi menginjakkan kaki di rumah Sandara. Jika dirinya tidak pergi, Anton itu juga masih ayahnya..

Hingga disilah mereka, berdiri di depan gundukan tanah dengan nisan bertuliskan 'Alexandro Anton Park'.

Mereka tidak jadi pergi kerumah Sandara, dan akhirnya menemui Anton yang sudah tertutup tanah di bawah sana.

Sunghoon berjongkok mengusap nisan sang ayah. Matanya menyorot hampa, tidak ada setetespun bulir bening yang keluar, tetapi justru tatapan itu menyiratkan kehancuran. Tatapan penuh penyesalan. Penyesalan yang teramat sangat karena dari kecil hingga dewasa, Sunghoon hanya menunjukkan sikap kebenciannya terhadap Anton.

Sunghoon tidak menyangka Anton pergi secepatnya ini. Angan-angan hatinya sang ayah bisa kembali lagi padanya dan Margareta. Tetapi yang namanya angan-angan tetaplah angan-angan, sesuatu yang hanya bisa diharapkan tanpa bisa dirasakan.

"Semoga papa bahagia di sana.."hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Sunghoon. Lelaki itu bangkit lalu pergi dari sana .

Nabila tersenyum kecut menatap kepergian Sunghoon. Sepertinya dirinya kembali tidak dianggap.

.

.

.

Nabila dan Sunghoon. Keduanya tidak ada yang membuka suara, mereka sama-sama fokus pada makanan masing-masing.

"Habis ini gue mau ke rumah sakit——ikut?"tawar Sunghoon lalu menegak air putihnya.

"Boleh"Nabila tersenyum, dengan cepat ia menyelesaikan makanannya, ntah kenapa rasanya senang mendengar tawaran suaminya itu.

Ting tong

Keduanya menoleh, lalu menatap satu sama lain seolah bertanya 'Siapa?'.

"Gue aja"Sunghoon bangkit dari duduknya, berjalan menuju pintu utama.

Nabila hampir tersedak ketika mendengar teriakan menggelegar seorang wanita, dengan cepat gadis itu menghampiri suaminya di depan sana.

"KAMU JANGAN KURANG AJAR YA! ENAK AJA KAMU MAKAN WARISAN SUAMI SAYA SENDIRIAN!"

Nabila menghela nafas, haruskah Sandara membicarakan hal itu disaat ayah mertunya baru beberapa jam lalu dikuburkan?

"Anda yang jangan kurang ajar, siapa anda meminta warisan papa saya?"wajah itu, wajah yang biasa Nabila lihat kembali terpasang di wajah Sunghoon. Angkuh.

"SAYA ISTRINYA!"Sandara kembali berteriak seperti orang kerasukan.

"Bisa diralat? Selingkuhan mungkin maksud anda"Sunghoon menyeringai membuat Sandara ingin menampar wajah lelaki itu, tetapi tangannya ditahan oleh Janendra yang sedari tadi mencoba menenangkan ibunya.

"Lepas Janendra!"Sandara menatap nyalang anaknya.

"Bun, pulang ya?"wajah Janendra memelas, dia menatap Sunghoon dan Nabila bergantian. Tatapannya menyiratkan bahwa lelaki itu tengah menyesal dan malu.

"Bunda belum selesai Janendra! Minggir kamu!"Sandara menyentak tangan Janendra, megalihkan atensinya pada Sunghoon, menunjuk lelaki itu tepat di depan wajahnya.

"MAMA KAMU! WANITA SIALAN ITU PEMBUNUH! DIA UDAH NGEBUNUH SUAMI SAYA!!"Sandara kembali berteriak dengan Janendra menahan tubuh wanita itu.

Nabila mengernyita tak mengerti, lalu menatap Sunghoon, anehnya lelaki itu membeku, tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya.

"Saya bersumpah akan ngehancurin kamu dan Margareta! Ingat itu"Sandara pergi dari sana membuat heels-nya berhantukan keras dengan lantai marmer yang dipijaknya.

"Maaf ya kak"ucap Janendra membungkukkan tubuhnya sebelum pergi mengejar Margareta.

Pembunuh?
























Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang