Etheral - Part 4

5.7K 680 79
                                    

Onyx hitam bergulir ketika membaca sebuah puisi di buku kesukaannya, karangannya begitu indah, membuat dirinya tak bisa mengalihkan sedetik pun dari karangan puisinya. Namun tiba-tiba saja pandangannya berubah gelap, Levi terkejut dan berusaha melepaskan karung di kepalanya. Mulutnya ditutupi oleh sebuah tangan, dan tak lama setelah itu ia tak sadarkan diri ketika salah satu dari mereka memukul tengkuknya.

" Cepat, sebelum kita ketahuan." bisiknya.

Levi membuka matanya yang terasa berat, matanya beberapa kali mengerjap ketika sebuah sinar dari bohlam lampu menyorotinya. Dahinya mengernyit bingung, dibawa kemana dirinya saat ini, ruangannya sangat gelap hanya terdapat satu ventilasi udara yang berukuran kecil, barang-barangnya telah usang. Ini adalah gudang, Levi yakin dirinya telah dibawa oleh seseorang ke gudang.

" Lihatlah si pelacur telah sadar." Historia tertawa nyaring bagaikan penyihir, kemudian di belakangnya Mikasa menyusul dengan wajah datarnya.

" Apa mau kalian." ucap Levi dingin, tangannya berusaha melepaskan tali yang mengikatnya.

" Wow wow rupanya kau sangat berani ya setelah keluar dari kamar Yang mulia," sebilah pisau berhenti tepat didepan mata kanan Levi, membuatnya seketika terdiam membeku.

" Katakan sihir apa yang kau gunakan pada Yang mulia." lanjutnya, semakin mendekatkan pisaunya.

" Tch apa maksudmu." balas Levi seraya memincingkan matanya.

Suara gemerincing benda besi terdengar di tangan Mikasa. Wanita itu berjalan mendekati Levi kemudian menunjukkan beberapa paku yang telah berkarat didepan matanya.

" Jangan merasa bangga hanya karena kau telah merasakan empuknya ranjang Yang mulia Kaisar." ucap Mikasa tepat ditelinganya.

" Kau membuat diriku menganggur menunggu Yang mulia yang tak kunjung mendatangiku." Ujung paku yang tajam berjalan mulus di kulit putih Levi lalu berhenti tepat di telapak tangannya yang terikat di pegangan kursi.

" Rasanya nikmat bukan mendapat pelayanan dari Yang mulia."

" Arghh!! " Levi berteriak kesakitan ketika paku berkarat itu menusuk telapak tangan kanannya. Nafasnya terengah-engah saat merasakan ngilu di sekitar tusukannya.

" Jangan berani-beraninya kau mengganti posisiku." ucap Historia seraya menggores pipi merona itu menggunakan pisau hingga menimbulkan luka memanjang.

" Hic..! " tusukan paku berkarat mendarat di telapak tangan satunya dan Historia semakin gencar menggoresi kulit milik Levi terutama di bagian lehernya dan kedua pipinya.

Andai Levi tak diajarkan oleh ibunya untuk tidak menyakiti perempuan mungkin ia akan menghajar kedua wanita didepannya ini tanpa ampun. Tapi semua itu hanyalah khayalannya, nyatanya dirinya tak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menerima perlakuan kejam dari selir Kaisar.

" J-jangan.." mata Levi melebar saat Mikasa mengarahkan ujung paku itu ke telapak kakinya.

Mikasa berhenti lalu menyeringai, " Apa? kau takut? "

" Akhh.." Levi menggigit bibirnya sampai berdarah, kedua paku berkarat menusuk kedua telapak kakinya, darah keluar mengalir melalui kursi roda dan menetes membasahi lantai berdebu. Levi memejamkan erat matanya, tidak ingin melihat keempat paku yang menancap di kedua telapak tangan dan kakinya. Bunyi benda jatuh membentur lantai terdengar, Historia membuang pisau itu lalu tertawa puas, tangannya menjambak rambut hitam Levi kemudian menampar wajah eloknya.

" Rasakan ini, brengsek." darah kembali mengalir dari hidung Levi ketika tamparan selir berambut pirang itu semakin mengencang. Mikasa menghentikan Historia, memberitahunya untuk tenang.

ETHERAL- [ EreRi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang