Happy reading ( ̄(エ) ̄)ノ
.
.
.
" Hah... akhirnya aku terbebas oleh angin sialan itu." ucap Jean, ia mengelap keringat di dahinya, kedua matanya tertuju pada sebuah lembah yang telah tertutupi oleh awan hitam.
" Aku harus cepat kesana, firasatku semakin tidak enak."
Sebenarnya Jean telah lebih dulu sampai di wilayah barat untuk mencari tempat aman berjaga-jaga jika Eren akan memburunya, ia masih harus menjaga Levi. Tetapi ketika dirinya sedang mengunjungi di salah satu kedai ia tak sengaja melihat siluet pria yang dikenalinya, yaitu Levi. Jadi, ia memutuskan untuk mengikutinya diam-diam. Dan sialnya di tengah perjalanan angin tiba-tiba saja menyerangnya membuat dirinya kehilangan jejaknya Levi, serangan angin itu berhasil ia lewati cukup memakan waktu.
" Aaaakkhhhh "
Mata Jean melebar sempurna, teriakan kesakitan menggema. Ia yakin pemilik suara itu adalah Levi.
" L-levi! Aku akan kesana!" teriak Jean seraya bergegas berlari menuju asal suara, samar-samar dirinya melihat seekor naga besar tetapi sosok itu menghilang begitu saja. Perhatiannya beralih ke tubuh yang telah tergeletak di rumput, badan Jean terasa membeku, ia sangat mengenal siapa itu. Nafasnya tercekat, Jean bernafas terengah-engah.
" Tidak! Tidak mungkin! LEVII !! " teriak Jean histeris, mendekati Levi yang terbaring. Ia mengelus pelan wajahnya, air mata jatuh mengenai pipinya.
" Levi...bangunlah! Jangan bercanda, kau tidak mungkin berakhir secepat ini! Levi! Bangunlah! " tangisan Jean semakin kencang memenuhi lembah, ia memeluk tubuh Levi yang dingin. Memeluknya erat, sangat erat.
Kedua matanya menatap wajah pucat Levi, terdapat bekas air mata di sudut matanya. Ibu jarinya mengusapnya.
" Mengapa kau menangis... Untuk apa kau berkorban? Untuk siapa kau mengorbankan nyawamu?" Jean menaruhnya di pangkuannya dan kembali memeluknya.
" Apa semua ini untuk pria bajingan itu, mengapa kau berkorban! Masih ada aku disini, kau bisa meninggalkannya dan memilihku."
" Sebegitunya kau menyukai pria bajingan itu sampai kau bersedia menyerahkan nyawamu..." Ia mencium kening Levi dengan lembut. Jean yakin, kematian Levi berhubungan dengan makhluk tadi dan juga Eren.
Rintik-rintik hujan mulai menjatuhi sekitarnya, Jean mendongak melihat langit mendung. Matanya terbelalak, ia segera menatap Levi dan dengan panik melepaskan jubahnya untuk menutupi tubuh Levi.
" Ssshhh kau tidak akan kedinginan, tenanglah aku tidak akan membiarkanmu kehujanan." ucap Jean, menggendong Levi sebisa mungkin menutupi tubuh dinginnya agar tak kehujanan.
Jean tersenyum kecut, " Aku bahkan belum menyatakan perasaanku padamu." ia berlari cepat menuju tempat tujuannya.
-----------------------------
Eren melihat telapak tangannya, tiba-tiba saja tubuhnya terasa ringan dan jantungnya tak lagi sakit seperti sebelumnya. Emeraldnya bergulir memandang pintu, berjalan mendekatinya lalu membukanya. Suara derasnya hujan memenuhi indera pendengarannya, kedua tangannya berada di belakang punggung. Eren menatap datar awan mendung di atasnya.
" Eren..." suara manja Mikasa terdengar. Kedua tangannya memeluk Eren dari belakang.
" Menjauhlah." ucap dingin Eren
" Kau masih saja bersikap dingin kepadaku, apa kau membenciku?" Mikasa menenggelamkan wajahnya di punggung lebar pria brunette itu.
Eren menyentakan tangannya membuat Mikasa oleng kebelakang. Ia menjauhi wanita itu, berurusan dengannya hanya membuang-buang waktu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHERAL- [ EreRi ]
FanfictionKekejaman dunia, ketidakadilan dunia dan kematian sang ibunda tercinta membuat Eren Jaeger menjadi sosok Kaisar yang dikenal kejam dan bengis. Diberi kekuatan oleh makhluk mitologi naga berkepala seratus bernama Typhon membuat Eren semakin kuat dan...