[22] Rumah Galen

34 8 1
                                    

Aku ingin menjadi orang yang bisa membuatmu tertawa dan tersenyum setiap hari.

~Galen Pratama Dermanta.

****

Keberadaan Alna yang saat ini ada dikediaman rumah Galen menjadi terasa lebih ramai karena kebisingan Sea yang dengan senangnya melihat Alna datang.

Mansion bergaya Eropa dan didepan terasnya terdapat taman kecil dan sebuah bangku panjang untuk menikmati suasana sore yang saat ini cuacanya masih cerah.

Nada sepertinya sangat menyukai tanaman, bisa dilihat dari taman kecil tersebut terdapat bunga-bunga yang mekar dengan indah.

Alna yang baru saja memasuki rumahnya Galen langsung disambut dengan keberadaan gadis kecil yang saat ini sedang berlari dari lantai dua dan merentangkan tangan mungilnya.

"Kakk Alna...." teriak Sea dengan mata berbinar dan menunjukkan senyum lebarnya.

Alna hanya terkekeh melihat gadis kecil yang terlihat senang atas kedatangannya.

"Aaaa... Kakak, Sea kangen" sambil memeluk Alna erat. Alna menjejerkan badannya dengan Sea supaya bisa membalas pelukan Sea.

"Kakak juga kangen Sea" Alna melepas pelukan Sea dan mencubil kedua pipi Sea gemas.

Sea mencemberutkan bibirnya "Pipi Sea sakit kak... jangan dicubit".

Alna hanya cengengesan merasa bersalah. Dan mereka berdua masih tidak sadar bahwa disamping Alna masih ada orang yang dari tadi melihatnya dengan wajah datar dan memutar bola matanya malas.

Ehemm.

Galen berdehem memberi kode bahwa masih ada dirinya yang dari tadi berdiri tak lupa kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku.

"Ehh Abang. Sea kira patung, soalnya ngeliat muka Abang yang datarnya kayak tembok" Ucap Sea dengan tangan menutup mulut sambil cekikikan.

"Sea bener muka Abang kamu kayak tembok" Alna pun mengikuti apa yang gadis kecil itu lakukan.

Tanpa bicara apapun Galen melangkah pergi kekamarnya yang berada dilantai dua. Baru kali ini dirinya dikatai muka tembok dengan seorang cewek selain teman-temannya.

Sudah biasa dirinya mendengar kata ganteng, tampan, keren, cool dan baru kali ini dirinya dikatai muka tembok.

Muka tembok dari mananya coba, padahal ganteng melebihi mukanya Manurios.

****

Alna duduk dipinggiran kolam yang ada dibelakang rumah Galen dan meminum jus yang baru saja diantar oleh Bi Inah, asisten rumah tangga yang ada dirumah ini.

Dengan kaki menapakkan kedalam air dan celana olahraganya yang digulung setengah. Beberapa menit Sea datang dengan membawa cemilan ditangannya dan mendudukkan dirinya disamping Alna.

"Kak Alna mau?" Sea menawarkan cemilannya kehadapan Alna.

Alna menggeleng "Buat Sea aja" sambil menunjukkan senyum manisnya.

"Sea kok rumah kamu sepi, Om sama Tante Nada gak ada?" tanya Alna merasa penasaran.

"Papa sama Mama kekantor Kak, paling nanti pulangnya malem".

"Tadi Sea dirumah sama Bibi?" tanya Alna lagi.

Sea tersenyum "Iya kak".

Dan beberapa pertanyaan Alna yang dijawab Sea dengan ceria.

"Ternyata gini ya rasanya punya Adik" Alna bergumam tetapi masih bisa didengar oleh Sea.

"Kak boleh kok anggep Sea Adik Kak Alna, Sea seneng kok kalo Sea punya Kakak cewek. Cepet jadian yah sama Bang Galen" Sea mengucap perkataan ini dengan menunjukkan muka cerianya.

Alna yang sedang minum langsung tersedak mendengar ucapan Sea yang terakhir.

Jadian?

Padahal Alna belum mengenal Sea dan Galen lama, tetapi Sea seperti memberi dukungan Alna untuk berhubungan dengan pria dingin itu. Sea yang Adiknya Galen mengucapkan itu, Alna merasa merinding mendengarnya.

Melihat banyak wanita diluaran sana yang sangat tergila-gila dengan Galen, kalau memang kejadian pasti ia harus melewati banyak rintangan yang susah ngehadapi omongan-omongan julidnya.

Alna menertawai dirinya sendiri kalau itu memang sampai kejadian.

Alna hanya mengiyakan ucapan Sea. Ia tidak mau gadis kecil itu kecewa mendengar jawaban dirinya yang menolak. Ia tidak mau.

Dan Sea pun banyak bercerita kepada Alna tentang hal yang menurut gadis kecil itu lucu atau tentang apa aja yang Sea lakukan disekolah.

Membuat mereka berdua banyak tertawa dan tersenyum dan terlihat bahagia bagi Alna. Ia akhirnya bisa merasakan ini lagi dari sekian lama yang dulunya selalu tertawa dan tersenyum bersama Alvaro dan sekarang jarang sekali karena kesibukkan yang mereka miliki.

Tawa dan senyuman mereka tak luput dari pandangan Galen yang saat ini sedang berdiri diambang pintu menghadap kolam renang yang mereka duduki dengan baju santai dan tangan yang bersedekap didada.

Kalian terlihat bahagia. Gue yang saat ini belum pernah merasakan itu dengan tertawa lebar dan tersenyum. Gue hanya bisa nunjukkin muka yang menurut kalian itu datar kayak tembok dan baru kali ini ada orang yang berani ngatain itu ke gue. Apa lo gak takut sama Gue?

Galen tersenyum miris ia hanya bisa mengatakan itu dalam hati. Tidak ada seorang pun yang bisa mendengar itu. Hanya dirinya.

****

Alna melihat jam menunjukkan pukul lima sore ia merebahkan dirinya dikasur karena merasa lelah.

Untuk saat ini ia hanya menunggu Alvaro yang katanya akan membawa makanan.

Alna senang nanti malem orang tuanya akan pulang dari Surabaya. Ahh kangen Bunda, Alna tersenyum bahagia.

Tok tok tok

"Al lo udah pulang?" itu suara Alvaro dari luar kamar dan sepertinya memang membawa makanan. Mendengar suara plastik yang kresek-kresek.

"Udah Bang. Gue mau mandi dulu" Alna langsung berlari kekamar mandi dan melakukan rutinitasnya.

"Kalo udah cepet turun, kita makan bareng" Ucap Alvaro diluar kamar sambil sedikit berteriak.

Alvaro tidak mendengar sahutan didalam mungkin Alna sedang mandi, ia pun turun kelantai bawah dan menyiapi makanan untuk dirinya dan Alna sambil menunggu orang tuanya yang katanya akan pulang malam ini.

****

TBC

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT.

ALGA||OnGoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang