De Javu

6 1 3
                                    

"Pesawat kertas ini seperti kamu . Pergi nya tidak pernah kembali ."

Aditya POV .
Hari ini gue kebagian tugas dari mama buat ngecek langsung ke pabrik tekstil yang ada dekat pusat kota Jepara .
Setiap gue ke kota ini , yang membuat gue milih menetap disini adalah kenangan gue dan gadis kecil Ayu ku . Gue harap suatu saat gue bisa bertemu dia lagi , dan bisa nunjukin ke dia kalo gue udah ga takut sama ketinggian lagi . Keadaan jalan pagi ini agak gerimis kecil . Gue buru buru memarkir kan Ninja kesayangan gue di area pabrik .
Mama gue emang asli orang Jepara tapi bisnisnya selain di Jepara ada juga di Jakarta, Bali dan Malang . Setelah kematian papa setahun yang lalu , mama memutuskan buat menetap di tanah kelahirannya . Cabang di Jakarta di handle sama Om Denny , Adik Mamaku .
Dari kejauhan muncul Pak Janu , orang kepercayaan mama yg menghandle pabrik tekstilnya di Jepara .
" Wah selamat Pagi mas Adit , kita kedatangan tamu terhormat ini pagi pagi , apa yang membawa mas Adit kemari ? Ga sama Bu Cantika kesini ?"
" Pagi Pak Janu . Seperti biasa cuma jalan jalan dekat Pabrik aja Pak . Sambil manasin si Ninja jadi ga mungkin bawa mama kesini naik beginian " .
Pak Janu tertawa renyah mendengar penuturan Aditya .
Aditya sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri .
" Ya sudah ya pak saya jalan lagi , disuruh mama ke Toko Kue sebelah . Saya permisi pak Janu . Senang bertemu bapak ."
" Iya mas , hati hati di jalan . Titip salam buat Bu Cantika ya . "
Ninja ku melesat ditengah rintik gerimis yang mengguyur kota .
Sesampainya gue di rumah , mama sudah membuatkan gue cookies kesukaan gue .
" Kamu bawa yang mama pesan kan Dit ?"
" Iya ma , ini tepung , susu, dan coklatnya ada dalam kantungnya . "
" Ketemu sama Pak Janu tadi Dit ?"
" Ketemu ma , tadi Pak Janu titip salam buat mama "
" Mama pikir kamu main kemana mencari Ayu mu itu "
Aditya pun mengerti apa yang mama nya maksud .
" Mau sampai kapan kamu mencari Ayu mu itu ? "
" Entah ma .. aku berfikir dia sudah pindah ke kota lain mungkin atau bahkan ke luar negeri ."
Tapi gue yakin dia masih di kota ini . Firasat gue demikian .
Aditya POV end .

Pagi pagi sekali Panji memarkirkan Vario putihnya didepan rumah Dhita .
Diklakson nya berkali kali agar Dhita keluar dari sarangnya .
Dimas yang merasa keberisikan pun keluar .
" Panji lama lama gue panggilin Pak RT ya biar lo di bawa ke balai desa "
" Ehehehe ...Dhita mana Mas ?"
" Ada lagi mandi dia , tunggu aja di dalam . Biasanya juga sarapan numpang ."
Tidak lama Dhita pun keluar sembari membawa selembar roti selai coklat kesukaannya ,.
" Mas Dimas adek jalan dulu ya , berisik emang si Panci "
Dengan tergesa Dhita duduk di belakang sembari membetulkan tas punggungnya .
" Jalan ya Dim "
" Iya jangan ngebut ngebut Panji , dasar bocah gemblung "

Perpustakaan
Bukan tanpa alasan Panji mengajak Dhita berangkat lebih pagi dari biasanya . Panji mengajaknya ke perpustakaan sekolah untuk belajar sebelum ujian Fisika .
Dhita yang merasa kesal pun hanya bisa pasrah dengan tabiat Panji yang suka begadang game online sampai pagi .
" Makanya Panji kalo mau ujian usahain malamnya belajar biar lo ga nyontek mulu ke gue ."
" Ga bisa Dhit lo tau kan gue orang sibuk ."
" Iya sibuk Mabar sama cewe cewe sexy kan "
Di jentikkanya jari telunjuknya ke jidat lebar Dhita .
" Kebiasaan lo ini ntar gue amnesia lo orang pertama yg gue tuntut ."
" Lebay lo Dhita , udah belajar dulu ini tar lagi berantemnya ."

Kelas 11 IPA 2
Pak Dito sudah mulai membagikan kertas ujian Fisikanya . Berbeda dengan Panji , dengan mudah Dhita mengisi lembar jawaban yang tersedia . Tiba tiba ada sebuah kertas yang dilempar oleh seseorang ke arah meja Dhita .
Di bukanya kertas tersebut .
" Dhita yang no 1,2,3 apaan gue ga tau sama sekali . "
Tanpa disangka siapapun Dhita tahu siapa pelakunya , siapa lagi kalau bukan Panji .
Karna kasihan dengan telaten Dhita mengisi kertas tersebut dengan hati hati agar tidak ketahuan oleh Pak Dito .
Dilemparnya kertas tersebut dan mengenai tangan salah satu siswa di kelas .
Dengan berbisik Panji meminta kertas itu .
" Dul siniin kertas gue , itu jawaban dari Dhita ." Bukannya di berikan ,  Dul malah memberikan kertas tersebut ke Pak Dito yang membuat isi satu kelas panik bukan main .
" Siapa pemilik kertas ini ?"
Semua anak anak dikelas diam tidak mengaku .
Dengan berani seorang siswa mengacungkan tangan , membuat satu kelas menoleh bersamaan . Aditya membuat satu kelas kaget bukan kepalang .
Mana mungkin siswa pintar meminta contekan ke seorang perempuan yang pandai sama sepertinya .
" Keluar kamu Aditya ."
Dengan keluarnya Aditya , maka nilai Fisika Aditya pun kosong .
Panji yang tersangka hanya menatapnya dengan kosong .
" Buat apa sih dia kek gitu , sok cari perhatian sama Dhita dan cewek cewek kelas aja ".
Skip
Panji tidak habis pikir dengan sikap Aditya yang mengakui kesalahannya .
Merasa tidak enak Panji berniat untu menemui Aditya di tempat Futsal siswa seperti biasa .
Berbeda dengan Panji , Dhita masih tidak mengerti dengan apa yang Aditya lakukan demi menutupi kesalahan Panji .
Keesokan hari nya Panji menemui Aditya di Lapangan Futsal . Dari jauh dia melihat Aditya yang sudah berganti pakaian Futsal dan mulai menghampirinya .
Di tepuk nya pundak Aditya .
" Dit bisa ngomong sebentar "
" Iya ..bisa ."
" Sorry kemarin gara gara gue lo jadi kena hukum Pak Dito "
" Gapapa Panji santai aja . Gue tau kok itu lo . "
Dengan tangan terbuka Panji pun berjabat tangan dengan Aditya .
Dari situlah kedekatan mereka mulai terjalin .
Bagaimana dengan kelanjutan cerita mereka ?
Apa akan goyah persahabatan mereka hanya karna seorang gadis yang sama sama mereka cintai ?
To be continue..

Pesawat KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang