Pentas Seni

15 1 16
                                    

Panji mulai mengemasi pakaian papanya , Pak Janu  . Kata dokter Rumah Sakit , papa nya sudah di izin kan untuk pulang dan di saran kan untuk istirahat satu bulan . Aditya yang mendengar kabar demikian juga ikut merasa senang karna artinya Pak Janu sudah bisa pulang ke rumah dan berkumpul lagi bersama Panji .
Aditya menghampiri mama nya yang sedang berada di ruang kerja nya .
" Ma, kata Panji , Pak Janu udah boleh pulang ke rumah , tapi Pak Janu harus istirahat selama sebulan sebagai pemulihan ."
" Oh syukurlah kalau begitu . Kalau begitu besok kita jenguk beliau di rumah . Mama mau selesai kan dulu beberapa pekerjaan yang tertunda sama Pak Janu ."
" Iya ma , Adit keluar dulu ."
" Mau kemana kamu ? "
Aditya mengambil kunci motor dan helm nya , sebelum memasang helm dia menjawab " ke rumah Dhita sebentar bahas Pensi besok . "
Setelah berpamitan Aditya pun mulai mengendarai ninja nya ke rumah Dhita .
Diperjalanan , Aditya memberhentikan motornya di sebuah bukit . Bukit yang dulu tempat nya bermain dengan gadis yang sekarang menjadi teman satu kelasnya .
Dia mulai mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu .
Panji_45 : Dhita , gue ga jadi ke rumah lo , bisa ga Lo ke bukit Teletubbies aja yang Deket arah mau ke desa .
Tidak berapa lama , ponsel Dhita berbunyi tanda pesan masuk.
Panji_45 : Dhita , gue ga jadi ke rumah lo , bisa ga Lo ke bukit Teletubbies aja yang Deket arah mau ke desa .
Bukit itu bukannya ..
Rumah pohon ?
Tanpa berlama lama lagi Dhita mengambil tas Selempang ya dan mengambil kunci motor Scoopy nya .
Selama perjalanan Dhita masih memikirkan kenapa Aditya mengajaknya ke bukit itu.
Sesampainya disana , dia tidak melihat Aditya , hanya ada motor ninja nya terparkir didepan .
Saat di atas bukit , dia melihat Aditya ada di rumah pohon dengan membawa pesawat kertas yang mirip seperti miliknya dulu .

Kediaman Pak Janu .
Dari kejauhan Pak Janu melihat Panji yang sedang bermain game di ponselnya .
Pak Janu menghampirinya dan menepuk pundaknya .
" Kamu lagi apa nak ?"
Panji yang di hampiri  papa nya sedikit tersentak kaget .
" Eh bapak , lagi main game . Bapak ga istirahat di kamar , apa mau minum obat ?"
" Sudah nak, tadi di bantu Bi Inem . Bapak mau ngomong sebentar sama kamu ."
Pak Janu mengajak Panji duduk di sofa ,
" Ada apa pak ?"
" Kamu kapan mau bertunangan dengan Dhita ?"
Deg . Dari mana bokap gue tau gue suka sama Dhita ?
" Tunangan ? Sama Dhita ?"
" Iya , bapak pikir ga ada salahnya kalau kamu mau bertunangan dulu dengannya ."
" Kita baru kelas 2 SMA pak , Dhita juga pasti mau kuliah dulu belum ada pikiran kesana mau tunangan sama Panji ."
Pak Janu yang mendengarnya hanya tertawa .
" Jadi bener kata Bi Inem ya kalo kamu suka sama Dhita ? Padahal bapak cuma ngeprank aja "
Panji yang mendengarnya mulai malu malu pamit dengan papa nya .
" Dah ah Panji mau ke kamar dulu ."
Melihat tingkah Panji yang begitu jadi benar yang di katakan Bi Inem tempo hari .

Di Rumah Pohon
Dhita mulai memanjat ke atas rumah pohon buatan ayah nya dulu. Diatas ada Aditya yang sedang melihat pemandangan .
" Bagus kan Dhit disini . Bisa liat pemandangan sekalian ngebahas Pensi besok ."
" Sejak kapan lo kesini ?"
"Lo ga inget ?"
Dhita hanya mengerutkan dahi tidak mengerti .
" Ini rumah pohon buatan bokap gue . Dulu disini gue suka main sama anak cowok yang cengeng dan ga bisa manjat rumah pohon ini ..."
" Ga bisa manjat , cengeng dan suka buat pesawat kertas kek gini ?"
Aditya menunjukkan pesawat kertas miliknya yang dia buat sedari tadi .
" Lo .."
" Iya gue si Pesawat kertas "
Dhita masih belum mengerti jadi anak laki laki yang dulu di temui dan di ajak bermain rupanya adalah Aditya .
" Lo Ayu kan ? Gue liat di kamar lo waktu itu ada foto Lo masih kecil yang kepang dua , sama pesawat kertas warna warni .
Gue inget gue pernah ngasih pesawat kertas biru ke seorang anak cewe yang namanya Ayu , dan ternyata .. itu lo ."
Dhita yang mendengarnya begitu terkejut ternyata selama ini anak itu adalah Aditya .
" Jadi yang kemarin hari gue liat itu lo "
" Dimana ?"
" Disini , cuma gue liatnya ga jelas ."
Aditya menunjukkan ukiran namanya dan Dhita di sebuah pohon .
" Ini nama lo dan nama gue disini "
" Iya , kenapa gue bisa lupa ya ."
Aditya hanya mengendikan bahu nya .
Diperjalanan pulang Aditya memberitahu soal kepulangan ayah Panji dari rumah sakit .
" Oh ya Dhit , bokapnya Panji udah balik ke rumah kapan kapan lo jenguk dia , rumah aja sebelahan tau kabar enggak kan lu "
Dhita yang merasa disindir hanya bisa mengerucutkan bibirnya .
Skip.
Panggung untuk Pentas Seni sudah mulai di pasang Di Aula Seni sekolah dan diberi hiasan sana sini oleh para seksi acara pensi.
Di bagian belakang , ada tempat berganti kostum untuk pemain drama musikal .
Anak anak dari kelas 10,11,dan 12 ada yang sudah sebagian berlatih untuk acara besok agar bisa tampil lebih maksimal.
Panji yang sudah mulai masuk sekolah kembali disambut hangat oleh anak anak kelas 11 IPA 2 .
" Wih preman kita udah comeback lagi " .
Siapa lagi kalau bukan Bayu yang menyambutnya lebih dulu .
" Eh bro , apa kabar ?"
" Baik , gimana bokap lo Ji ?"
" Udah lebih baik , masih pemulihan sekarang ."
Panji celingukan mencari dua sahabat nya lagi . Dhita dan Aditya .
" Eh bro , liat Adit sama Dhita ?"
Bayu yang ditanya malah ga tau dimana kedua pemeran utama drama mereka .
" Ga tau Ji , dari pagi belum keliatan . Gue curiga , mereka ada something semenjak didapuk buat main drama bareng ."
Panji yang mendengarnya hanya diam seribu bahasa . Dibenaknya , ia tidak terima seandainya Aditya merebut Dhita-nya .
Di Aula tampak dua orang sedang berlatih drama .
" Di bagian dansa ini agak susah sebenarnya Dit , Lo bisa ajarin gue ?"
" Bukannya kemarin udah lancar , ?"
" Itu refleks gue ngikutin gerakan lo aja ."
Dari kejauhan , Panji bisa melihat bagaimana kedekatan antara Dhita dan Aditya .
" Apa yang gue pikirin sih , ga mungkin Aditya kaya gitu kan ?. Lagian mereka juga lagi latihan buat besok ."
Skip.
Keesokan harinya Aula sudah penuh terisi para murid dan beberapa kakak kelas 12 yang sudah wisuda kemarin .
Hari ini Dhita kedatangan Mama dan Papanya tidak lupa juga dengan Mas Dimas .
Adalah sebuah kemustahilan untuknya karna biasanya mama dan papanya jarang menghadiri acara anaknya , kecuali Wisuda kelulusan Dimas di Jerman.
Acara pertama di buka dengan Tarian adat dari Jawa Tengah disusul oleh lomba pembacaan puisi dan band sekolah .
Tibalah bagian penting dari acara pensi Drama Musikal yang di bawakan oleh kelas 11 .
Seluruh penonton begitu terpukau dengan adegan demi adegan yang Dhita dan kawan kawannya bawakan . Drama berakhir dengan tepuk tangan dan sorak sorai penonton .
Acara di tutup dengan door prize dan lagu perpisahan dengan anak 12 .
Di bagian belakang aula ada beberapa pemain drama yang sedang membersihkan make up dan mengganti kostum.

Tanpa Dhita sadari ada sebuah buket bunga mawar untuknya di meja riasnya .
"Teruntuk Cinderella ku yang menawan hari ini ."
Siapa yang menaruhnya ? Dhita celingak celinguk kanan kiri tapi tak ada seorang pun hanya dia seorang .
Dari kejauhan terlihat Panji yang sudah berganti kostum , mulai mengenakan Jaket dan mengambil kunci motornya untuk pulang ke rumah .
" Maaf Dhita kita ga pulang bareng dulu ."

Aditya yang sudah selesai berganti pakaian pun mengajak Dhita pulang .
" Udah siap ?"
" Sebentar Dit , menurut lo ini dari siapa ?"
Dia memperhatikan buket bunga itu dengan seksama . Tidak ada nama pengirimnya .
" Ga ada nama pengirimnya , mungkin fans lo ."
" Mana mungkin ada yg fans sama gue ."
" Yaudah yok balik ."
" Panji mana Dit ?"
" Udah balik duluan kayanya tadi ada yg liat dia buru buru balik ."
Wah ada yang ngefans sama Dhita 🤭
Kira kira siapa ya yg naruh buketnya ?
Penasaran kan .
Simak terus ya .

Pesawat KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang