Berada dalam satu ruangan dengan sahabat kecilnya, Devon tidak pernah tau akan ada suasana semenegangkan ini, aletta sangat penting baginya, ia merupakan sahabat sekaligus penyelamat. Jasa gadis itu tidak akan pernah bisa ia tukar dengan apapun.
Melihat gadis itu menangis pun ikut menyayat hatinya, ia tidak pernah bisa memberikan apapun untuk gadis ini, meskipun itu hatinya.
Menjaga aletta itu kewajibannya tapi untuk mencintai, bahkan ia juga tak menyangka bisa mencintai Adara sebegitu dalamnya, tapi untuk aletta ia berani bersumpah tak ada perasaan apapun selain perasaan adik pada kakaknya.
Perlahan ia lihat aletta bergerak kearahnya, pelukan tulus itu ia rasakan lagi. Rasa cinta yang benar benar tulus. "Dev, I am not fine".
Aletta terisak. "Hatiku kacau, aku harus bagaimana". Pelukan itu semakin mengerat.
Bibir Devon terkatup, tak bisa mengatakan apa apa.
"Dev.. jelaskan dia siapa—" ucapnya terpotong menggeram rasa sakit tertahan.
Bisa ia rasakan Devon mulai membalas pelukannya, pelukan itu ia rasakan cukup lama, nafasnya tertahan kian merasakan tangan Devon mengelus perlahan indah surainya, jika boleh jujur ini adalah skinsip paling intim antara mereka. Ia bahagia, sangat.
"She's my girl". Dapat Devon rasakan tubuh aletta menegang.
"Kamu bohong, kamu bohong kan? Dev aku sudah pernah bilang untuk belajar mencintaiku, aku tau aku memaksamu untuk setuju tapi bukan begini caranya!" Teriak gadis itu sambil melepas pelukannya.
"Jika sudah tau aku tidak akan bisa mencintaimu seharusnya kamu tidak mengajukan pertunangan itu, kamu sendiri tau aku tidak bisa menolaknya" ucap Devon dengan nafas tertahan mencoba bersabar.
Aletta menggeleng menolak percaya. " Kita bisa Dev, aku tau butuh waktu lama tapi aku yakin kita bisa, aku tau ini terdengar egois tapi—".
"Dua belas tahun aku belajar mencintaimu dan tujuh tahun pertunangan ini terjalin, apa masih tidak cukup bagimu?"
Mata aletta kian memanas
"Aku cukup egois Dev, kamu tau aku tidak perduli".Devon tertawa, mencoba menyerap kata kata aletta. "Kalau Kamu egois aku adalah bajingan gila yang sedang memperjuangkan hak gadis ku sekarang".
"Kamu gila Dev, kamu jahat! Pria bajingan kamu!" Teriak aletta dengan memukul dada Devon berkali kali.
Nafas gadis itu tertahan. "Kamu jelas tau aku bisa melakukan apa saja untuk semakin mengikatmu, kamu akan tau betapa dalam perasaanku untukmu Dev!".
Devon terkekeh kuat, suasana pun makin menegangkan, tangannya ia arahkan untuk mengacak acak rambut aletta, ia juga merasa mulai gila sekarang. "it's not love, it's obsession baby".
"Aku tidak perduli apapun itu!" Teriak gadis itu menolak keras.
Aletta mencoba menenangkan diri, ia tidak bisa memberontak sekarang atau Devon akan benar benar lepas darinya, gadis itu mencoba memenangkan Devon dengan sedikit kesabaran karna ia tau Devon juga sangat menyayangi nya.
Tanggannya dengan lembut menarik kedua tangan Devon untuk digenggam. "Dev dengar, dia tidak bisa menerima kekuranganmu, Hanya aku, hanya aku yang bisa menerimanya Dev, lagipula gadis itu terlalu kecil untuk tau" ucap aletta terpotong.
Aletta tertegun Devon mulai mengeluarkan simriknya. "you know babe, she already know that earlier". Bisiknya ditelinga aletta.
"Tapi dia tidak mungkin menerima nya, dia terlihat ketakutan tadi kamu pasti memaksanya. Dev, jangan memaksa orang seperti itu!" Teriak gadis itu tidak terima, takut posisinya terenggut.
"Kenapa kamu mencoba membicarakan dirimu sendiri heh? Apa tidak cukup jelas selama ini". ucap Devon dengan lembut mencoba menyadarkan aletta. " Jika kamu bisa mengurung kebebasan ku selama tutjuh tahun, aku bahkan bisa melakukan lebih dari itu".
Aletta menggeram. " YOU ARE CRAZY DEV!".
"I know babe" ucapnya sambil tersenyum.
"Beberapa hari lagi jelas aku akan menyingkirkan hubungan ini".
"Jangan gila kamu Devon, aku bahkan baru sampai!" Ucapnya terputus. "Hubungan apapun yang sedang kamu jalani dengannya aku yakin tidak akan bertahan lama, dan aku berjanji untuk hal itu pada diriku sendiri".
Habis sudah kesabaran Devon, sedari tadi ia cukup mengerti, tangan nya secara sadar mencengram rahang aletta, sama sekali tak menghiraukan ringisan sang empu. "Jaga bicaramu sebelum aku mematahkan rahangmu, status tak berarti apa apa bagiku, kamu sendiri tau kan, aku bahkan bisa membunuh ibuku sendiri".
Aletta mencoba melepaskan cengkraman Devon padanya, wajahnya sudah kian memerah sekarang. "Its hurt Dev".
"Hanya karna kamu pernah memberikan satu ginjalmu padaku bukan bearti aku akan memberikan seluruh hidupku padamu, paham!".
"Itu janjimu dulu Dev, akhh—" teriak aletta ketika rambutnya ditarik kuat.
"Aku berjanji untuk menjagamu, untuk hal yang lain kamu tau aku tidak bisa, jangan melewati batasanmu Al!". Ucapnya sambil melepas jambakannya pada aletta. "Aku rasa pembicaraan kita selesai sampai disini" lanjutnya.
Gadis itu menangis. "Aku tidak akan pergi dari sini sampai gadis itu keluar!".
"Kalau begitu menangis sepuasmu karna dengan segera kamu akan menyaksikan apa saja yang bisa aku lakukan dengan gadisku". Ucap Devon membalas.
"DEV!!" Teriak aletta tidak terima.
Devon menyeringai. "Jangan main main denganku Al, kamu tau aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan".
"Aku pastikan setelah ini aku akan menghubungi ayah". Ancam gadis itu.
"Aku bisa membunuhnya disini jika kamu mau".
Dengan emosi tak terkira aletta berteriak. "Sialan!" Ucapnya telak.
"Yes, it's me babe," ucap Devon sambil meninggalkan gadis itu.
Vote&comment
Cerita ini akan up setiap hari, so buat pembaca diharuskan vote&comment minimal 2 kali sebagai apresiasi, trimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadistic Of Love [Sudah Terbit Di Ebook!]
Romance"Salahkan takdir yang mengikat dia denganku." Adara tidak menyangka tindakan kecilnya akan mengubah nyaris di keseluruhan hidupnya. Masuk ke kehidupan pria itu tidak pernah ia bayangkan akan sesakit ini. Namun meninggalkannya pun ia tidak sanggup. T...