Pria itu menyetir dikeheningan malam dengan bersenandung pelan. Air hujan yang deras kini mulai ia rasakan, hujan dan kiat petir pun tak halau kian menyambar, sehingga ia harus sedikit pelan mengemudikan deru mobilnya.
Perlahan ia melihat jam pergelangan tangannya, sebenarnya ini sudah terlalu malam untuk pulang dari kantor, mengingat ini sudah lewat jam dua belas malam. Pria dengan wajah bak titisan dewa itu menyengit heran, karna arah matanya tak sengaja melihat seseorang tengah tergeletak dipinggiran jalan raya, tak ada seorangpun disana. Mungkin, karna hujan deras tidak ada yang tau bahwa ada seseorang yang tergeletak disitu.
Dengan cepat ia keluar mobil, berlari cepat untuk menghampiri, derasnya air hujan pun tak sama sekali ia hiraukan, hati nuraninya mengatakan harus segera menolong orang itu.
Dengan cepat ia balikkan tubuh itu yang tadinya terkelungkup, batinnya mengatakan, mengapa bisa ada seorang gadis tergeletak tak berdaya Disni? Gadis ini masih cukup muda pikirnya.
Tak ada darah sama sekali, berarti bukan korban tabrak lari.
Dibawah guyuran hujan bahkan ia bisa melihat wajah pucat gadis itu, namun kecantikan alaminya jelas sangat menutupi, gadis yang sangat cantik pikirnya.
Tak mau berdiam lama ia mengecek nadi gadis itu, dan ternyata masih berdetak walau terkesan sangat pelan. Tak mau terjadi apa-apa segera ia gendong gadis itu diperlukannya, dengan cepat ia bawa kemobil untuk ia rawat sementara dirumahnya.
Pria itu menyelimuti Adara dengan jas miliknya. "Tenanglah, kamu akan aman denganku, maaf jika aku membawamu malam ini," Ucapnya menatap Adara menyesal.
Selesai mengatakan itu ia lajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, seakan kondisi gadis ini lebih diperlukan dibanding keselamatannya sendiri, tak ayal arah matanya sesekali melirik gadis itu, takut jika tiba-tiba gadis itu bangun dan menatapnya.
Pria itu menatap Adara intens, sekarang gadis itu sedang diperiksa dengan dokter panggilannya, sejak sampai dikediamannya ia tak ada henti-hentinya menggumamkan doa supaya ia tidak terlambat menolong gadis itu.
Melihat dokter itu selesai memeriksa pun semakin membuatnya penasaran, "Apa yang terjadi dengan gadis itu? Apa dia baik-baik saja?" Tanyanya dengan nada cepat.
Dokter itu terkekeh. "Tenanglah, gadis itu baik-baik saja, dia hanya demam biasa, juga perutnya kosong, aku rasa gadis itu kurang mengomsusi makanan dalam beberapa hari."
"Tidak makan? Astaga, apa yang sebenarnya terjadi dengan gadis ini," katanya khawatir. Nampak jelas dari raut wajahnya yang kian sedih.
Dokter itu bingung. "Sargas, sebenarnya siapa gadis ini, kenapa kamu tiba-tiba membawanya kesini," Tanyanya dengan nada santai, mengingat ia dan Sargas seumuran dan sudah berteman cukup lama.
"Dengar, Aku menemukannya dijalan, gadis itu. Aku tidak tau siapa namanya, tapi hatiku mengatakan aku harus menolongnya."
Harry penasaran, pasalnya Sargas bukanlah tipekal orang yang bisa dengan mudah membawa seorang gadis kerumah, apalagi orang asing seperti gadis ini. "Apa itu benar? Kamu tidak membawanya karna dia cantik kan?" Tanyanya menggoda. Ia ingin melihat reaksi Sargas.
Sargas terbelagak, "Tidak, Astaga. Jangan berfikir yang bukan-bukan, Aku hanya berniat menolong,"
Harry menggeleng menolak. "Sargas yang kukenal bukan tipekal pria seperti itu, ck, ck, gadis itu tipemu ya?" Tanyanya semakin menggoda.
Sargas memerah, "Astaga tidak, aku bersumpah hanya berniat membantu, otakmu itu benar-benar harus dicuci agar dapat berfikir dengan benar,"
Harry mengangguk pelan, "Kamu bilang tidak, tapi pipimu jelas-jelas memerah, "
"Ah..., Cuaca disini benar-benar panas." Ucapnya sambil mengibas- ngibaskan area wajahnya.
Harry menyengit bingung, jari telunjuknya menunjuk Pelan kearah AC yang menyala. "Acnya menyala pada nomor tujuh belas, diluar juga sedang hujan deras, panas bagian mana yang kamu maksud?"
"Astaga cepatlah pulang, kamu terlalu banyak bicara," ucap Sargas malas-malasan.
Harry menunjuk dirinya sendiri dengan raut wajah sedih. "Aku diusir setelah mengatakan kebenaran?"
Sargas menggeleng pelan, raut wajahnya terheran-heran. "Mengapa orang sepertimu bisa jadi dokter, cukup banyak orang waras yang lebih layak diluar sana."
Harry tersenyum, sama sekali tak menanggapi, "Obat itu harus segera diminum setelah gadis itu bangun, tapi pastikan dia sudah makan terlebih dahulu, jangan biarkan perutnya kosong, kamu juga bisa mengompresnya jika panas gadis itu naik," ucapnya bijak.
Sargas mengangguk mengerti, "Baik, ada lagi?"
"Sepertinya kamu juga butuh obat, wajahmu semakin memerah tuh,"
Dengan cepat Sargas melemparnya dengan sepatu andalannya, "Pergi, sialan!" Dan membuat Harry terkikik girang, segera pergi untuk menghindari macan yang sedang mengamuk.
Setelah kepergian Harry, ia menatap gadis itu yang masih tertidur dengan manisnya, tak sadar tangannya menyingkirkan helaian rambut gadis itu yang menutupi wajahnya. "Gadis cantik, apa yang sebenarnya terjadi denganmu, hmm..,?" Tanyanya dengan nada pelan, takut jika suaranya membangunkan gadis itu.
"Kamu seperti sedang mengalami masalah yang sangat besar, Aku juga tidak mengerti kenapa bisa seperduli ini, aku minta maaf atas kelancanganku yang diam-diam menyentuhmu, "
Sargas tersenyum. "Aku juga minta maaf karna berani membawamu kesini tanpa izin,"
Sargas menggeram tangan mungil itu pelan-pelan, Sekiranya malam ini mungkin ia akan tetap terjaga demi gadis ini. "Kamu akan baik-baik saja, aku berjanji akan tetap terjaga untuk menjagamu malam ini,"
Udah Aku up sesuai target yah.
Makasih untuk dukungannya, maaf aku gabisa bales satu-satu💜
Happy reading yahh...,❤️
100 vote for next 🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadistic Of Love [Sudah Terbit Di Ebook!]
Romantizm"Salahkan takdir yang mengikat dia denganku." Adara tidak menyangka tindakan kecilnya akan mengubah nyaris di keseluruhan hidupnya. Masuk ke kehidupan pria itu tidak pernah ia bayangkan akan sesakit ini. Namun meninggalkannya pun ia tidak sanggup. T...