*HATI HATI ADEGAN KEKERASAN!!Devon menarik keras lengan Adara dengan berjalan cepat, tak memperdulikan lengan gadisnya yang kini mulai memerah akibat cengkeramannya, kini hanya ada emosi yang menguasainya. Adara yang mengikutinya sampai terseret seret, isakan kecil mudah keluar dari bibir manisnya.
“Sakit kak,” Lirih Adara sambil menatap Devon yang pasti tidak memperdulikannya.
“DIAM, MASUK!!” teriak Devon menuju pintu rumahnya.
Adara menggelengkan kepalanya kuat. “nggak kak. dara mau pulang,”
“MASUK DARA!!”
“NGGAK!” Teriak Adara, kemudian langkah kakinya perlahan mulai mundur.
Devon menggertakkan rahangnya. “jangan pancing emosi gue adara.” Ucap Devon menahan emosi.
Devon menyisir rambutnya kebelakang dengan jari-jemarinya guna menahan amarah tak tertahan. "masuk.” ucapnya dingin.
“Dara gak mau kak, dara cuma mau pulang,” Ucap dara ketakutan.
Devon menaikkan alisnya mendengar permintaan gadisnya. “Pulang? Ini kita udah pulang kerumah dara.”
Dara lagi lagi menggelengkan kepalanya. “ini bukan rumah dara, ini rumah kakak,”
“Rumah aku rumah kamu juga sayang.” Ucap Devon menyeringai.
“K-kalo kakak gak mau anter dara, dara bisa pulang sendiri,” Balasnya terbata, ia benar benar ketakutan sekarang.
Devon menatap Adara tajam, “masuk sekarang.”
“Nggak mau, dara gak mau hiks,” lirih dara disertai Isak tangis.
Devon tertawa sinis, apakah gadis ini tidak tau bahwa sedari tadi ia menahan sifat iblisnya. Mengapa Adara terus-terusan menangis dan membuat kepalanya sakit, dasar wanita sialan.
“Mau pakai cara halus atau cara kasar, hmm?” Tawar Devon.
Adara semakin mengeraskan Isak tangisnya. ia benar benar tak tau harus berbuat apa, dalam hidupnya tak pernah ada yang berbuat kasar apalagi berteriak padanya.
“GUE SURUH LO MILIH BUKAN NANGIS!”
Adara menatap Devon dengan pandangan mengiba. “Ampun kak. dara Cuma mau pulang,”
“MASUK DARA!! MASUK!!”
Dara yang mendengar itu tanpa aba aba langsung melarikan diri tanpa pikir panjang, tidak. Ia tak sanggup lagi mendengar teriakan apapun itu.
Namun sepertinya pelarian diri ini akan berbuntut panjang, karna ya. Tidak akan ada yang bisa lari dari seorang Gavin Devon Aldelard.HAP...
“Nakal,” Bisik Devon ditelinga gadisnya.
Dengan cepat Devon gendong tubuh kurus gadis itu. tak memperdulikan pemberontakan Adara yang tak berdampak apa apa. Jika memang cara halus tak bisa membuat gadisnya menurut, jangan salahkan jika ia menggunakan caranya sendiri.
BRUGH...
Prangg...
Gadis itu menjerit kuat kala tubuhnya dibanting kuat mengenai lemari yang ada dibelakang tubuhnya. Foto-foto yang ada diatasnya mulai berjatuhan menimpai gadis itu, beberapa kaca pun tertancap ditubuhnya. Perlahan darah mulai mengalir dari beberapa sisi yang terluka.
Devon membuka jaket hitamnya. Kemudian membuka kasar kaus polosnya, perlahan mendekati gadis itu guna melampiaskan amarahnya. Apakah ancamannya tidak berarti apa-apa untuk Adara. Ia sudah mengatakan gadis ini miliknya. Lalu mengapa masih berani bermain api dibelakangnya. Jika sudah begini Jangan salahkan ia menggunakan caranya sendiri.
“Adara minta maaf. Aku minta maaf kak." Ucap Adara mulai menjauhi devon. tubuhnya mengigil ketakutan sekarang.
Adara menjerit kuat kala rambutnya ditarik kebelakang. Bisa ia rasakan nafas pria itu tepat didepan wajahnya. Terkekeh kejam untuk segala perbuatannya. "Gue gak ngerti kenapa gue bisa suka sama wanita semurah Lo Adara. Gue selalu ngawasin Lo selama ini dan gue gak pernah tau kalo Lo sedekat itu sama dia. Lo gila hah!"
Gadis itu menangis. "Kak—,"
"Diam, gue gak akan percaya sama semua ucapan busuk Lo. Selama ini gue gak pernah kecolongan untuk semua hal tentang Lo Adara. Gue rasa gue laki-laki paling bodoh yang menaruh rasa sama cewek kaya Lo."
Adara terkekeh sinis, "Nggak ada yang nyuruh Lo buat suka sama gue kak. Kalopun itu benar bukan gue yang murahan. Hati Lo yang murahan karna Uda suka sama gue,"
Plak!
Wajah Adara tersingkir kesamping kala Devon menampar-nya kuat. Sudut bibir gadis itu berdarah.
"Cewek gak tau diri."
Devon menyeret tubuh Adara. Gadis itu menolak, tubuhnya bergetar ketakutan. Namun tenaganya tidaklah ada apa-apanya dengan kekuatan pria itu. Karna kini tubuhnya sudah berpindah ke sofa. Devon melemparnya kuat dengan tubuh pria itu yang kini menindihnya.
Tingkah kasar Devon, tak pernah ia bayangkan akan sesakit ini, bukan hanya fisik, tapi juga batinnya.
Ciuman kasar Adara rasakan. Tak hanya kekerasan, ia juga kerap merasakan pelecehan dari laki-laki ini. Adara tidak menikmatinya, sama sekali tidak. Tapi melawanpun juga tidak kan ada gunanya. Rasa asin dan anyir kerap ia rasakan dalam ciuman paksa pria itu yang tampak masih tidak mau melepaskan tubuhnya.
Setelah ia rasa cukup. Devon mengelus lerai lembut rambut gadis yang masih ditindihnya. “Kenapa, masih mau ngelawan?”
Adara membuang mukanya kesamping, tidak mau menatap pria dihadapannya. Perlahan air mata mulai mengalir dari kedua sudut matanya.
Devon mencengram kuat rahang Adara. “I don’t need any response, you’re still at fault, “ Ucapnya dengan nada berbisik tapi masih bisa didengar.
Arah matanya melirik Adara, melihat gadis itu dari atas kebawah, seakan sedang memeriksa sesuatu pada tubuh gadisnya. “I can even cut off your hand in case he touches you any further.”
“Kamu dengar Adara? Aku tidak pernah sekalipun main-main dengan kata-kataku,” Ancamnya pelan.
Sedikit tangannya melonggarkan cengkramannya pada gadis itu.
Adara diam, tapi sedikit kepalanya mengangguk mengiyakan.Devon mulai menurunkan emosinya, melihat banyaknya luka dan air mata gadisnya kini menyadarkannya dari kegilaan.
Semua kejadian ini kini menyadarkannya.
Bahwa Ia benar-benar sudah cinta mati pada adara.
Dengan halus ia lepaskan cengkaramannya dari rahang Adara, melihat memar itu benar benar membuat hatinya hancur. Sungguh ia benar benar tak sadar ketika melakukannya.
Ia peluk pelan tubuh gadisnya, benar benar pelan karna takut menyakiti gadisnya lagi. Tangan besarnya menghapus leraian air mata Adara, mengecup pelan bibir gadisnya yang sedikit mengeluarkan darah.
Astaga ia benar benar sudah kelewatan.
Ia sudah lepas kendali.
Lihatlah betapa ketakutan gadis kecilnya ini.
Hingga ia juga mengeluarkan air matanya.
“Maaf,” Ucapnya pelan.
“Maaf sayang,” Sambungnya sambil mengecup kening Adara.
Vote&coment!
Next or no?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadistic Of Love [Sudah Terbit Di Ebook!]
Romance"Salahkan takdir yang mengikat dia denganku." Adara tidak menyangka tindakan kecilnya akan mengubah nyaris di keseluruhan hidupnya. Masuk ke kehidupan pria itu tidak pernah ia bayangkan akan sesakit ini. Namun meninggalkannya pun ia tidak sanggup. T...