Devon berlari dengan wajah panik, dengan cepat tangannya mencabut kasar pisau dari lengan aletta dan membuangnya kelantai dengan cepat. darah segar mulai membanjiri lengannya sampai kelantai, karna panik Devon mengoyak cepat bagian bawah kemeja putihnya, melilitkan kain itu dengan agak kencang yang membuah aletta mengaduh pelan.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Devon dengan raut kawatir.
Devon melihat kesekeliling, mendapati Aiken yang dengan santai merangkul gadisnya. Pria sinting itu benar-benar, dalam situasi genting seperti ini juga masih berani mengambil kesempatan. Adara yang terlihat takut malah tidak sadar sedang setengah dipeluk oleh Aiken. lihat saja, setelah ini ia pastikan mereka berdua menerima akibatnya.
Mata Devon berubah tajam. "Aku memang menerimamu disini, tapi bukan berarti kamu bisa membuat kekacauan di rumahku aletta."
Aletta kaget dengan mata terbelalak, "what? Dev, lihat aku terluka, lenganku berdarah."
"Aiken yang melakukan ini padaku Dev, kamu tidak bisa diam saja!" Tekannya dengan nada kuat. Walau ia sedang kesakitan tapi ia tidak terima diperlakukan seperti ini, hatinya sakit.
Devon memutar bola matanya malas. "Ck, dia hanya butuh mainan,"
Aletta kesal tak terkira, "aku bukan mainan! Aku tunanganmu sialan! Berhenti bersikap sok tidak peduli, semua orang tengah melihat kita, gunakan otak warasmu! Orangtuaku akan segera sampai, setidaknya perduli kepadaku walau sedikit saja!" Ujar aletta mengeluarkan keluh kesahnya, hatinya sakit bukan main, ia tau Devon tidak akan perduli, ia juga tidak menyangka Aiken akan benar-benar melakukan, egonya merasa tersakiti.
"Gunakan sedikit saja hatimu Dev, kumohon," gumam aletta sedikit menurunkan nada bicaranya. Bisa ia lihat, Devon bahkan tidak perduli sama sekali.
"Ini sedikit lucu, kamu bilang aku harus sedikit menggunakan hatiku, sementara dia sudah mati sejak belasan tahun yang lalu, astaga aletta berbicara yang benar,"
Aletta menunduk diam, hatinya semakin sakit.
Devon menghela nafas mencoba mengalah. "Ayo kerumah sakit, tanganmu bisa terluka semakin parah jika dibiarkan begitu saja" ajaknya. Kali ini benar benar tulus.
"Kamu akan mengantarku?" Tanyanya coba berharap.
"Ayolah Al. ini luka kecil, jangan kekanak-kanakan, hmm?"
Aletta mengangguk pelan dengan mata yang sudah berkaca kaca. "Bahkan didepan mereka juga aku tidak bisa menutupi ketidak pedulian mu padaku ya?" Ucapnya dengan nada getir.
"Jujur Dev aku malu, tapi hatiku juga tidak bisa mengelak bahwa aku masih berharap, aku tau hatiku tidak kuat tapi aku tetap bertahan, jelaskan Dev, apa yang bisa aku lakukan untuk tetap bertahan pada posisiku?" Tanyanya sambil menatap Devon penuh rasa berharap.
Aiken mencibir pelan. "Dasar ratu drama, begitu saja terus sampai lenganmu busuk,"
"Ai..," seru Devon menghentikan, ia rasa kata-kata Aiken sudah kelewatan.
"Berhenti memanggilku nama aneh brengsek! Itu terlalu feminim!" Serunya tidak terima.
Devon menatapnya tajam.
Dibalas tak kalah tajam oleh Aiken. "Cih, si bodoh itu, masih saja membela si ular, sampai Lo luluh. cewek Lo gue culik,"
Melihat keraguan Devon aletta meraih tangannya cepat, mencium telapak tangan itu sekali, "tolong antar aku kerumah sakit, sebagai gantinya aku akan melupakan kejadian hari ini, bagaimana"
Aiken cepat cepat mencibir, "heh boneka Annabelle, aku tidak butuh maaf mu bodoh!"
Adara menatapnya, "Kakak harus diam, kalau tidak kak Devon akan menjahit mulut kakak,"
"Suuutt, diam cantik. Jangan bersuara, saksikan saja film Action kita, orang bodoh sedang beragumen dengan orang bodoh, kira-kira akan selesai sampai besok pagi," Adara cemberut mendengar penuturan Aiken, sedangkan Aiken tertawa pelan.
Pandangan Devon datar, jika mengira ia telah peduli maka kalian salah besar, hati kecilnya bahkan tak tersentuh sama sekali, walaupun aletta pernah berkorban dihidupnya tapi tetap ia tidak bisa membohongi perasaannya, hati nya benar benar tidak perduli. Tapi melihat aletta memohon hati nya kian kasihan, hanya Hanya itu. "Pergi dengan supirku, setelah ini aku akan segera kesana, aku harus membersihkan tempat ini dulu,"
Aletta memandangnya tidak percaya. "Aku menunggu, aku pasti menunggumu Dev," ucapnya dengan nada gembia, terlihat sekali dari wajahnya.
Aletta pergi dengan memandang Adara remeh, lihat ia berhasil bukan? Sudah ia bilang, Adara tidak ada apa-apanya dibandingkan dengannya, cinta itu bullshit, ia percaya Devon ditakdirkan untuknya, tidak perlu cinta, biar takdir yang bekerja.
Seperginya aletta, Devon memandang Adara tajam, mencoba memperingatkan Adara lewat tatapannya, "Menyingkir darinya Adara," ucapnya dengan nada terkesan tegas.
Adara dengan cepat menjauhkan tubuhnya dari Aiken beberapa centi. "Ma-af kak,"
"Kemana perginya si bokong besar," gumam Aiken tak sadar.
Adara bingung, "bokong besar?"
Aiken mengangguk. "Ia si bokong besar aletta, aku rasa kita terlalu menikmati waktu kita cantik, sampai kita sadar si Annablle itu sudah pergi," katanya menggoda sambil mengedipkan sebelah matanya.
Devon dengan cepat menutup mata Adara. "Berhenti tebar pesona didepan gadisku! Pergi dan urusi tangkapan barumu sialan!"
Mata Aiken menerjap pelan, melirik ke arah lain, seakan pura pura tidak tau.
Devon terkekeh sambil memeluk gadisnya. "Wajahmu seperti pantat babi,"
"Diam lo perjaka tua," sahut Aiken tidak terima.
Devon tersenyum mendengarnya. "Lo juga masih perjaka kalo Lo lupa,"
Aiken tak menghiraukan Devon, arah matanya mencari benda keramat yang biasanya ia pakai, sahabat tercinta yang tadi ia gunakan untuk membeset lengan aletta. Pisau yang masih dilumuri darah itu ia tatap dengan dengan sinis. "Kayaknya gue harus buat musium,"
Adara dan Devon menatapnya bingung.
Sudut bibirnya tertarik, "Gue baru aja dapet darah iblis Disini,"
Devon terkekeh mendengarnya, tak menyia-nyiakan kesempatan ia mengecup cepat wajah dungu Adara.
"Gue pulang," teriak Aiken cukup kuat agar didengar seluruh penghuni villa Devon.
"Jangan balik," ujar Devon cuek.
Setelah perginya Adara dan Aiken, Devon menatap pelan datar darah aletta yang masih berceceran, sudut bibirnya tertarik, "anda harus cepat menariknya keluar, dia terlalu banyak ikut campur dalam urusanku, jika anda tetap membiarkannya disini maka jangan salahkan aku, bila nyawanya akan melayang di tanganku, ayah...,".
Next?
75 vote for next❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadistic Of Love [Sudah Terbit Di Ebook!]
Romance"Salahkan takdir yang mengikat dia denganku." Adara tidak menyangka tindakan kecilnya akan mengubah nyaris di keseluruhan hidupnya. Masuk ke kehidupan pria itu tidak pernah ia bayangkan akan sesakit ini. Namun meninggalkannya pun ia tidak sanggup. T...