"Tipu Muslihat"

6.6K 677 28
                                    


"Yang paling menyakitkan adalah, berharap pada orang yang perlahan mulai berubah."

-Adara Devanya-






Devon membuka bilik pintu itu, dapat ia lihat tubuh lemas Aletta yang terbungkus hangat dalam selimut, bibirnya menggerutu kedinginan, wajah gadis itu bak mayat hidup. Sedang sekarat seperti itu pun ia masih bersikeras untuk dirawat dirumah, padahal kondisinya sedang tidak baik-baik saja, gadis yang keras kepala pikirnya.

Perlahan Devon lihat Aletta membuka matanya, melirik lemah kearah Devon. tangannya ia ulurkan, seakan ingin menarik Devon untuk mendekapnya.

Pandangan Devon melemah, langkah kakinya perlahan mendekat kegadis itu, menggapai pelan tangannya dengan tubuh setengah memeluk, dapat ia rasakan suhu tubuh aletta yang jauh dari kata normal, sangat panas. "Kenapa bisa begini, hmm?" Tanyanya sambil merapikan helaian rambut aletta lembut.

Gadis itu mendengus, "kamu berkata seakan tidak melakukan apapun,"

"Aku sakit karnamu brengse-," ucapnya terpotong melihat satu jari Devon didepan bibirnya.

Devon menatap aletta lekat. "Maaf, aku benar-benar menyesal,"

Devon menggeleng tidak suka. "Tapi, Orang sakit tidak boleh berkata kotor," ucapnya sambil menampar pelan bibir aletta.

Mata aletta berkaca-kaca, tubuhnya memeluk Devon lebih erat. "Dev, bisakah? Bisakah aku merasakan ini lebih lama? Rasanya sudah lama kita tidak seperti ini, sejak kedatangan gadis itu, aku bukan satu-satunya orang yang kamu perdulikan."

"Aku tau, aku orang yang merepotkan, aku hanya seorang yang egois dengan menahan seseorang disisiku, tapi aku juga gadis yang lemah ketika cintaku direnggut Dev," ucap gadis itu dengan relaian air mata.

Aletta menggeleng. "Aku tidak tau apa itu cinta, aku tidak pernah perduli bagaimana itu datang, tapi satu. Yang kurasakan padamu itu nyata Dev, jadi tolong berhenti, berhenti melibatkan gadis lain dalam hubungan kita, kamu tidak pernah sebelumnya seperti ini Dev,"

Aletta menggenggam tangan Devon kuat. "Tolong, jangan buat aku jadi orang yang jahat, jangan memaksaku untuk menghancurkan gadis itu,"

Devon mengulurkan tangannya untuk menghapus pelan air mata aletta, kali ini ia yakin gadis ini tidak main-main, ia kenal aletta sejak kecil, gadis ini akan mendapatkan apapun, dengan cara apapun, tidak perduli siapapun yang akan mati, yang akan berkorban, gadis keras kepala ini selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan, meskipun itu harus melenyapkan orang.

Sebuah cara keras, hanya akan terlihat mencurigakan. Tak ayal dengan seekor tikus, kita harus menjebaknya dulu untuk melenyapkan nya, tikus itu jelas hewan pengganggu, kedatangannya tidak diinginkan, tapi selalu merepotkan. Devon berhasil membunuh siapapun, tapi untuk gadis dihadapannya ini, ia butuh sedikit waktu dengan cara yang halus.

Aletta gadis yang licik, meski ia tahu perasaan gadis ini tulus.

Devon tersenyum pelan, "Tunggu disini, tubuhmu sangat panas, aku ambilkan air,"

Aletta gelagapan, "Tidak, jangan pergi,"

Devon mencoba menenangkan. "Sebentar saja, tidak akan ada yang bisa menjauhkanku darimu,"

Aletta tersenyum tenang, "Baiklah, aku menunggumu,"

Aletta menatap hampa tubuh Devon yang melangkah keluar, tubuh gadis itu merosot, setidaknya hatinya lebih tenang.

Devon menutup pelan pintu kamar aletta, agak terkejut ketika menemukan Adara berada dibelakang nya. Astaga sejak kapan gadis ini disini?

Bisa ia lihat dari tatapan gadis itu yang sedang tidak baik-baik saja, Devon mengerti tapi tetap saja ia tidak bisa menjelaskannya sekarang pada Adara, untuk saat ini biarkanlah ia yang menyimpannya sendiri, sampai waktu yang ia tentukan.

Pria itu menatap Adara datar, "kembali ke kamarmu Adara," Ucapnya dengan nada tenang.

"Hanya itu? Tidak ada lagi yang ingin kakak katakan?" Tanya gadis itu ragu.

Devon menatap Adara lurus, "tidak ada yang ingin aku katakan selain itu,"

Adara mengepalkan tangannya kuat. sebagian hatinya terluka, "Aku mendengar semuanya, tadi kalian-," ucapnya terpotong.

"Apa menguping pembicaraan orang menjadi hobimu sekarang? Adara, sudah aku katakan, berhenti untuk ikut campur, jangan melibatkan diri untuk sesuatu yang buka urusanmu, itu tidak penting," Ucap Devon agak emosi. Otaknya seakan penuh dengan semua masalah, sehingga ia tidak bisa menyeleksi kata ketika berbicara dengan gadisnya.

Adara tertegun, "Tidak penting? Bagi kakak ini tidak penting? Kalau begitu katakan, apa yang sebenarnya tidak penting, masalah kita atau jangan-jangan aku yang tidak penting sama sekali dalam hidupmu?"

Devon menggeram tertahan. "Adara dengar, aku tidak bisa menjelaskannya sekarang, tolong mengerti kali ini saja,"

Mata gadis itu berkaca-kaca, hatinya sangat sakit kini, perlahan Adara mengangguk, "baik, terserahmu," ucapnya sambil meninggalkan Devon sendirian.

Devon menatap luka kepergian Adara, hatinya benar-benar merasa sangat menyesal.

*******
Mohon maaf sebagian part sudah dihapus!

[Mohon maaf, part ini sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan. Jika ingin mendapatkannya cerita lengkapnya silahkan beli ebooknya yang sudah tersedia di Google Playstore dan Playbook. Link pembelian ada di bio profil wattpad ini. Jika ada kendala dalam pembelian, tidak perlu sungkan untuk bertanya ke penulis]









Yang next mana suaranya?!

90 vote for next❤️

Sadistic Of Love [Sudah Terbit Di Ebook!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang