"Hancur"

8.3K 729 16
                                    

Dalam ruangan gelap itu terdengar suara pecahan dimana-mana, vas,foto benda apa saja terbanting dengan percuma, tampaknya sosok Aletta juga belum puas melampiaskan kekesalannya, Gadis itu pulang dengan raut muka memerah, sesak dan tangis ia rasakan Berjam-jam, menunggu sang pujaan hati untuk menjaga dan menjemputnya pulang.

Namun naas, sepertinya hal seperti itu hanya akan ada dalam mimpinya, sekalipun itu keinginannya, nampaknya semesta pun tidak setuju, Gadis cantik bersuraikan rambut panjang itu terduduk, merasa sangat lelah, dua belas tahun berjuang dan mencintai sendirian, ia bahkan mau tau, adakah rasa sakit melebihi rasa yang sedang ia rasakan.

Gempalan tangannya menguat, menepuk-nepuk area dada dimana rasa sakit itu ia rasakan, diulu hatinya. Terdapat luka dengan sayat yang tidak bisa ia jabarkan rasa sakitnya. Ia egois ia paham benar.

Orang diluar, yang tidak paham benar dirinya, hanya akan berpandangan buruk tentangnya, padahal ia berani sumpah bahwa perasaan ini tulus adanya, rasa yang tidak bisa ia jelaskan bagaimana bisa hadir begitu cepat, bagaimana bisa menyakitinya begitu dalam.

Luka pada area lengannya pun tidak bisa ia rasakan lagi, rasanya seperti mati, harus dicampakkan lagi dan lagi.

Matanya melihat area sekitar, melihat kekacauan yang baru saja ia lakukan, sama sekali tidak ada rasa bersalah dalam hatinya. Perlahan sudut bibirnya tertarik. "Dev, aku pulang. Aku Pulang sayang. Lihat, aku masih kembali padamu, tidak perduli apapun yang yang akan kamu lakukan, gadis bodoh ini akan tetap kembali padamu."

Gadis dengan wajah pucat itu memijit kepalanya, mulai merasakan pusing, "Aku sakit Dev, Aku pusing, tubuhku terasa remuk. Apa masih tidak ada sedikitpun hatimu bahkan untuk melihat kondisiku?!" Teriaknya dengan nada agak membentak.

Mata aletta memerah. "KAMU LAKI-LAKI SIALAN!"

"LAKI-LAKI SIALAN DAN PEREMPUAN BODOH!"

"Aku menunggumu seperti orang bodoh disana, sedangkan kamu disini tidur berpelukan dengan perempuan munafik itu brengsek!"

Tubuhnya kian melemah,dengan air mata yang masih mengalir, "Aku memujamu seperti orang gila sedangkan kamu mengejar anak kecil yang baru saja kamu kenal! Kamu bahkan mencampakkan ku seperti parasit sialan!"

"APA YANG SEBENARNYA DILAKUKAN GADIS LICIK ITU SAMPAI KAMU TERGILA-GILA HAH!"

"PRIA BRENGSEK DAN WANITA SIALAN! AKU BERSUMPAH TIDAK AKAN MEMBIARKAN KALIAN BERSAMA!"

Tubuh aletta merosot, Isak tangis kian menguat. Membanjiri wajah pucatnya yang kian memerah, buku-buku tangannya menguat, seakan bisa menghancurkan apa saja yang menggangunya saat ini. "Sampai aku mati, kamu hanya akan menjadi milikku Dev, kamu dengar? Hanya aku pemilikmu, hanya aku yang ditakdirkan untukmu, silahkan jika sekarang kamu masih mau bermain main. tapi satu, kamu juga harus ingat, aku bisa menghancurkan siapa saja yang mencoba merebut milikku,"

Arah mata aletta menerawang, sedikit sudut bibirnya tersenyum. "Adara cuma hama kecil, aku bahkan bisa menghancurkannya kapan saja, tapi sebelum itu, aku akan buat dia menyesal karna sudah berani mengusik milikku,"










Gadis cantik dengan mata bulat itu tersadar, tubuhnya yang terkunci dan terikat dengan kuat seakan menyadarkannya, bahwa ia tidak sedang dalam keadaan baik baik saja, bisa ia rasakan bibirnya juga mengering, pertanda bahwa ia mungkin sudah lama tidak sadarkan diri.

Perlahan ia rasakan pintu terbuka, setitik cahaya masuk tapi tetap saja tidak bisa menerangi ruangan didalamnya. Terdengar suara langkah kaki kiat mendekat kepadanya, tubuhnya kian panik, mencoba meronta sekuat mungkin, dalam posisi ini bahkan ia tidak bisa berteriak sama sekali, itu karna ada perban yang mengunci kuat area mulutnya.

Dari parfumnya, bisa ia rasakan. Ini adalah pria malam itu, pria yang ia tangkap basah perilaku kejinya, tindakan yang tidak pernah ia bayangkan dalam hidupnya.

Gadis itu menunduk, tak mau menatap seseorang yang tengah menatapnya intens beberapa centi, perlahan gadis itu mendengar pria itu bersuara dengan nada berat, "Makan," ucapnya singkat.

Gadis itu diam, sama sekali tidak menjawab, ketakutan lebih mendominasinya.

"Makan," ulangnya sekali lagi dengan nada berat.

Tak mendengar jawaban Aiken menatap tajam gadis itu, "Aku tidak pernah mengulang kata-kata ku untuk yang ketiga kali,"

Kali ini gadis itu terkejut, sosok itu mengucapkan kalimat agak panjang, dalam hatinya mengatakan, sosok pembunuh sedang berbicara padanya.

Agak kesal, Aiken menarik dagu gadis itu untuk menatapnya, arah pandangnya tak sengaja melihat liontin kalung yang sedang gadis itu gunakan. "Hanya seorang tawanan tidak usah belagu, hidup matimu sekarang bergantung padaku, jika kamu merusak suasana hatiku sekali lagi, aku tidak akan segan untuk membidik banyak anak pistol ke kepalamu, dengar?"

Gadis itu terpaku, tepatnya sama-sama terpaku. Untuk pertama kalinya ia melihat rupa wajah ini, rupa wajah pria yang tidak sengaja ia lihat aksinya, gadis itu sama sekali tidak menyangka, orang setampan ini harus punya tingkah laku seburuk itu.

Aiken jelas menyadari bahwa gadis ini memiliki kecantikan diatas rata-rata, ia tidak munafik untuk mengatakan gadis ini adalah gadis tercantik yang pernah ia temui, tapi sekali lagi ia tekankan, orang seperti dirinya, sangat mustahil untuk memiliki rasa terpikat, apalagi jatuh cinta pada gadis manapun.

Menyadari kesalahannya Aiken membuka perban yang menutup mulut gadis itu, "Maaf," ucapnya dengan pelan, namun masih terdengar jelas.

Gadis itu terkaget.

Aiken mengalihkan pandangannya. "Makan," tekannya sekali lagi.

"Aku tidak suka ada mayat dikediamanku, jadi aku ingatkan. Jika memang mau mati maka katakan padaku, aku akan dengan senang jika bisa membantumu," ucapnya dengan bibir tertarik.

Lagi-lagi gadis itu diam.

Tak lagi mendengarkan jawaban Aiken meninggalkan gadis itu, gadis yang tadi seakan membekukan tatapannya dalam sekejap, langkah kakinya perlahan mulai menjauh.

"Maaf, kapan kamu akan melepaskan ku?" Tanyanya hati-hati, dengan rasa takut yang sangat mendominasi.

Aiken tersenyum miring, Akhirnya gadis itu mengeluarkan suaranya, usaha yang tak sia-sia. Malam itu bahkan ia tidak mendengar sedikitpun jeritan ketika ia menggores leher gadis itu dengan pisaunya, jadi ia sedikit penasaran, tadinya ia berfikir gadis itu bisu

Aiken menyeringai. "Melepaskanmu? Untuk membiarkanmu tetap hidup juga aku masih pikir-pikir, karna tidak ada alasan yang dapat kugunakan untuk membiarkanmu tetap hidup,"

"Tikus kecil sepertimu hanya akan menjadi pengganggu, aku tidak bisa menjamin kamu akan selamanya tutup mulut, jadi. Berdoa saja, semoga nasibmu baik."

Aiken muak, lagi lagi gadis itu diam, kenapa sulit sekali membuatnya berbicara.

Arah matanya melirik liontin kalung gadis itu sekali lagi. "Jadilah gadis yang baik, maka aku akan pertimbangkan untuk memulangkan mu, Alana...,"


















Alhamdulillah akhirnya siap juga, sesuai janji ya temen2

90 vote for next❤️

Sadistic Of Love [Sudah Terbit Di Ebook!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang