"Kejutan"

6.4K 706 32
                                    

Terhitung sudah seminggu Adara berada dikediaman Sargas, dan dalam seminggu itu juga ia bisa mengenal benar kepribadian pria itu. Umur mereka nyaris terpaut jauh, bahkan Adara tidak menyadari bahwa Sargas berusia dua puluh tujuh tahunan, seumuran dengan dokter yang sering datang untuk merawatnya.

Namun, Adara pikir mereka itu cukup unik. Adara pikir cara berfikir orang dewasa akan berbeda. tapi mereka, masih bermain hal yang sama dengan anak sepantarannya, dan itu membuat Adara nyaris melupakan usia mereka. Harry itu dokter yang ceria, teman yang tidak bisa diam. Adara rasa itu yang membuat Sargas juga ikut dalam bersikap seperti itu.

Tapi jelas, laki-laki itu bertingkah beda jika sudah berhadapan dengannya. Adara tidak mengerti, pria itu sangat dewasa jika sedang berbicara atau menatapnya. Pandangan lembut dan senyum manisnya tak akan pernah Adara lupakan. apalagi kebaikan pria itu, akan terkenang indah dalam relung batinnya.

Mereka mungkin memberikannya segalanya. baju, perlengkapan, makanan dan hal lain yang ia inginkan sesuka hatinya, tapi tak ada satu ucapan pun yang menanyainya alamat pulang, seakan tidak ingin Adara kembali ketempat asalnya, atau ini hanya pikirannya saja?

Mereka baik, Adara paham benar. Tapi bukan berarti Adara akan nyaman numpang hidup dengan orang lain, ia masih punya hati nurani. Namun tak ayal setiap kali ia menanyakan hal itu, mereka akan coba mengabaikannya dan mencari topic lain, Adara tidak mengerti, batinnya berkecamuk.

Belum lagi Devon.

Ah, ia tidak perlu memikirkan laki-laki itu, yang mungkin sekarang sedang mempersiapkan pernikahannya bersama calon istrinya.

"Pagi, cantik." Goda Harry yang menyadarkan Adara dari lamunannya. Sebelah matanya berkedip centil kearah Adara, yang membuat Adara geleng-geleng kepala. Astaga, apakah orang didepannya ini benar-benar seorang dokter?

"Stttt..,, Berhenti menggodanya Harry, itu tidak cocok disaat umurmu akan bertambah jadi tiga puluh." Ucap Sargas menepuknya kuat.

Harry menyelidik. "Sial, aku tidak sedang menggodamu, aku menggoda pasienku! Berhenti bawa-bawa umur disini, aku tidak tua!" Jeritnya tidak terima.

Adara tersenyum, "Astaga kenapa kalian malah bertengkar, aku baik-baik saja."

Sargas mendekat kearah Adara. Mulai dari tiga hari yang lalu mereka semakin dekat. "Lihat, aku membelikanmu baju. Tapi maaf aku benar-benar tidak tau bagaimana seleramu, jadi aku pilih asal."

Harry menyelidik sambil menggeleng kuat. "Heii kecil, jangan percaya dengannya, dia itu sedang membual. Aku baru saja tadi menemaninya berkeliling mall sampai lima jam untuk memilihkanmu pakaian terbaik, dan kamu tau apa? Dia meminta semua pendapat karyawannya, dan itu membuatku sampai muntah-muntah disana." Aduhnya tidak terima.

Adara menatap Sargas tidak percaya.

Sargas buru-buru membenarkan, walau ia tau yang dikatakan Harry adalah kebenaran. "Astaga, tidak. Kamu percaya mulut busuknya? Dia ini orang gila yang menyamar jadi dokter, jangan percaya semua tuduhannya, dia memang suka menjelekkanku dimanapun. Dan siapa yang tadi kamu bilang kecil!"

Harry memutar bola matanya malas. Astaga, lagi-lagi dia difitnah, itupun dengan orang yang sama. "Baik-baik. Dia gendut," ucapnya asal.

Sargas menatap Harry tajam.

"Tidak-tidak. Maksudku, sedikit berisi." Ralatnya cepat.

Adara tersenyum melihat percakapan mereka, walaupun itu melibatkannya, ia tidak akan memasukkannya ke hati sama sekali, mereka sangat imut pikirnya, jika orang lain memilih untuk membicarakan orang di belakang, mereka lebih suka membicarakan orang itu didepannya langsung. Adara terkekeh, mereka benar-benar unik.

Sadistic Of Love [Sudah Terbit Di Ebook!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang