"Perpisahan"

7.4K 716 365
                                    

Adara merasakan suhu udara disekitarnya panas. Pria yang tadinya hanya berdiam diri dan mengucapkan beberapa kata kepadanya kini berjalan mendekat, mencoba untuk menggapainya. Semakin pria itu mendekat semakin pula ia mundurkan langkahnya kebelakang untuk menjauhi pria itu. Sangkin takutnya, tak ada sepatah katapun yang bisa ia keluarkan. Batinnya berkecamuk.

Pria itu tersenyum sinis melihat penolakan Adara yang secara tidak langsung. Tidakkah gadis itu bisa melihat kesakitan apa saja yang telah ia lakukan karna kepergiannya yang secara tiba-tiba? Tidakkah gadis itu bisa melihat wajah pucatnya? Tidakkah ia bisa melihat perban ditangannya? Sebegitu takutlah gadis itu untuk hanya sekedar menatapnya?

Devon mengulurkan tangannya perlahan. "Don't leave me, we go home now. Hmm..,?"

Mata Adara berkaca-kaca. Ia diingatkan dengan rasa perih itu lagi. Saat-saat yang paling ia benci dalam hidupnya. Saat ia harus mengorbankan waktunya untuk orang yang hanya ingin main-main dengannya. Gadis itu menggeleng, mencoba menolak keras.

Devon menyengit bingung. "why? everything is done, we can start from the beginning, baby."

Adara mengangguk seketika, "Kita memang udah selesai kak, hubungan kita udah selesai. Cukup sakiti Adara sampai sini aja. Ga ada yang perlu kita lanjutkan."

Devon tertawa, merasa tidak terima dengan semua ucapan gadis itu. "Berakhir? Kamu mau kita berakhir? Adara, tidak Seklise itu untuk masuk dan keluar dalam kehidupanku, sekali kamu masuk. Jangan berfikir untuk bisa keluar begitu saja, aku bisa menahanmu dengan cara apapun."

Pria itu semakin mendekat kearahnya, Adara memundurkan langkahnya lagi dan lagi. Membuat Devon menggenggam seketika. Tanggannya menggapai sebuah guci besar dan membantingnya begitu saja. Membuat suara pecahan itu menggema di seluruh ruangan.

"Jangan main-main denganku sebelum kamu melihatku membunuh mereka semua dihadapanmu, Adara." Ancamnya tak main-main. Benar saja, jika Adara tidak menurut kali ini, bisa ia pastikan semua orangnya akan mati ditangannya dan akan disaksikan langsung oleh gadis itu.

Gadis itu menggeleng tidak terima. "Jangan libatkan orang yang tidak bersalah dalam masalah kita kak! Berhenti menjadi bajingan dan gunakan otak warasmu!" Teriak gadis itu kuat-kuat, namun malah membuat Devon terkekeh dengan keras.

Pria itu mencengkram rahangnya dengan penuh emosi. "Kamu menyuruhku untuk menggunakan otak warasku sedangkan kamu meninggalkanku dengan seluruh kegilaanku. Harusnya kamu yang harus berfikir secara waras Adara." Ucapnya sambil menghempaskan tubuh gadis itu kelantai. Dan membuat Adara mengaduh pelan.

Hentakan kaki dari arah belakang mengejutkan mereka. Tapi lain halnya dengan Devon yang tau percis itu langkah kaki siapa, Ah. Ternyata kebisingan yang dibuatnya membangunkan sang tuan rumah? Devon terkekeh sinis melihat pria itu memapah Adara.

Sargas melihat sekelilingnya yang dikelilingi orang-orang yang tidak dikenalnya. Ia menyengit bingung, sebenarnya apa yang sedang terjadi?

"Kamu baik-baik saja? Ada yang terluka?" Tanya Sargas dengan nada pelan kearahnya. Seakan tidak menganggap orang-orang asing yang datang kerumahnya adalah hal yang penting.

Adara menggeleng pelan, mencoba menyembunyikan tubuh sargas dibelakang tubuhnya, ia tak mau Sargas juga ikut terkena imbasnya. Astaga, kenapa pria itu harus keluar juga.

Devon menepuk-nepukkan tangannya dengan pandang remeh kearah mereka. "Ck, Ck, Ck. Lihat, pahlawannya sudah keluar sekarang."

"Heii bung, gue punya hadiah spesial buat lo. Tapi gue juga punya sebuah penawaran. Serahkan gadis itu secara baik-baik padaku dan nyawa lo akan aman malam ini, atau jika masih keras kepala gue gak akan segan untuk mengeluarkan hadiah itu dan ngebuat lo menyesal seumur hidup. Bagaimana?"

Sadistic Of Love [Sudah Terbit Di Ebook!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang