Bagian 4

471 62 4
                                    


Bright sedang serius mengamati gadget di tangannya, ketika ia mendengar pintu kamarnya diketuk seseorang. Belum sempat Bright menyahut, pintu itu sudah terbuka dan sosok adiknya tampak dalam pandangannya. Bright hanya menaikkan sebelah alisnya, kemudian kembali sibuk dengan benda canggih dalam genggamannya. Sementara itu, Drake, menatap Bright dengan rasa kesal yang memuncak.

"Phi, tadi kau kemana saja hah? Bukankah aku sudah bilang jika aku ingin mengenalkan kekasihku? Kenapa kau tidak-"

"Sepenting apa kekasihmu itu hingga aku harus kenal padanya?" Potong Drake santai, matanya tetap memandang ke arah gadgetnya, seolah tidak ada sosok Drake di depannya.

"Phi! Aku benar-benar serius dengannya! Hargai sedikit usahaku!" Geram Drake.

Bright terdiam sejenak. Membuat adiknya semakin emosi.

"Aku perlu tahu dulu apakah dia cukup pantas untukmu atau tidak. Aku tidak menerima sembarang orang untuk menginjak rumah ini." Bright akhirnya membuka suara, lagi-lagi dengan nada santai.

"Phi! Kau keterlaluan! Aku tahu mana yang pantas untukku atau tidak! Jangan terus mengatur hidupku!"

"Terserah." Bright mengangkat bahunya cuek.

"Tetapi jika kau benar-benar ingin aku mengenalnya, baiklah. Aku ada waktu luang besok sekitar pukul satu siang. Kau bisa mengajaknya, jika kau masih berniat mempertahankan hubungan kalian. Sudah malam, Drake. Sebaiknya kau kembali ke kamarmu dan tidur."

Drake yang mendengar ucapan kakaknya hanya bisa menghela nafas kalah. Ia berbalik dan melangkah keluar dari kamar Bright. Sementara Bright terdiam, pandangannya beralih ke arah pintu dimana punggung adiknya menghilang tadi.

"Drake, kau benar-benar serius dengannya?" gumam Bright pelan.
                              ----
Win tampak sibuk di dapur mungil apartemennya, membuat sarapan untuk dirinya sendiri. Semalam apapun ia tidur, ia akan selalu bangun di pagi hari. Itu sudah kebiasaannya, ia tidak bisa bangun tidur lewat dari jam delapan pagi. Tiba-tiba pintu depannya diketuk, terdengar sedikit tak sabaran. Win mengernyitkan alisnya bingung. Siapa yang bertamu pagi-pagi begini?

"Sebentar…" sahut Win saat si tamu semakin keras mengetuk pintu kayu rumahnya.

Begitu pintu dibuka, sosok tampan sahabatnya muncul, raut wajah pria itu tampak muram.

"Drake? Ada apa kau pagi-pagi ke sini?" tanya Win, ia meminggirkan tubuhnya agar Drake bisa masuk ke dalam rumahnya.

"Kau ada waktu siang ini, Win?" tanya Drake tanpa basa-basi lagi.

Separuh ragu, namun Win tetap menganggukkan kepalanya.

"Karena tadi malam rencana kita batal, kita akan menjalankannya siang ini. Kakakku bilang dia ada waktu walau hanya sebentar." Drake menjelaskan, berharap Win memberikan bantuannya.

Win yang sudah lupa sejenak tentang kejadian tadi malam, kembali memanas mendengar Drake menyebut kakaknya. Cih, maksudnya ia harus bertemu dengan pria angkuh itu lagi? Win benar-benar muak.

Melihat raut wajah Win yang tampak enggan, Drake menatap memelas kepada sahabatnya ini.

"Ayolah, Winnie. Kau sudah menyetujui untuk membantuku bukan?" Win mendesah, ia memang paling tidak bisa menolak.

Akhirnya siang itu Drake membawa Win ke restoran di dekat kantornya untuk menemui Bright. Dan sesuai perkataan Bright, pria itu bersedia datang. Malah ia sudah menunggu lebih dulu.

"Ingat, Win. Kau tidak usah berbicara banyak. Seperlunya saja. Oke?" bisik Drake begitu mereka melangkah masuk ke dalam restoran itu. Win mengangguk mengerti. Drake tersenyum memberi semangat dan tangannya meraih tangan Win, menggandengnya.

MY PRECIOUS MAN (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang