"Habiskan, Metawin!"
Win diam tak menjawab, ia nekat menaruh mangkuk sup yang isinya hanya habis sepertiganya saja."Kau tidak dengar? Habiskan supmu!"
"Tidak mau! Berhenti mengaturku ini dan itu!"
Win menatap Bright tajam, membalas tatapan kesal lelaki itu. Bright menghela nafasnya.
"Kubilang tadi jangan membantah lagi, 'kan? Kenapa kau masih saja membantahku?"
Ucapan Bright terdengar sedikit melunak. Kemudian ia meraih sejumlah obat diatas nakas dan mendudukkan dirinya di ranjang, tepat di sebelah Win. Bright yang sudah bisa membaca gerakan Win yang berniat menjauh, cepat-cepat memerangkap pinggang pemuda itu dengan sebelah tangan.
"Lepas!"
"Sekarang obatmu, ayo diminum."
Bright menyodorkan tiga tablet obat dan satu pil penambah darah untuk Win. Win masih saja menatap marah pada Bright, tetapi akhirnya ia menurut juga. Jemarinya mulai meraih obat di telapak tangan Bright. Membuat Bright merasa geli dalam hati melihat perbedaan telapak tangan mereka.
Ia memperhatikan Win yang meneguk obatnya. Lagi-lagi matanya tertuju pada leher Win. Ugh, melihat leher putih dengan sedikit bercak kemerahan itu membuat Bright gatal. Gatal ingin meninggalkan jejaknya lagi disana.
Tetapi baju tidur Win sedikit mengganggu pandangan Bright, terutama bagian yang robek itu. Alisnya mengernyit. Apa Win benar-benar tidak mampu untuk sekadar membeli baju tidur? Memangnya kemana uang yang didapatnya dengan menjadi penyanyi café?
"Tidak bisakah kau memakai pakaian tidur yang lebih pantas? Baju seperti itu sudah tak layak pakai, kau tahu."
Ucapan Bright membuat Win menoleh kesal. Padahal Bright hanya bertanya, tidak bermaksud menghina atau apa. Tetapi telinga Win rupanya menganggap kalimat itu sebagai ejekan untuk dirinya.
"Tidak usah berbicara jika kau hanya berniat mengejekku. Aku bukan penggila saham yang mempunyai tambang uang sepertimu, jadi bukan urusanmu aku memakai baju seperti apa!"
Nafas Win tersengal setelah menyemburkan kalimat barusan pada Bright. Tetapi Bright hanya menguap bosan dan mengangkat bahunya. Membuat Win benar-benar ingin mencakar wajahnya yang menyebalkan itu.
"Win Metawin, tadi aku sama sekali tidak berniat mengejekmu. Tetapi kau sendiri yang menyimpulkan begitu, ya sudahlah. Omong-omong, aku punya beberapa pakaian yang bisa kau pakai."
Bright turun dari ranjang dan berjalan ke arah lemari pakaiannya yang berjejer di sepanjang sisi kiri kamarnya, dekat pintu balkonnya. Ia memilah-milah sejenak, mencari satu piyama tidurnya yang cocok untuk dipakai Win.
Akhirnya ia mengambil satu piyama yang tidak pernah dipakainya. Piyama berwarna biru laut dengan gambar ikan badut oranye bergaris putih yang tersebar di atas kain itu. Piyama couple, yang diberikan oleh adiknya yang konyol itu. Jadi Drake punya satu stel yang sama persis dengan yang Bright pegang sekarang. Tentu saja Bright tidak akan pernah mau memakai piyama yang kekanakan seperti itu.
"Pakai ini. Baju tidurmu itu harusnya menjadi lap dapurku saja."
Kali ini Bright terdengar benar-benar menghina. Ditambah sedikit seringai di sudut bibirnya, membuat Win muak. Ia memalingkan wajahnya dari Bright. Tangannya terkepal melampiaskan amarahnya.
Satu sentakan di lengannya membuatnya menoleh. Bright sudah mengganti seringai mengejeknya dengan sebuah senyuman kecil.
"Aku hanya bercanda, Win. Selera humormu benar-benar buruk. Sekarang ayo ganti bajumu."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRECIOUS MAN (REMAKE)
FanfictionPERINGATAN !!!! Ini adalah cerita REMAKE dengan perubahan NAMA TOKOH, PERUBAHAN GENDER menjadi BOYS LOVE, serta menjadi fantasy karena MPREG. UNTUK YANG TIDAK SUKA SILAHKAN LEWATI CERITA dan bila suka silahkan nikmati ceritanya. Ringkasan Win Meta...