Bagian 12

534 68 17
                                    

Bright kembali ke kebiasaannya beberapa waktu belakangan ini. Mengintai Win. Ia tahu Drake bertingkah konyol dengan mengawasi sahabatnya itu, berjaga-jaga agar Bright tidak menyakitinya lagi. Bright sedikit geli sebenarnya. Ia ingin memiliki Win, bukan menyakitinya seperti yang dipikirkan Drake. Bright tahu, ia mungkin memang keterlaluan pada Win waktu itu, dan ia mengakuinya.

Sejak Drake memukulnya dengan amarah luar biasa malam itu, adiknya itu tidak pernah lagi berbicara padanya. Jika si bungsu Chivare itu sedang duduk menikmati makan malamnya, maka ia akan segera berdiri dan pergi meninggalkan meja makan jika Bright datang.

Bright hanya menggelengkan kepalanya mengingat-ingat tingkah adiknya. Tentu saja tanpa Drake tahu, ia kembali mengintai Win. Hanya mengawasinya, tanpa melakukan apapun.
 

                                ****

Malam itu Bright sedang berada di mobilnya, menunggu band Win selesai dengan pesta mereka. Tetapi ia tidak menduga jika Win keluar dari pintu samping café, seorang diri. Tampak menarik seperti biasanya dengan rambut halusnya yang kecoklatan tertiup angin malam yang berhembus. Untuk sesaat Bright terpana, dan ia ingin sekali melompat keluar dan menarik pemuda itu masuk ke mobilnya, lalu mendekapnya erat dan mencium bibirnya yang menggoda itu mungkin?

Tetapi Bright masih mempertahankan akal sehatnya. Ia menemui Win secara baik-baik saja Win akan bersikap defensif dan galak kepadanya, apalagi jika ia nekat menyergap pemuda itu? Bisa-bisa Win menjerit histeris.

Bright tertawa melihat Win menggendong anak kucing mungil di dadanya. Sebelumnya Win pikir ia akan terkena serangan jantung, karena tingkah ceroboh Win yang nyaris saja mencelakakan dirinya sendiri.

"Dasar bodoh, kenapa kucing diajak berbicara?"

Bright menggumam sendiri sambil terus memperhatikan Win. Melihat Win tersenyum sembari menimang anak kucing itu, Bright tidak tahan lagi. Ia mengulurkan tangannya membuka pintu mobilnya dan tepat saat ia berbalik, sebuah sedan hitam mengkilap menderu kencang melewatinya. Kemudian suara hantaman keras terdengar, seakan mobil itu baru saja menabrak tubuh orang.

Bright melebarkan matanya, karena setelah mobil hitam tadi berlalu dan menghilang, yang tertinggal adalah tubuh Win yang tergeletak diatas aspal hitam. Kucing yang tadi digendongnya entah sudah kemana.

Tetapi bukan itu yang menjadi perhatian Bright sekarang. Ia bergegas melangkah, nyaris berlari menghampiri Win.

"METAWIN!"

Bright panik, jujur saja. Win tergeletak menelungkup di jalanan,di sisi kanan wajahnya darah segar mengalir deras. Bright dengan cepat berlutut di aspal, membungkuk menatap Win.

"Tidak, tidak… Win, Metawin!"

Bright menyentuh pipi Win yang berlumuran darah, ia tidak peduli tangannya ikut ternodai cairan merah itu. Dilihatnya perlahan kelopak mata Win terbuka, pandangannya tidak fokus. Mata yang biasanya jernih itu seperti menatapnya, tetapi tidak lama kembali menutup rapat. Tidak, Metawin tidak boleh mati! Tidak boleh!

"METAWIN!"
                                 ****

Bright berdiri kaku, menyandar di dinding luar ruang rawat. Kedua tangannya bersedekap di dada, jas abu-abu yang tadi dipakainya lenyap entah kemana. Yang tersisa hanya kemeja kerjanya yang ternoda darah di bagian depannya. Ya, ia yang mendekap dan menggendong tubuh Win hingga sampai ke rumah sakit ini.

MY PRECIOUS MAN (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang