Bagian 8

430 55 2
                                    

"Drake, kenapa dua hari ini aku tidak bisa menghubungi Win ya?"

Drake yang sedang menatap pemandangan luar hotel melalui jendela kamarnya, melangkah mendekati Frank yang duduk di tepi ranjang. Memeluk kekasihnya itu erat.

"Aku juga begitu, ponselnya selalu tidak aktif. Aku khawatir terjadi sesuatu padanya."

Drake bergumam pelan menjawab pertanyaan Frank. Sekilas ia teringat kakaknya. Ia tahu kakaknya itu tidak pernah main-main dengan ucapannya. Tetapi sepertinya ia tidak mungkin berbuat macam-macam pada Win. Mereka hanya bertemu sekali 'kan? Dulu saat Drake memperkenalkan Win sebagai 'tunangannya' itu. Jadi, sudah seharusnya Win aman, karena Drake yakin Bright pasti akan mengabaikan hal yang dianggapnya tidak penting.

Drake tidak tahu saja apa yang terjadi pada sahabatnya itu sekarang.

"Drake, bahkan kecemasanku sudah muncul sejak aku belum berangkat kesini. Mungkinkah terjadi sesuatu padanya?"

Frank menatap Drake, raut wajahnya terlihat sekali tidak tenang. Pemuda itu menggigit bibir bawahnya, sesekali matanya melirik ponsel ditangannya.

"Sayang, jangan berpikir yang tidak-tidak. Nanti kita coba hubungi Win lagi, mungkin saja dia sibuk dengan pekerjaannya."

"Drake, bagaimana kal-mmh!"

Drake memajukan wajahnya dan mengunci bibir kekasihnya cepat. Bibirnya rapat di bibir Frank, dan mulai bergerak pelan untuk melumatnya. Ia ingin menenangkan pemuda dalam dekapannya ini. Tangannya menarik pinggang Frank mendekat, merapatkan jarak tubuh mereka. Hingga tubuh mungil Frank benar-benar menempel padanya.

"Mmmh…"

Suara lenguhan Frank keluar saat Drake menghisap kuat bibirnya. Tangan Drake merayap di punggungnya, mengusap-usapnya lembut.

"Jangan cemas, sayang. Nanti kita hubungi Win lagi, oke?"
                                  ***
Bright terus berjalan menyusuri lorong lantai dua rumah sakit ini. Dengan Win yang mengekor dibelakangnya, walaupun tampak jelas sekali pemuda itu bersungut-sungut. Tangan Bright erat menggenggam tangan mungil itu, memastikan Win tidak lari tiba-tiba. Akhirnya mereka berhenti melangkah di sebuah pintu, Bright tanpa mengetuknya terlebih dulu langsung saja membukanya.

Bright memutar matanya bosan, sementara Win yang melihatnya dari balik punggung Bright perlahan merasakan pipinya menghangat. Jujur saja, ia belum pernah melihat sepasang kekasih yang sedang bermesraan dalam posisi intim.

"Tidak bisakah kalian melakukannya di tempat lain?"

Suara datar Bright membuat sepasang kekasih itu menghentikan kegiatan french kiss mereka.

"Bright Vachiravit, kau sangat mengganggu, kau tahu?"

Lelaki itu, Tay Tawan, tampak sedikit kesal dengan kedatangan Bright. Ia kembali menatap kekasihnya yang baru saja beranjak dari pangkuannya.

"Bright, ada apa datang kesini malam-malam?" tanya kekasih Tay. Name tag bertuliskan New Thitipom terpasang di bagian depan seragam perawatnya.

Lelaki itu tersenyum ramah, memamerkan senyumnya yang 'membunuh'. Tetapi matanya menangkap sosok yang berdiri di belakang Bright.

"Eo, siapa itu? Bright, siapa dia?"

Bright menoleh ke belakang, dimana Win berdiri. Kemudian menarik Win ke depan.

"Kekasihku. Aku ingin dia diperiksa."

Win melotot tajam pada Bright.

"Sejak kapan aku jadi kekasihmu? Kau benar-benar kurang ajar!"

"Sejak kita tidur bersama tiga hari yang lalu." Sahut Bright santai.

MY PRECIOUS MAN (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang