Bagian 21

400 39 9
                                    

Win terus saja meremas tangannya gugup. Hanya sebelah tangan saja sebenarnya, karena tangan yang satunya ia biarkan digenggam Bright. Saat ini keduanya sedang berdiri di hadapan Pendeta, siap mengucap janji sehidup semati.

Tetapi kegugupan Win bukan apa-apa. Masih ada berbagai emosi yang berkecamuk di dalam hati dan pikirannya. Semua hal yang terjadi belakangan dalam kehidupannya benar-benar tidak ia sangka sama sekali. Memimpikannya saja tidak pernah, dan tiba-tiba ia harus mengalami semuanya.

Ah andai saja ibunya ada disini, menyaksikan semua apa yang dialaminya. Ada yang terlalu sakit untuknya, ada juga yang sangat manis. Win hanya bisa merasakan semuanya sendirian, karena tak ada tempatnya untuk berbagi perasaan terdalamnya. Teringat ibunya membuat perasaan sesak membuncah di dadanya.

Win semakin merenung dengan pikirannya sendiri, dan ia sedikit terkejut saat Bright meremas tangannya.

"Anda, tuan Win Metawin, apakah Anda bersedia?"

Win menatap Bright di sampingnya. Pria itu tersenyum padanya, meremas lembut tangannya dan mengangguk padanya seolah meyakinkan perasaannya. Win benar-benar menatap Bright tanpa kedip, dan kepalanya mengangguk begitu saja.

Ia hampir tidak percaya ini, bahwa kini dirinya sudah berganti status hanya dengan sebuah anggukan kecil kepalanya. Ia sudah menjadi istri seseorang, ia bukan lagi lajang, bukan lagi Win si bintang café.

Dia Win Metawin, istri dari seorang pria jetset, pemilik saham terbanyak diantara pengusaha Thailand lainnya. Bright Vachirawit Chivare.

Ya Tuhan, jika ini mimpi, sadarkanlah ia segera.
                               ****

"Win, kau harus berjanji akan baik-baik saja selama aku pergi. Oke?"

Win hanya tersenyum dan mengangguk. Ia sudah sangat lelah, kejadian hari ini adalah yang paling mendebarkan baginya. Begitu menguras emosinya sehingga ia merasa lelah, lahir dan juga batinnya. Tetapi lelah yang ia rasakan bukan berarti negatif. Kejadian yang menguras emosi hari ini juga bukanlah yang menguras amarahnya, tetapi ini adalah luapan kebahagiaannya yang bahkan sampai tidak bisa ia ungkapkan lagi dengan kata-kata.

"Ya, kau sudah mengatakannya berapa kali huh? Cerewet." Balas Win.

Frank hanya tersenyum dan mencubit kecil lengan Win. "Ini karena aku mengkhawatirkanmu."

Frank merendahkan suara ketika mengucapkan kalimat berikutnya. "Tentu saja aku khawatir. Tuan Bright itu dikenal sebagai bos yang paling tidak berperikemanusiaan di negeri ini. Dan sekarang sahabatku menjadi istrinya, bagaimana menurutmu pikiranku saat ini?"

"Hei, bagaimana pun dia kakak iparmu sekarang."

"Dan juga suamimu, aku tidak lupa, Win."

Win tergelak pelan. Sudut matanya sedikit melirik sosok jangkung yang berdiri tak jauh darinya, sedang asyik mengobrol bersama beberapa orang teman dekatnya yang belum pulang dari pesta pernikahan ini.

Lelaki itu, Bright, yang kini sudah menyandang status sebagai suaminya, resmi dan sah dimata hukum negara juga Tuhan. Win meliriknya, dan perasaan berbunga dalam hatinya kembali muncul. Perlahan-lahan memenuhi dirinya, hingga tanpa sadar membuatnya melengkungkan bibirnya membentuk senyuman tipis.

"Kau sudah mulai jatuh cinta ya padanya?"

Rupanya Frank mengikuti arah pandangan mata Win sedari tadi. Win kembali menatap Frank, mengulum senyum kalem yang ditahan-tahan.

MY PRECIOUS MAN (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang