Bagian 16

485 48 11
                                    

"Drake, coba kau hubungi ponsel Win. Ya Tuhan, dimana sih dia?!"

Frank berseru gusar. Bagaimana tidak? Setahunya Win masih dirawat disini kemarin, dan pemuda itu belum boleh pulang sampai lima hari kedepan. Frank ingin meminta izin dokter agar membolehkan Win keluar hari ini saja.

"Tidak aktif, sayang. Phi Bright juga tidak bisa dihubungi."

Frank tampak cemas. "Seharusnya kita tidak meninggalkannya kemarin."

"Coba kita temui Dokter. Mungkin dia tahu sesuatu."

Drake tersenyum menenangkan dan merangkul kekasihnya berjalan meninggalkan kamar rawat yang tadinya ditempati Win.

Namun ternyata di lorong rumah sakit, mereka sudah terlebih dulu berpapasan dengan Dokter yang menangani Win.

"Dokter!"

Dokter paruh baya yang ramah itu tersenyum melihat sosok Frank dan juga Drake. Mereka pengunjung setia Win, pasiennya, selain Tuan Vachirawit selaku suaminya.

"Apa Win sudah diperbolehkan pulang? Kenapa dia tidak ada dikamarnya?" Tanya Frank tanpa basa-basi.

"Ah, Tuan Metawin ya? Tadi dia sudah dibawa pulang oleh suaminya, Tuan Bright. Memangnya kalian tidak tahu?"

Keduanya serempak menggeleng bingung.

"Dibawa pulang bagaimana, Dokter?" tanya Drake.

"Yah, sebenarnya kemarin Tuan Bright sudah memintakan izin agar Tuan Metawin pulang. Tetapi malamnya Tuan Bright datang kembali kesini membawa Tuan Win yang pingsan. Saya terpaksa menahan Tuan Win satu malam lagi disini agar ia benar-benar pulih. Dan siang ini Tuan Metawin sudah baik-baik saja, Tuan Bright sendiri yang membawanya pulang tadi."

Frank melebarkan matanya, lalu menoleh menatap kekasihnya. Drake berusaha tenang, dan ia mengucapkan terima kasih pada sang Dokter.

"Drake, Win…"

"Tidak apa-apa, Sayang. Aku akan menghubungi Phi Bright lagi."

Frank bukan tanpa alasan merasa cemas. Sikap Bright itu masih abu-abu untuknya, belum terlihat jelas apakah pria itu memang memiliki niat baik untuk membantu Win. Frank tahu dengan jelas riwayat Bright, ia takut sekali terjadi sesuatu lagi pada Win.

"Tidak bisa tersambung. Lebih baik kita pulang saja, mungkin…Phi Bright ada di rumah."
                                 *****

"Tidurlah, Win, matamu terlihat bengkak. Nanti jika Drake melihatnya, anak itu pasti akan memukulku lagi."

Win masih tampak risih berbaring di ranjang ini. Kamar ini, kamar tempatnya menangis malam itu, dibawah tindihan Bright. Sekarang ia berada di posisi yang sama sekali lagi, tetapi tanpa Bright yang merasuki tubuhnya dengan paksa. Yang ada sekarang Bright yang dengan hangat memeluknya, mengelus kepalanya dan membisikkan kata-kata lembut agar ia cepat tertidur.

"Kau tidak perlu takut, aku akan melindungimu bukan? Bahkan dari diriku sendiri."

Win masih mendengar suara Bright samar-samar, itu sebelum kedua kelopak matanya terasa berat dan akhirnya menutup. Ia bahkan merasakan bibir Bright di keningnya, lalu semuanya hilang. Win tertidur, hingga ia tidak tahu Bright yang tersenyum memandang wajah pulasnya.

"Selamat malam, Win ku sayang…"

Bright mencium kening Win sekali lagi dan merapatkan selimut menutupi tubuh calon pendamping hidupnya hingga sebatas dada, lalu bangkit dari ranjang. Pria jangkung itu berjalan ke arah balkon kamarnya, bermaksud menutup pintunya agar tidak ada angin masuk. Tetapi matanya menangkap mobil adiknya melaju memasuki halaman rumah. Bright tersenyum kecil, ia bisa membayangkan apa yang akan terjadi beberapa menit ke depan.

                            *****

"Phi Bright!"

Bright baru saja keluar kamar dan menutup pintunya pelan di belakang tubuhnya ketika didengarnya suara adiknya memanggil. Tunangannya ternyata turut kesini, gadis pirang itu berjalan di belakang Drake.

"Ada apa?"

"Win… Kau kemanakan dia, Phi?"

"Dia ada dikamarku, kalian jangan ribut disini. Dia baru saja tertidur."

"Kenapa hyung tidak memberitahuku kalau Win sudah keluar rumah sakit hari ini?"

Bright hanya tersenyum miring. "Maaf Drake, aku selalu melupakan semuanya jika sudah bersama Win."

"Aku mau lihat keadaan Win…"

Suara Frank terdengar, pemuda itu menatap takut-takut pada Bright. Bright membalas tatapan Frank, lalu tersenyum hangat.

"Nanti kalau dia sudah bangun saja. Aku berani jamin sahabatmu itu dalam keadaan baik, tapi dia butuh tidur saat ini."

Frank masih tampak keukeuh ingin melihat Win.

"Phi, tak bisakah kami melihatnya? Dia sahabatku, mengapa jadi kau yang menguasainya?"

"Tidak bisa, Drake… Dia milikku sekarang, dan saat ini statusnya adalah tawanan kamarku. Jadi aku tidak mengizinkan siapapun melihatnya. Kalian bisa melihatnya, tapi nanti."

"Phi!"

"Sudahlah, lebih baik kau nikmati waktumu bersama tunanganmu. Ajak dia jalan-jalan keluar, tampaknya dia tegang sekali."

"Phi pikir karena siapa Frank begini?"

Bright terkekeh, tanpa merasa bersalah sama sekali.

"Ya sudah, maafkan aku, ya?"

Drake menghela nafasnya, menatap aneh pada Phinya yang entah mengapa terlihat sangat senang hari ini. Ia curiga Phinya itu melakukan sesuatu lagi, tetapi entahlah. Hati kecilnya mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang buruk menimpa Win. Andai saja Phinya tidak berdiri di pintu kamar dan mengawasinya pergi, mungkin Frank sudah nekat menerobos memasuki kamar Phinya.

"Mulai sekarang, relakan saja Win untukku, oke? Kalau kau terus menggangguku dan Wib, mungkin itu berlaku juga untuk tunanganmu."

Bright mengucapkannya sambil menyeringai, dalam hati senang sekali melihat ekspresi horor sepasang kekasih di depannya ini.

"Berani menyentuh Frankku, awas kau, Phi!"

Drake menatapnya tajam dan segera menarik tangan Frank pergi menjauh dari sana. Bright bersedekap satu tangan, karena tangan lainnya ia gunakan untuk menutupi bibirnya yang hampir saja tertawa keras. Untung ia punya pengendalian diri yang bagus. Oh, mungkin pengecualian jika ia dihadapkan pada Win. Pengendalian dirinya yang hebat itu bisa runtuh seketika.

Hah! Lebih baik ia menonton wajah tertidur Win, sembari menunggu ibu dari calon anaknya itu terbangun.

TBC

MY PRECIOUS MAN (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang