"Melamun apa?"
Bright menyenggol pipi Win dengan punggung tangannya. Win sontak berjengit dan menoleh, dan ketika mendapati siapa yang menyentuhnya barusan ia mengernyit tidak suka. Alisnya berkerut dan bibirnya sedikit mengerucut sebal.
"Mengganggu!"
Bright tersenyum tipis. Benar 'kan? Beginilah kelakuan Win jika dalam keadaan sadar. Judes sekali terhadapnya. Bright tidak lagi merasa kesal dan marah kini, ketika Win bersikap ketus padanya. Dulu ya, karena ia tidak pernah mendapat perlakuan seperti itu dari orang lain. Hanya Win yang berani kepadanya.
Bright naik keatas ranjang Win hingga menimbulkan sedikit bunyi berderit. Ranjang itu cukup besar untuk menampung tubuh Win yang kecil, dan sepertinya tak masalah jika Bright ikut berbaring disana.
"Apa yang kau lakukan?!" Desis Win tajam.
"Tidak ada."
Bright menyahut santai seolah tak terjadi apapun. Ia mulai menggerakkan tangannya melingkari tubuh Win lembut, berusaha tak menyakiti tubuh itu. Win bergeser berusaha menjauh, tetapi ia tidak bisa lagi terus bergerak ke tepi. Hanya itu pilihannya, atau ia akan jatuh terjerembab ke lantai yang dingin.
"Kau bisa jatuh jika terus menjauhiku, Metawin."
Bright memegang pinggang Win dan sedikit menarik pemida itu hingga merapat padanya. Win mencoba melepas tangan Win yang memeluknya, tetapi ia malah meringis kesakitan.
"Nah, lihat sekarang. Kau sendiri yang kesakitan 'kan?"
Bright meraih tangan kanan Win yang tersambung dengan selang infus. Karena tadi pemida itu menggerakkan tangannya terlalu keras, jarum infusnya tertarik dan nyaris melukai tangan Win sendiri.
Bright mengusap tangan Win pelan agar sedikit mengurangi sakitnya. Tangannya masih saja mengelus punggung tangan Win, tetapi mata Bright beralih menatap wajah Win yang masih meringis kecil.
Bright sedikit tersenyum menatap pipi Win, kemudian tanpa diperintah ia memajukan wajah dan bibirnya menyambangi pipi mulus itu pelan.
Win mendadak kaku, dan Bright bisa merasakan itu. Hidung Win mengendus sisi wajah Win, menghembuskan nafas hangatnya disana.
"Aku benar-benar merindukanmu, apa kau tahu?"
Win diam, tidak berniat menjawab ataupun merespon ucapan Bright. Sikap pria ini terlalu membingungkan untuknya, dan Win tidak mengerti mengapa Bright bisa berubah seperti itu.
Bright menghela nafasnya melihat Win yang sama sekali tidak berminat merespon ucapannya barusan. Dugaannya Win mengigau tadi malam semakin kuat.
"Kau melamunkan apa tadi?" Tanya Bright pelan.
Win melirik Bright dan mendengus. "Bukan urusanmu."
"Tentu saja urusanku. Kau milikku, maka apapun urusanmu maka menjadi urusanmu juga."
Win menggeram pelan.
"Aku bukan milikmu, aku tidak mau menjadi milikmu, Bright Vachirawit! Berhentilah menggangguku dan urus saja pacar-pacarmu sana!"
"Kekasihku sekarang adalah dirimu, maka yang akan kuurus tentu saja kau."
Win mendelik dan menoleh menatap Bright. Ia hendak memaki Bright lagi namun ucapannya kembali tertelan di tenggorokannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRECIOUS MAN (REMAKE)
FanfictionPERINGATAN !!!! Ini adalah cerita REMAKE dengan perubahan NAMA TOKOH, PERUBAHAN GENDER menjadi BOYS LOVE, serta menjadi fantasy karena MPREG. UNTUK YANG TIDAK SUKA SILAHKAN LEWATI CERITA dan bila suka silahkan nikmati ceritanya. Ringkasan Win Meta...