Bagian 22

386 38 8
                                    

Lagi-lagi Win terkesiap, tiba-tiba saja tubuhnya ditarik dari belakang dengan perlahan. Deru nafas berat Bright terasa menerpa tengkuknya, membuat Win sedikit bergidik.

"Hhhh… Metawin… "

Tangan Bright mendekapnya erat ke belakang, membuat punggung Win menempel di dada Bright. Suaminya itu mulai menciumi tengkuk Win yang basah, membuat pemuda itu nyaris menahan nafas merasakan setiap ciuman yang diberikan Bright. Win merasa butuh sesuatu untuk pegangan, tangannya bergerak asal di bawah busa dan ia tidak sengaja mencengkeram paha Bright.

Pria itu mendesis pelan merasakan sentuhan tangan Win di pahanya. Ya ampun, selama ini ia sudah terbiasa dengan sentuhan-sentuhan banyak wanita yang tidur bersamanya. Sentuhan-sentuhan mereka yang nakal yang berusaha merangsang dirinya, tetapi barusan Win hanya menyentuhnya sekilas dan tidak disengaja pula. Tetapi sensasinya jauh lebih membakar, Bright menggeram pelan di tengkuk Win, mengubur wajahnya di helaian rambut istrinya.

"M-maaf! A-aku—Aah…"

Win langsung spontan mengeluarkan suaranya, gigi Bright baru saja menggigit tengkuknya. Rasanya aneh, geli dan sedikit sakit, mengirimkan gelenyar asing ke seluruh tubuh Win. Tadinya Win bermaksud melepas cengkeramannya di paha Win, tetapi tidak jadi karena tindakan Bright barusan.

"Win, Metawin-ku…" Bright mendesis pelan, kedua tangannya memerangkap tubuh Win lebih erat. Menyandarkan tubuh Win kepadanya, dan Bright memajukan wajahnya ke bahu Win demi melihat wajah istrinya itu.

Dari samping sini, wajah Win terlihat luar biasa. Bright belum pernah melihat Win mandi sebelumnya, dan ia terpaku melihat wajah putih yang memerah itu basah dan tersengal-sengal.

Perlahan Bright terbiasa dengan cengkeraman lembut jemari Win di pahanya, tadi ia sungguh terkejut dan refleks menggigit Win karenanya. Mata Win terpejam rapat, dan Bright mengulurkan jarinya untuk mengelus lembut kelopak mata Win. Bibirnya mencium leher Win sekali sebelum berbisik pelan.

"Kenapa kau terlihat sangat menawan, Win?"

Win membuka mata dan melihat Bright tersenyum kecil padanya. Ia merasa jika wajahnya semakin merah padam sekarang, bahkan rasanya sampai ke telinga. Ia mengalihkan pertanyaan Bright ke hal lain, sama sekali enggan menanggapi pertanyaan konyol barusan. Menawan apanya? Win selalu merasa jika dirinya biasa-biasa saja.

"Kapan aku bisa memulai mandinya?"

Win tidak pernah berendam seperti ini, kamar mandi di kamar sewanya hanya cukup untuk sebuah wastafel, shower dan closet duduk, sama sekali tidak ada tempat untuk berendam seperti ini.

"Sekarang pun kau sedang mandi, sayang. Kau lucu sekali ya..." Suara tawa Bright selanjutnya terdengar menyebalkan untuk Win. Ia hanya mendengus, dan mulai menarik dirinya dari Bright.

Win meluruskan kedua kakinya, bak mandi ini cukup besar sehingga bisa menampung dirinya dan juga Bright. Sekarang saat ia menjulurkan kakinya pun masih tersisa ruang yang cukup banyak, dan Win mulai memijat perlahan kedua kakinya. Rasanya sungguh pegal setelah hari pernikahan yang melelahkan ini, sungguh hari yang panjang.

"Kau kelelahan."

Didengarnya Bright berkomentar, dan Win mengacuhkannya. Tetapi ia tidak menyangka jika Bright kembali menyentuhnya, kali ini di pundaknya. Kedua tangan Bright mengusap bahunya lembut, awalnya, lalu mulai memijat bagian itu. Tekanan tangan Bright terasa nyaman, Win tergoda untuk memejamkan matanya dan melupakan pijatan pada kakinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY PRECIOUS MAN (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang