Bagian 3

459 71 5
                                    

"Jadi, kamu masih mencari kakak tiri mu sampai sekarang?" tanya Jake sambil meneguk wine nya.

Aenlee yang sedang memotong steak itu mengangguk, "Aku sempat dapat kabar kalau dia menjadi aktor, tapi itu sudah beberapa tahun lalu. Sekarang pun aku sama sekali nggak pernah lihat dia di tv atau drama-drama."

Jake mengangguk-angguk kecil, rasanya agak lucu berpura-pura menjadi orang asing di depan adik tirinya sendiri. Jake ingat sekali saat mereka berdua masih anak-anak kecil yang suka bermain bersama. 

Sejujurnya, melihat Aenlee yang sudah dewasa sekarang, kadang dia ingin memilikinya. Ingin memiliki adik tirinya ini, bukan sebagai adik lagi, melainkan sebagai pasangan hidup. Tapi sayang sekali, dia tidak bisa melakukan hal itu.

"Saerom, kamu memang sudah lama kerja di PHINIX?"

Gadis itu menatapnya, "Lumayan, sudah 4 tahun. Kebetulan juga waktu itu bar nya sedang mencari karyawan, jadi aku mendaftarkan diri."

"Kamu nggak berniat untuk kerja di tempat lain?"

"Aku nggak memiliki keahlian apapun selain membuat cocktail."

Laki-laki itu tersenyum, "Kamu pasti punya keahlian lain, hanya belum di asah. Menurutku kamu bisa di bidang lain selain membuat cocktail."

"Menurutmu begitu?"

Jake mengangguk, "Contohnya, menjadi sekretaris seorang manajer."

Alis Aenlee terangkat, apa dia tidak salah dengar?

"Kamu bisa menjadi sekretaris, pasti cocok sekali," ujar Jake sambil memakan steak nya.

Aenlee tertawa canggung, "Tapi kan sekarang nggak ada manajer yang sedang butuh sekretaris."

"Ada."

Ucapan Jake membuat Aenlee tidak bisa menjawab. Laki-laki itu menatap gadis di hadapannya, "Kamu bisa jadi sekretaris ku, bagaimana?" tawarnya. 

Bingo. Kesempatan yang bagus, kan.

Tentu saja itu membuat Aenlee kebingungan, tawaran yang tiba-tiba ini terlalu menabrak. Aenlee belum berpengalaman di bidang apapun selain cocktail, apa lagi menjadi sekretaris. Bagaimana jika dia melakukan kesalahan besar sampai merugikan Jake?

"Kalau kamu nggak mau juga nggak apa-apa, kok. Aku nggak memaksa," ujar Jake lalu kembali menghabiskan makanannya.

Aenlee yang masih diam itu hanya tersenyum canggung dan kembali memakan sisa makanannya. Jika boleh di katakan secara langsung, dia ingin sekali bilang pada Jake kalau laki-laki itu mengingatkan dia dengan kakak tirinya.

Entah kenapa laki-laki ini mirip dengannya. Mirip sekali. Yang membuat Aenlee agak kesal adalah, dia lupa nama kakak tirinya siapa. Biasanya Aenlee memanggilnya dengan 'kak Lee'. Seperti akhiran namanya, kan.




"Terima kasih sudah mengantarku dan untuk traktirannya, jika kamu kosong akan aku traktir juga," ujar Aenlee di luar mobil.

Jake yang ada di dalam itu mengangguk, "Tentu, kalau kamu berubah pikiran tentang tawaran ku yang tadi, kamu bisa menghubungi ku langsung."

Aenlee mengangguk sebagai balasan lalu mereka berpamitan. Setelah memastikan mobil putih itu keluar dari area apart, Aenlee segera masuk ke dalam untuk segera beristirahat.

Malam ini sepertinya dia akan berendam air hangat sambil meminum cocktail, rasanya pasti sangat menenangkan. Saat hampir sampai di kamarnya, dia melihat seseorang di depan pintu.

"Heeseung?"

Laki-laki yang merasa terpanggil itu menoleh. Aenlee mendekat ke arahnya, Heeseung kelihatan kacau sekali. Kemejanya berantakan, rambutnya juga berantakan, wajahnya kelihatan lesu. Tapi yang menyangkut indra penciuman Aenlee adalah wanginya, laki-laki ini wangi alkohol.

Keep it DISGUISE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang