"A— apa? aku? mana ada aku menyuruh mu datang," ujar Jake.
Aenlee mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan layarnya pada sang kakak. Mata laki-laki itu langsung membulat kaget, itu isi chat mereka. Di dalam percakapan tersebut, Jake mengetik kalau Aenlee harus datang sore hari ini. Gadis itu juga sempat bilang kalau dia harus pergi ke kampus dulu.
Tapi Jake seakan-akan memaksanya dan harus datang tanpa memberi tau alasannya apa. Alhasil Aenlee tetap datang ke kampus, tapi satu jam lebih awal sebelum dia pergi menemui Jake. Datang-datang untuk menemuinya, kakaknya ini malah lupa.
Jake malu sekali. Posisinya saat itu dia sedang mabuk, sepertinya dia mengetik itu saat tidak sadar.
"Oh— i— iya, aku menyuruh mu kesini," ujar Jake sambil memalingkan pandangannya, dia tidak ingin mengakui kalau waktu itu dia mabuk.
"Jadi, kenapa mau aku datang? perasaan baru kemarin bertemu, kita juga pergi lama sekali."
"Y— ya, jadi..." Jake memikirkan rencana mendadak, "Oh ya! a— aku dengar ada eksrim yang enak dekat sini, loh. K— kita pergi ke sana saja," ucapnya dan segera mengambil jas. Tapi tangannya di tahan.
"Kak, aku nggak begitu suka eskrim."
Mata laki-laki itu berkedip-kedip, "K— kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi ke taman wahana? a— atau ke restoran cepat saji? atau—"
"Kak," Aenlee memotong kalimat Jake sebelum selesai, "Jujur saja, ada yang kamu sembunyikan dari ku, kan?" tanyanya.
Jake berhasil terpojokkan, dia jadi bingung menjawabnya bagaimana. Apa harus dia katakan kalau semalam dia minum sampai mabuk berat? atau alasan lain seperti ada "urusan pekerjaan."
Tapi jika harus berbohong, apa Aenlee akan percaya?
"K— kenapa memangnya? tentu saja aku nggak kemana-mana, hanya di apartemen."
Ekspresi Aenlee langsung berubah cepat sekali. Genggamannya juga melonggar, "Kakak bicara terbata-bata dan kelihatan untuk mencoba menghindari kontak mata denganku. Biar ku tebak, kakak semalam mabuk, ya?"
Sial. Ketauan.
Jake langsung membersihkan tenggorokannya, "Ah kamu bercanda saja, deh. Mana mungkin aku mabuk."
Aenlee mendekatkan jaraknya dan mendekatkan wajahnya ke pundak Jake, jantung laki-laki itu berdetak kencang sekali. Rasanya seperti di dunia lain. Seperti di hipnotis. Wangi parfum Aenlee adalah wangi yang tidak terlalu menyengat. Cenderung manis. Dan Jake menyukainya, cocok dengan gadis itu.
Beberapa detik kemudian Aenlee kembali ke posisinya dan menatap kakaknya itu, "Kakak sudah jelas mabuk, masih bau alkohol. Sedikit," ucapnya lalu mengambil sesuatu dari tas dan mengulurkannya pada Jake. Itu sebuah botol air minum.
Laki-laki itu menatap botol airnya dan Aenlee secara bergantian. Sepertinya adiknya ini sedang memberi tau dengan halus kalau dia butuh minum agar bau alkoholnya hilang. Perlahan Jake menerima botol tersebut, "Aku... akan ganti baju dulu," ucapnya lalu pergi ke pintu yang ada di dekat rak buku.
Aenlee sama sekali tidak tau kemana pintu itu menuju, tapi dia akan menunggu sang kakak di sofa. Dia duduk lalu melamun sebentar, barusan hal itu dia lakukan secara spontan. Dia tidak tau kalau dirinya se-agresif itu.
Astaga.
Gadis itu menyentuh dadanya dan memejamkan mata sambil menghela nafas, "Duh, kenapa aku bilang masih menyukainya, sih?"
Sementara dia bergumam-gumam, ada Jake Lee di ruang ganti sedang bergumam juga. Dia bingung harus melakukan apa saat Aenlee sudah sampai di sini. Gara-gara semalam, semuanya jadi berantakan dipikirannya.
Semalam dia memang mabuk, tapi bukan di bar atau club. Mabuk di apartemennya, sendirian. Karena dia marah dan... cemburu. Saat melihat ada kakak tirinya disana datang untuk mencari Aenlee. Untung saja dia hanya mabuk berat di apart, kalau di tempat umum bisa-bisa terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.
Jake menenangkan pikirannya dan segera mengganti baju juga menggosok giginya. Ruang ganti ini juga terhubung dengan kamar mandi. Itu di sediakan karena Jake bisa jarang pulang ke apart, dan sudah beberapa kali dia tidur di perusahaan karena pekerjaannya.
Jake sempat berpikir apa yang harus dilakukan setelah dia selesai mengganti baju, jadi laki-laki itu ada di dalam ruang ganti lumayan lama. Sampai akhirnya dia keluar dari sana.
Klek!
"Aenlee—" Jake berhenti karena melihat Aenlee tertidur di sofa. Sepertinya gadis itu memang lelah karena bekerja kemarin dan kuliah hari ini.
Jake mendekatinya dan duduk di lantai untuk melihat wajah Aenlee, kepalanya masih bertanya-tanya apakah ini mimpi bisa sedekat ini dengan Aenlee lagi. Laki-laki itu mengambil bantal sofa lalu menempatkan kepala Aenlee di atas bantal tersebut.
Kebetulan sekali, karena Aenlee tidur, jadi Jake tidak perlu memikirkan kemana mereka akan pergi hari ini. Jadi, sepertinya dia akan mengajak Aenlee makan malam bersama nanti.
Jake berdiri lalu mengambil ponselnya dan menekan satu kontak, "Asisten Han, hari ini aku ada rapat. Di ruanganku ada Aenlee, aku memerintahmu untuk menjaganya."
"Eh? nona Ryu datang? terus yang menemani mu untuk rapat siapa?"
"Aku bisa sendiri. Pasang dua bodyguard juga di depan ruanganku, hari ini Seungmi kembali ke Korea setelah bisnis nya di Dubai. Jangan biarkan dia masuk ke dalam."
"Baik, tuan. Dokumen rapat akan aku bawa ke ruangan mu 3 menit lagi."
"Terima kasih," Jake menutup teleponnya.
Dia menatapi wajah sang adik sebentar. Aenlee terlihat berbeda disini. Saat dia ada di dekat Jake dan diluar pekerjaannya, Aenlee terlihat seperti gadis biasa yang menyukai alkohol dan pesta. Tapi ketika dia ada di bar, auranya beda jauh sekali. Dia malah kelihatan seperti wanita mandiri yang tidak ada waktu untuk jatuh cinta dan mementingkan dirinya sendiri.
Mungkin itu yang membuat Jake jatuh cinta padanya. Laki-laki itu duduk di pinggir sofa lalu bicara, "Dulu kamu panggil aku dengan 'kak Lee.' Aku ingin mendengarnya lagi, aku merindukan mu," ucapnya sambil mengusap-usap kepala Aenlee.
Terkadang, Jake suka berpikir tentang apa yang selanjutnya akan mereka berdua lakukan. Dia ingin melakukan banyak sekali hal dengan Aenlee, sebagai seorang adik. Tapi, perasaannya suka mengatakan bahwa dia harus menjadikan Aenlee wanitanya. Miliknya. Dan hanya untuk nya.
Laki-laki itu tersenyum pahit, "Maaf kemarin aku langsung pergi. Aku nggak menyangka kalau kak Heeseung adalah kenalan mu. Aku juga agak tidak suka melihat mu dengannya," ucapnya.
Jake menghela nafas untuk mengeluarkan pikiran berat dialam otaknya, dia berdiri dan mengusap wajahnya frustasi. Dia bisa kelewat batas jika terus berdiam disini. Jake pergi keluar dari ruangan. Meninggalkan Aenlee sendirian di ruangannya.
Pintunya tertutup. Aenlee membuka matanya dengan kesadaran yang sama sekali tidak tertidur, itu hanya pura-pura. Dia duduk di sofa dan menatapi pintunya. Barusan itu, dia mendengar semua ucapan kakak tirinya. Aenlee jadi tau kenapa Jake mabuk.
Ting!
Notifikasi berbunyi. Gadis itu mengambil ponselnya di atas meja dan melihat pesan yang masuk dari lockscreen.
|Notification
[kak Lee : Nanti ada asisten Han yang menjaga mu. Aku pesankan cemilan juga, kita pergi nanti malam, ya. Aku ada rapat mendadak. Jangan kemana-mana! tetap di kantor ku saja.]Aenlee mendengus kecil melihat pesan itu lalu dia bergumam, "Manis nya."
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Keep it DISGUISE [✓]
Fanfiction"Even when you're on disguise, I know which one are you easily." --- Aenlee mencari kakak tirinya yang sudah terpisah sejak umurnya 9 tahun, kisah pilu keluarganya merusak memori Aenlee tentang kakaknya yang bernama Jake Lee. Tanpa disangka, keduany...